Berita Gresik
Jadi Relawan Pemulasaran Jenazah Covid-19, Aktivis NU ini Rela Puasa Tak Gendong Cucu
Juliati benar-benar mewakafkan dirinya untuk menjadi relawan pemulasaran jenazah Covid-19. Dia menjaga orang yang disayang demi menolong sesama
Penulis: Willy Abraham | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Willy Abraham
TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Juliati benar-benar mewakafkan dirinya untuk menjadi relawan pemulasaran jenazah Covid-19. Dia menjaga orang yang disayang demi menolong sesama.
Cucu semata wayangnya pun tidak digendongnya karena takut terpapar usai memandikan jenazah.
Menjadi relawan membuat rasa kemanusiaannya tumbuh. Demi membantu pemulasaran jenazah pasien Covid-19, dia sadar rawan tertular dan menularkan.
Namun rasa takut itu tidak meredupkan rasa kemanusiaan Juliati. Perempuan yang juga aktivis Muslimat NU Gresik itu menyerahkan dirinya untuk membantu rumah sakit dalam pemulasaran jenazah.
Tingginya angka kematian Covid-19 membuatnya terpanggil meski tidak bukan berlatar belakang tenaga kesehatan. Namun, dia punya bekal untuk memandikan jenazah. Memandikan, mengkafani dan memasukan jenazah ke peti kini menjadi pekerjaan sehari-hari.
Perempuan 49 tahun itu akhirnya harus membiasakan diri menggunakan baju hazmat yang begitu menyiksanya. Tapi tak ada pilihan lain, karena baju itu yang melindunginya selama memandikan jenazah Covid-19 di rumah sakit.
Dalam sepekan, para relawan ini bekerja selama lima hari. Dua hari libur. Setiap tiga hari sekali dilakukan swab antigen untuk memastikan kondisi para relawan.
"Sekarang saya puasa gak boleh gendong atau dekat cucuku. Ini berat sebenarnya, tapi mau bagiamana. Karena sekarang saya relawan," ucapnya, Minggu (25/7/2021).
Juliati sempat dibuat kaget dengan banyaknya jenazah pada hari pertama menjadi relawan. Jenazah berjejer seperti mengantre untuk mendapat giliran disentuh petugas. Jumlah jenazah itu tak sebanding dengan petugas di sana. Karena itu dia akhirnya yakin, bahwa tenaganya sangat dibutuhkan demi kemanusiaan.
"Kami berada di tempat yang tepat. Tempat yang memang membutuhkan bantuan," jelas warga perumahan Pondok Permata Suci (PPS).
Sebagai relawan pemulasaran yang direkrut Pemkab Gresik, Juliati punya beberapa tugas. Antara lain, mengambil jenazah dari ruangan, membersihkan najis-najis yang dikeluarkan jenazah, dari semua lubang tubuh. Kemudian memandikan jenazah, mendisinfektan, mengkafani hingga memasukkan ke dalam peti.
Baca juga: Puncak Jowin Tulungagung, Track Sepeda Yang Menawarkan Pemandangan Kecamatan Kalidawir dari Atas
Tentu ibu tiga anak dan satu cucu itu sangatlah mahir dalam melakukannya. Sebab sebelumnya, Juliati memang sudah terbiasa merawat jenazah di kampungnya. Bahkan dengan alat pelindung diri (APD) seadanya.
"Saya merasa rugi, punya pengetahuan dan keahlian tapi tidak bisa mengaplikasikan karena tidak punya APD. Tidak ikut membantu," kata dia.
Ketika Pemkab Gresik membuka pendaftaran melalui media sosial. Perempuan berhijab ini langsung terpanggil. Dia meminta restu ke anak-anaknya. Penolakan keras datang dari anak kedua. Melarang keras, karena lebih sayang dengan kondisinya sebagai seorang ibu.
Wanita berkacamata ini berusaha memberikan pemahaman dari hati ke hati, suami dan tiga anaknya menyetujui.