Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Madura

Mahasiswa UTM Sosialisasikan Pengembangan UMKM Batik Tulis, Beri Solusi Penjualan Melalui Online

Kabupaten Pamekasan, Madura dikenal sebagai daerah penghasil batik tulis. Namun, selama ini, penjualan batik tulis di Pamekasan masih menggunakan cara

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Ndaru Wijayanto
tribun/kuswanto
M. Salmi (kanan) saat mensosialisasikan penggunaan logo pada kain batik tulis ke pengusaha batik di Desa Larangan Badung, Kabupaten Pamekasan, Madura, Minggu (18/7/2021). 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Kuswanto Ferdian

TRIBUNJATIM.COM, PAMEKASAN - Kabupaten Pamekasan, Madura dikenal sebagai daerah penghasil batik tulis.

Namun, selama ini, penjualan batik tulis di Pamekasan masih menggunakan cara tradisional, yaitu dijual melalui toko dan ke pasar. Sehingga, penjualannya masih terbilang kurang signifikan.

Mengacu pada polemik itu, mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menggagas sebuah inovasi program tentang pentingnya pengembangan UMKM batik tulis dan pengembangan UMKM yang berbasis teknologi.

Program ini digagas diharapkan bisa meningkatkan penjualan batik tulis milik warga Desa Larangan Badung, Pamekasan.

Sebab desa ini, merupakan salah satu desa penghasil batik tulis di Pamekasan.

Sosialisasi tentang pentingnya pengembangan UMKM batik tulis dan pengembangan UMKM yang berbasis teknologi ini, disampaikan oleh M Salim, Mahasiswa UTM Prodi Manajemen.

Saat mensosialisasikan program itu, ia didampingi rekannya, yaitu Alfamelia Annesya Qilbi Sophia Suyitno dan Ahmad Bahtiar Ibrohim.

Selain itu, juga diawasi Dosen Pembimbing Lapangan, Dewi Muti'ah.

Program tersebut disosialisasikan dalam rangka 'Pengabdian Masyarakat LPPM UTM'.

M Salim menjelaskan, pihaknya menggagas program ini karena kebanyakan pengusaha batik di Desa Larangan Badung saat menjual hasil produksi batik tulisnya masih melalui penjualan ke pasar-pasar.

Selain itu, dalam pembuatan batik tulis, pengusaha batik tulis di Desa Larangan Badung ini juga masih belum memiliki logo produksinya.

"Mengacu dari polemik itu, saya punya inisiatif untuk memberikan sosialisasi kepada pemilik UMKM tersebut agar pemasarannya bukan dilaksanakan secara offline tapi juga melalui online," kata M Salim kepada TribunJatim.com, Minggu (18/7/2021).

Menurut Mahasiswa Semester 6 ini, di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, bila masyarakat Larangan Badung menjual hasil produksi batik tulisnya melalui offline, otomatis pelanggannya akan menurun.

Saran dia, pemilik UMKM ini punya kesempatan untuk mencoba pemasaran secara online, agar bisa meraup pelanggan yang lebih signifikan.

"Kami juga mensosialisasikan tentang pemberian logo atau stiker pada produksi UMKM batik tulis tersebut, agar dalam produksi ada nama brand produknya," tutupnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved