Ngaji Gus Baha
Gus Baha, Anak Marah, Anak Minta Uang Banyak, Itu Cerminan Orang Tua Rakus
KH Bahauddin Nursalim atau yang biasa disapa Gus Baha adalah salah satu ulama yang dikenal masyarakat luas
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
Gus Baha memberikan poin penting tentang kalimat tauhid. Kalimat tauhid adalah kalimat kebenaran yang universal dan absolut. Sehingga jika kalimat tersebut diucapkan oleh orang gila sekalipun, kalimat tersebut akan selalu benar.
Kebenaran kalimat tauhid tidak bisa dimonopoli oleh siapapun. Meskipun diucapkan oleh seorang pendosa sekalipun kalimat tauhid tidak menjadi hina, begitu pula jika diucapkan oleh orang saleh sekalipun kalimat tersebut juga tidak akan bertambah mulia.
Siapapun orang yang mengucapkan kalimat tauhid akan menjadi mulia, siapapun orangnya. Sebab itulah Gus Baha menghormati anaknya, sebab anaknyalah yang kelak akan meneruskan kalimat tauhid tersebut.
Sebab inilah, Gus Baha mengaku tidak pernah memukul anaknya.
"Bagaimana bisa mukul ketika saya selalu ingat bahwa ia adalah umatnya Nabi Muhammad yang kelak akan menjadi penerus agama Islam," kata Gus Baha yang juga santri kesayangan KH Maimoen Zubair itu.
Jangan Sampai Anak Merasa Kecewa dengan Bapaknya
Kekecewaan anak terhadap orang tua, agaknya sebanding dengan kekecewaan orang tua terhadap anak. Sebagai orang tua kita merasa yang paling berhak atas masa depan anak kita. Sebagai anak, kita justru yang paling berhak kelak mau menjadi apa. Wajar, sebab zaman yang dialami oleh orang tua dan anak sama sekali berbeda.
Gus Baha selalu mewanti-wanti bagaimana anaknya harus bangga kepada bapaknya, ini bukan persoalan sombong-sombongan, tapi ini mendidik kepada anak agar ia tidak kecewa kepada orang tuanya dengan membanding-bandingkan orang tuanya dengan orang tua temannya.
Gus Baha mempunyai pola hidup yang sederhana, beliau punya televisi hanya karena, jangan sampai anaknya pergi dari rumah hanya ingin menonton televisi di tetangga.
Bagi para santri, ini persoalan yang sulit. Bagaimana agar anak bisa bangga mempunyai orang tua seperti kita.
Gus Baha, ketika memberikan uang saku untuk sekolah kepada anaknya yang masih sekolah setingkat SD: Mas Hasan selalu lebih dari teman-temannya. Kata istrinya apakah itu tidak boros jika anak seusia itu dengan uang 5.000 sedangkan teman-temannya hanya diberi uang saku 2.000
Kata Gus Baha'tidak. Sama sekali tidak boros. Gus Baha ingin mengajarkan kepada anaknnya untuk selalu jajan kepada penjual-penjual jajanan di sekolah, persoalan tidak sehat dan atau tidak enak lalu dibuang silahkan, buang saja.
Persoalan dibuang berarti itu adalah rejekinya hewan-hewan seperti semut, cacing dan lain-lain. Gus Baha ingin mengajarkan bahwa kita harus mempunyai kontribusi kepada orang yang mencari nafkah dengan cara yang halal; berjualan jajanan di sekolah-sekolah.
"Tidak ada yang mubazir, cara pandang seperti ini tentunya tidak lazim, dan tergantung pada niatnya. Meskipun tidak lazim, minimal bisa memberikan kita pemahaman yang lain, bahwa mendidik anak adalah pilihan orang tua. Jangan mengira bahwa anak nakal itu tidak ada hubungannya dengan orang tua, sangat berhubungan. Jika kalian ingin melihat dirimu, maka lihatlah anakmu.
"Cerminan seperti ini sering mengingatkan saya kepada teman-teman saya yang merasa menyesal hingga menangis setelah memarahi anaknya. Jika kita marah-marah bahkan memukul anak kita, pada hakikatnya kita sedang memarahi diri sendiri dan memukul diri kita sendiri. Kita sedang menyakiti diri kita sendiri," papar Gus Baha.
Berita tentang Ngaji Gus Baha