Berita Tulungagung
Industri Alat Dapur di Tulungagung Masih Terdampak Pandemi Covid-19, Ada yang Mulai Bangkit
Industri alat dapur di Desa Kaliwungu Tulungagung masih terdampak pandemi Covid-19 atau virus Corona, ada yang sudah mulai bangkit.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Produk yang dihasilkan tidak bisa distok, karena langsung diambil oleh para pedagang besar.
Wiwit hanya fokus produksi barang, sementara pemasaran sepenuhnya dipegang para pedagang itu.
“Saya tidak pernah menjual langsung lewat online atau apa, lebih memilih lewat para pedagang itu. Karena ini bagi-bagi rezeki, lebih banyak yang mendapat keuntungan,” tuturnya.
Saat ini kapasitas produksi Wiwit rata-rata 9.000 lusin per bulan.
Produk terbanyak adalah ceplok buah atau pengerok kelapa muda.
Hasil produksi rumahan Wiwit dijual hingga ke Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan.
“Jadi ada pedagangnya sendiri-sendiri. Misalnya yang ke Sumatera, lewatnya pedagang dari Jawa Tengah,” tutur Wiwit.
Baca juga: Awak KRI Nanggala 402 Sempat Belikan Mukena dan Gelang untuk Ibu, Sebut Akan Bawa Banyak Uang: Sabar
Baca juga: Baru Pulang dari Singapura, Pekerja Migran Asal Kota Blitar Dikarantina 5 Hari di Rumah Isolasi
Wiwit merinci, dalam satu hari bisa memproduksi 100 lusin per produk.
Sementara setiap hari ada 3 produk, sehingga total ada 300 lusin.
Sehingga dalam satu bulan ada 9000 lusin produk, di luar modifikasi panci.
Wiwit mematok harga jual Rp 13.000 per lusin, sehingga nilai produksinya sebesar Rp 117 juta.
“Jumlah itu tentu nilai kotornya. Karena masih dipotong ongkos pekerja, beli bahan dan lain-lain,” katanya.
Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut menjadi sentra industri rumahan aneka alat dapur.
Usaha ini sudah dimulai turun temurun dari generasi sebelumnya.
Para pengusaha ini mengandalkan alat pond, baik manual maupun digerakkan listrik.