Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Sidoarjo

Kisah Kampung Ikan Asap di Sidoarjo Tetap Mengepul di Tengah Pandemi

Wiji Utami sibuk menata ratusan ikan di atas rak bambu. Persis di sebelah tungku pengasapan, perempuan berjilbab ini tampak cekatan menata ikan-ikan y

Penulis: M Taufik | Editor: Ndaru Wijayanto
SURYA/M Taufik
Wiji Utami, pekerja di tempat pengasapan ikan di Desa Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo ketika menata ikan usai dikeluarkan dari tungku pengasapan 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, M Taufik

TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Wiji Utami sibuk menata ratusan ikan di atas rak bambu. Persis di sebelah tungku pengasapan, perempuan berjilbab ini tampak cekatan menata ikan-ikan yang baru dikeluarkannya dari dalam tungku.

Beberapa saat kemudian, Utami mengambil ikan mentah untuk dimasukkan ke dalam rak panggangan kosong setelah ikannya diangkat. Hawa panas dari tungku api yang hanya berjarak beberapa centimeter di depannya seolah tak terasa.

"Sudah bertahun-tahun bekerja begini. Selama pengasapan memang harus terus dijaga, dibolak-balik ikannya supaya tidak gosong," ujar buruh di tempat pengasapan ikan di Desa Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo ini di sela kesibukannya, Minggu (24/10/2021).

Di luar ruang pengasapan, terlihat beberapa perempuan sibuk membersihkan ikan mentah. Ikan Mujaer, Nila, Bandeng, dan beberapa jenis ikan yang baru datang dari tambak itu dibersihkan satu persatu.

Sisiknya dikerok menggunakan pisau, kemudian bagian bawahnya disodet lalu kotorannya dikeluarkan. Ikan yang sudah bersih itu siap dimasukkan ke panggangan atau tungku pengasapan.

Baca juga: Mengamuk Dilaporkan Mabuk ke Istri, Pemuda di Tulungagung Ini Pukul Sejumlah Warga

"Setiap hari rata-rata 80 kilogram sampai satu kwintal. Ikannya semua dari tambak," kata Kodiyah, pemilik tempat pengasapan ikan tersebut di sela kesibukannya membantu membersihkan ikan bersama beberapa pegawainya.

Menurutnya, pandemi covid-19 tidak begitu berpengaruh terhadap bisnis yang dijalaninya. Penjualan ikan asap ke sejumlah pasar tradisional di kawasan Sidoarjo tetap berjalan normal.

"Sempat ada penurunan, tapi tidak seberapa. Penjualan ikan asap di pasar-pasar setahu saya semuanya normal," lanjut perempuan yang sudah 20 tahun menekuni usaha pengasapan ikan tersebut.

Bukan hanya Kodiyah, sejumlah pengasap ikan lain di Penatarsewu juga merasakan hal yang sama. Dari sekira 80 tempat pengasapan ikan di sana, hampir semuanya tidak terkendala. Kampung ikan asap tetap mengepul selama pandemi.

Kepala Desa Penatarseweu, Choliq, menyebut bahwa hampir semua tempat pengasapan di desanya merupakan binaan PT Pertamina Gas (Pertagas). Total produksinya mencapai kisaran 13 ton ikan asap setiap hari.

Sejak tahun 2017 Pertagas mengucurkan dana CSR-nya ke Penatarsewu. Membantu pembuatan cerobong dan tungku pengasapan, memperbaiki lantai, dan memberikan sejumlah peralatan untuk para pelaku UMKM pengasapan ikan di sana.

"Juga ada beberapa bantuan lain. Seperti pemberian pinjaman modal dengan bunga ringan untuk usaha pengasapan ikan, pembangunan resto apung, penanganan sampah desa, dan sebagainya," urai Choliq.

Resto Apung dikelola oleh BUMDes. Meski selama pandemi harus tutup, tempat makan yang instagramable itu berhasil bertahan dengan sejumlah terobosan.

Seperti melayani pesanan catering, menambah upaya bisnis lewat jualan online, dan sebagainya.

"Kami sangat bersyukur bisa tetap bertahan. Delapan karyawan tetap bisa gajian setiap bulan, dan resto juga tetap bisa berjalan meski dengan sejumlah keterbatasan," ujar Arif, pengelola BUMDes Penatarsewu.

Sektor lain yang justru berkembang pesat adalah penanganan sampah desa melalui budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF).

"Budidaya maggot juga merupakan binaan Pertagas. Dan ini yang sekarang lagi meningkat pesat dibanding sektor lain yang ditangani BUMDes Penatarsewu," kata Sekdes Penatarsewu, Heriyanto.

Sampah rumah tangga dari seluruh warga Penatarsewu dikumpulkan di tempat itu. Kemudian dipilah. Sampah organik seperti sayuran, buah, bekas makanan, dan sebagainya disisihkan untuk digiling digunakan untuk budidaya maggot.

"Setiap hari ada sekira 20 sampai 30 kwintal sampah yang masuk. Setelah dipilah, rata-rata ada sekira 30 persen sampah organik yang bisa kami pakai, selebihnya diambil petugas Dinas Lingkungan Hidup untuk dikirim ke TPA Jabon," urai Edi Yanto, pengelola KSM Sampah Desa Penatarsewu.

Pengelolaan sampah itu sendiri sudah berjalan sekira dua tahun, dan masih terus dikembangkan.

Maggot bisa dijual untuk pakan ternak, dan maggot juga mulai dikembangkan untuk menjadi pakan ikan yang berkualitas.  Caranya dengan digiling, dicampur dedak dan limbah sirip ikan.

"Untuk pakan ikan memang perlu proses tambahan, tapi hasilnya lebih bagus dan proteinnya lebih tinggi. Harganya bisa Rp 8.000 perkilogram," imbuh Edi.

Upaya pengembangan itupun mendapat pendampingan terus dari Pertagas. Bahkan CSR yang dikucurkan untuk sejumlah tempat pengasapan ikan dan resto apung di Penatarsewu juga terus dipantau oleh Pertagas.

Menurut Tedi Abadi Yanto, Head of Eksternal Relation East Region Pertagas, CSR yang dikucurkan ke Penatarsewu memang berkelanjutan. Awalnya sesuai rencana strategis satu sampai lima tahun, kemudian dievaluasi setiap tahun dan dikembangkan.

"Makanya kami terus memantau, mengevaluasi, dan membantu mendampingi warga," ujarnya.

Desa Penatarsewu sendiri merupakan ring satu operasional Pertagas. Sejak 2013, perusahaan plat merah itu beroperasi di sana.

Sejak berkegiatan di sana, perusahaan pun mulai mengucurkan SCR-nya untuk  wilayah sekitar. Mulai dari bantuan perbaikan infrastruktur tempat pengasapan ikan, pemberian peralatan agar ketersediaan bahan baku lebih banyak dan tahan lama, serta beberapa bantuan di tahun 2017.

Berikutnya ada bantuan berupa pembanguan resto apung yang bertujuan untuk memasarkan ikan asap produksi Penatarsewu. "Tahun 2019 resto mulai beroperasi, dan berefek sangat bagus bagi perekonomian," kisahnya.

Sayang, baru beberapa bulan beroperasi, datang pandemi. Untungnya pengelola resto bisa berinovasi untuk tetap bertahan. Seperti memakai platform digital, melayani catering, dan sebagainya.

Di sisi penanganan sampah yang tetap berjalan lancar, bahkan terus berkembang. Dari awalnya hanya budidaya maggot, berkembang jadi pembuatan pakan ternak.

Tahun 2021 ini Pertagas memberikan bantuan berupa peralatan pengolahan maggot menjadi pakan ternak. Dan ini menjadi produk unggulan di Desa Penatarsewu. Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan plus bisa menghasilkan uang untuk meningkatkan perekonomian.(m.taufik)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved