Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Apotek Online Lifepack

Infeksi Cacing Kremi Banyak Ditemukan pada Anak-anak, Bisa Menular! Berikut Gejala dan Pengobatannya

Enterobiasis atau infeksi cacing kremi banyak ditemukan pada anak-anak, bisa menular! Berikut gejala, penyebab hingga pengobatannya.

Editor: Dwi Prastika
Caroline Hernandez dari Unsplash
Enterobiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh enterobius vermicularis atau biasa disebut infeksi cacing kremi. Penyakit ini merupakan infeksi parasit yang menular dan banyak ditemukan, terutama pada anak-anak. 

TRIBUNJATIM.COM - Enterobiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh enterobius vermicularis atau biasa disebut infeksi cacing kremi.

Penyakit ini merupakan infeksi parasit yang menular dan banyak ditemukan, terutama pada anak-anak. Cacing ini juga menjadi penyebab tersering infeksi cacing pada anak-anak di negara berkembang.

Informasi

Cacing kremi (enterobius vermicularis) adalah cacing jenis nematoda yang berukuran sekitar 2 hingga 13 mm.

Cacing ini menginfeksi saluran pencernaan manusia. Infeksi cacing kremi jarang menyebabkan masalah kesehatan yang serius, namun gejala utamanya yaitu rasa gatal pada anus.

Penularan cacing ini paling sering terjadi pada orang yang tinggal di lingkungan yang padat dan biasanya terjadi dalam satu keluarga atau pada orang yang tinggal dalam satu rumah.

Gejala

Gejala infeksi cacing kremi yang sering muncul, seperti:

- Gatal pada area anus terutama pada malam hari atau menjelang pagi

- Kesulitan untuk tidur

- Merasa lelah

Pada wanita, cacing dapat bergerak ke area vagina sehingga menyebabkan sensasi gatal di area tersebut.

Penyebab

Cacing kremi dapat menular apabila menelan telur cacing kremi. Telur cacing ini dapat terbawa melalui kuku, pakaian, mainan, atau tempat tidur.

Telur juga bisa terhirup bersama dengan debu. Setelah telur cacing tertelan, larva akan menetas dan menjadi cacing dewasa di usus. Cacing betina akan berpindah ke daerah sekitar anus (perianal) untuk mengeluarkan telur-telurnya.

Selama proses berpindah dan bertelur, keberadaan cacing ini akan menimbulkan sensasi gatal pada daerah sekitar anus. Proses ini sering terjadi pada waktu malam hari, sehingga pasien biasanya akan mengeluhkan munculnya sensasi gatal sehingga dapat mengganggu waktu tidur.

Manusia adalah satu-satunya spesies yang dapat menularkan parasit ini. Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing tidak dapat terinfeksi cacing kremi manusia.

Telur cacing kremi dapat bertahan hidup di lingkungan dalam ruangan selama 2 hingga 3 minggu.

Penularan cacing ini dapat melalui:

- Langsung dari anus ke mulut, melalui tangan yang terkontaminasi oleh telur cacing

- Penularan pada orang yang tidur bersama dengan pasien yang terinfeksi. Telur cacing dapat berada di alas tempat tidur, sarung bantal, maupun benda lain di sekitarnya yang terkontaminasi

- Melalui udara. Telur cacing yang berada di udara dapat terhirup oleh orang lain, misalnya saat sedang membersihkan tempat tidur

- Retroinfeksi. Telur cacing menetas di kulit sekitar anus kemudian masuk kembali ke dalam usus melalui anus.

Diagnosis

Seseorang yang terinfeksi cacing kremi seringkali tidak menunjukkan gejala, tetapi gatal di sekitar anus adalah gejala yang paling sering muncul. Cacing kremi tidak seperti nematoda usus lainnya, telur cacing jarang ditemukan di feses. Diagnosis pasti dari infeksi cacing kremi adalah dengan menemukan cacing atau telur cacing tersebut. Beberapa metode pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:

- Mencari cacing pada daerah sekitar anus (perianal region) sekitar 2-3 jam setelah orang yang terinfeksi tertidur

- Anal swab atau cellophane-tape examination. Menyentuh kulit sekitar anus menggunakan selotip transparan untuk mengumpulkan kemungkinan telur cacing kremi di sekitar anus pada pagi hari. Jika seseorang terinfeksi, telur pada selotip akan terlihat di bawah mikroskop. Metode ini harus dilakukan selama 3 hari berturut-turut sebelum penderita mandi, buang air besar, atau buang air kecil.

- Menganalisis sampel yang ditemukan di bawah kuku menggunakan mikroskop. Orang yang terinfeksi kemudian menggaruk area anus mungkin mengambil beberapa telur cacing kremi di bawah kuku.

Ilustrasi cacing
Ilustrasi cacing (Shutterstock by Joaquin Corbalan P)

Pengobatan

Pengobatan infeksi cacing ini harus dilakukan pada seluruh anggota keluarga, oleh karena mudah terjadi penularan. Pilihan obat-obatan yang sering digunakan untuk pengobatan cacing kremi, adalah:

●       Mebendazole

●       Pyrantel Pamoate

●       Albendazole

Pada kehamilan, pilihan obat yang sering digunakan adalah pyrantel pamoate. Obat-obatan ini dikonsumsi 2 kali dengan jarak antardosis selama 2 minggu. Dosis kedua bertujuan untuk mencegah infeksi ulang oleh cacing dewasa yang menetas dari telur yang tidak mati oleh dosis pertama.

Cacing kremi dapat menyebabkan infeksi yang berulang, sehingga semua anggota yang tinggal di satu tempat yang sama dianjurkan mendapat pengobatan pada waktu yang bersamaan. Hal ini dilakukan pada semua orang, baik yang bergejala maupun tidak untuk mencegah kekambuhan.

Pencegahan

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan cacing kremi, adalah:

●       Rutin mencuci tangan menggunakan sabun, terutama sebelum memegang makanan

●       Menghindari kebiasaan menggigit jari atau menghisap jari pada anak-anak

●       Rutin memotong kuku

●       Hindari menggaruk area anus

●       Rutin mencuci alas tempat tidur, pakaian, atau mainan dengan detergen

●       Pasien yang terinfeksi dianjurkan untuk selalu mandi setelah bangun tidur untuk membersihkan telur yang menempel di kulit sekitar anus

Ingin berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter mengenai kesehatan? Unduh aplikasi Lifepack. Tebus resep obat, bebas antre. Tersedia melalui Google Play Store maupun App Store. (dr Felicia Puspita, S.Ked)

Referensi:

Huh Sun. Pinworm (Enterobiasis). Medscape website. 2019 (online)
Rawla P, Sharma S. Enterobius Vermicularis. StatPealrs. 2020 (online)
Centers for Disease Control and Prevention. Parasites - Enterobiasis (also known as Pinworm Infection). CDC website. 2020 (online)
Lubis SM, Pasaribu S, Lubis CP. Enterobiasis pada Anak. Sari pediatri. 2008;9(5):314-318

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved