Berita Surabaya
DPRD Surabaya Beri Perhatian Tokoh Besar NU, AH Thony: Mari Muliakan Makam Kiai Pencetus Nama NU
DPRD Surabaya memberi perhatian pada tokoh besar Nahdlatul Ulama, AH Thony: Mari muliakan makam kiai pencetus nama NU.
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nuraini Faiq
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, AH Thony memberi perhatian khusus kepada salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Tokoh ini adalah almarhum KH Mas Alwi bin Abdul Aziz, yang merupakan pencetus dan pemberi nama organisasi Islam besar tersebut.
Nama Nahdlatul Ulama muncul dari pemikiran Kiai Alwi bersama tokoh NU lainnya.
KH Alwi inilah yang memilihkan dan memberikan nama NU. Arti kata Nahdlatul Ulama adalah kebangkitan ulama.
Namun, kebesaran nama KH Mas Alwi tak diiikuti dengan sikap memuliakan sang kiai. Meski telah berjasa besar memberikan nama NU, namun keberadaan makam tokoh besar ini tak sebesar namanya.
"Saya prihatin dengan kondisi makam tokoh besar NU ini. Almarhum adalah pencetus nama NU. Harus dicarikan cara untuk memuliakan makam sang kiai ini," kata AH Thony usai berziarah di makam KH Mas Alwi, Kamis (4/11/2021).
Pimpinan DPRD Surabaya ini didampingi Ketua MWC NU Kecamatan Wonocolo Muhaimin, dan Wakil Katib PCNU Surabaya Ahmad Nasrudin, berziarah dan mendoakan kiai pencetus nama NU tersebut. Tak lupa Thony menaburkan bunga di pusara KH Alwi
Keberadaan makam pencetus nama NU itu berada di antara himpitan rumah petak yang padat.
Makamnya nyaris berhimpitan dengan rumah petak warga. Tepatnya di kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rangkah di Jalan Kenjeran Belakang, Rangkah, Tambakrejo, Surabaya.
Namun titik makamnya terpisah dari makam umum. Makam KH Alwi dikelilingi puluhan rumah petak warga. Berbeda dari makam tokoh-tokoh besar yang dibangun cukup megah, makam pendiri NU ini terlihat terjepit di antara rumah petak.
Akses masuk makam juga hanya berupa gang sangat kecil dengan lebar sekitar 1 meter. Jangankan mobil, sepeda motor yang hendak ke titik makam ini pun pengendaranya harus turun. Praktis hanya bisa diakses pejalan kaki.
Juga terlihat banyak jemuran baju yang menggantung di dinding-dinding rumah petak, dan menjadi pemandangan bagi para peziarah yang hendak ke sana. Pintu masuk makam bersebelahan dengan dapur warga. Bahkan warga Rangkah biasa memasak di areal TPU.
Terlihat Ala Kadarnya
Saat AH Thony mengunjungi makam tersebut, tak ada kesan istimewa. Baik pusara maupun sarana pendukungnya. Semua terlihat ala kadarnya.
Sebelumnya, pada 2018 lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sempat memperbaiki makam tersebut. DPRD pun mengapresiasinya. Namun, melihat perkembangan makam yang makin terjepit permukiman, memang harus ada tindak lanjut.
Pengurus PCNU Surabaya, Ahmad Nasrudin menyebutkkan, awal makam ini dibangun, tak ada rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Sekeliling makam KH Mas Alwi sat itu masih komplek pemakaman.
Namun saat menuju makam KH Mas Alwi, Ahmad Nasrudin berjalan di antara makam-makam dan berjalan di antara rumah-rumah penduduk.
Ahmad berpendapat, akan lebih baik jika makam KH Mas Alwi dipindah ke areal Makam Nderesmo (Sidosermo). Demi menghargai jasanya yang turut merintis dan membangun NU.
"Selain itu, jika makam dibangun, maka bisa diziarahi oleh generasi muda. Ini bisa menjadi contoh bagaimana para tokoh besar agama turut serta dalam pembangunan bangsa dan masyarakatnya," ujarnya.