Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tahun Baru 2022

Kenapa 1 Januari Dipilih Jadi Awal Tahun Baru? ini Sejarahnya, Sudah Ada Sejak Zaman Julius Caesar

Perayaan Tahun Baru diperingati tiap 1 Januari. Bagaimana sejarah Tahun Baru dirayakan tiap 1 Januari? Simak penjelasannya.

ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA via KOMPAS.com
Sejumlah warga masyarakat menikmati pesta kembang api di Pantai Lagoon, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Rabu (1/1/2020). Pesta kembang api tersebut untuk menyambut Tahun Baru 2020. 

TRIBUNJATIM.COM - Perayaan Tahun Baru diperingati tiap 1 Januari.

Namun, pernahkah di benak Anda bahwa sejak kapan Tahun Baru diperingati 1 Januari?

Bagaimana sejarah Tahun Baru dirayakan tiap 1 Januari?

Simak penjelasannya dilansir dari Kompas.com, Kamis (30/12/2021).

Baca juga: 5 Cara Membuat Ikan Bakar Enak dengan Bumbu Meresap Sempurna, Hidangan Malam Tahun Baru 2022

Diketahui, momen Tahun Baru dianggap sebagai waktu yang tepat untuk merefleksikan perjalanan hidup setahun ke belakang, dan menatap resolusi tahun depan.

Lantas, mengapa 1 Januari dipilih untuk memulai tahun baru?

Melansir Live Science, gagasan menggunakan hari pertama Januari untuk menandai awal tahun baru sudah ada sejak zaman Julius Caesar, lima dekade sebelum kelahiran Yesus.

Banyak kalender yang sudah ada sebelum Caesar menciptakan kalender Julian pada 46 sebelum masehi (SM).

Akan tetapi, kalender Julian menjadi kalender pertama yang secara resmi menandai 1 Januari sebagai awal tahun baru.

Tanggal tersebut adalah hari di mana kedua konsul, pejabat politik terpilih tertinggi di Roma, mulai menjabat untuk masa jabatan mereka selama setahun.

Baca juga: Lirik Lagu dan Chord Gitar Selamat Tahun Baru - Endank Soekamti, Cocok untuk Rayakan Tahun Baru 2022

Memperbaiki sistem penanggalan

Melansir History, alasan Caesar menciptakan kalender Julian adalah untuk memperbaiki sistem penanggalan yang sebelumnya digunakan Romawi.

Diperkenalkan sekitar abad ketujuh SM, kalender Romawi berusaha mengikuti siklus Bulan tetapi sering kali tidak sesuai dengan musim dan harus dikoreksi.

Selain itu, institusi di Romawi yang bertugas mengawasi kalender, sering menyalahgunakan wewenangnya dengan menambahkan hari untuk memperpanjang masa jabatan politik.

Dalam merancang kalender barunya, Caesar meminta bantuan Sosigenes, seorang astronom Aleksandria, yang menyarankan untuk menghilangkan siklus bulan sepenuhnya dan mengikuti tahun matahari, seperti yang dilakukan orang Mesir.

Tahun dihitung menjadi 365 dan 1/4 hari, dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 46 SM, sehingga membuat tahun 45 SM dimulai pada 1 Januari, bukan pada bulan Maret.

Baca juga: 8 Zodiak Hoki di Tahun Baru 2022, Kondisi Keuangan Leo Membaik hingga Aquarius Sukses Besar

Bulan Quintilis diganti menjadi bulan Juli

Caesar juga memutuskan bahwa setiap empat tahun sekali, satu hari ditambahkan ke Februari, sehingga secara teoritis menjaga kalendernya agar tidak ketinggalan zaman.

Tak lama setelah Caesar dibunuh pada tahun 44 SM, Mark Anthony mengubah nama bulan Quintilis menjadi Julius (Juli) untuk menghormatinya.

Kemudian, bulan Sextilis diganti namanya menjadi Augustus (Agustus) menurut penggantinya.

Tahun Baru sempat berganti Melansir Britannica, dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan Kekaisaran Romawi, penggunaan kalender Julian juga menyebar.

Namun, setelah jatuhnya Roma pada abad ke-5 M, banyak negara Kristen mengubah kalender sehingga lebih mencerminkan agama mereka.

Setelah kejatuhan Romawi, tanggal 25 Maret (Hari Raya Kabar Sukacita) dan 25 Desember (Natal) menjadi Hari Tahun Baru yang umum.

Kembang api menyemarakkan malam pergantian Tahun Baru di Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Bali, Senin (31/12/2018). Malam pergantian tahun di Denpasar juga dirayakan dengan pertunjukan seni budaya yaitu Tari Joged Bumbung dan Barong Ket.
Kembang api menyemarakkan malam pergantian Tahun Baru di Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Bali, Senin (31/12/2018). Malam pergantian tahun di Denpasar juga dirayakan dengan pertunjukan seni budaya yaitu Tari Joged Bumbung dan Barong Ket. (ANTARA FOTO/NYOMAN HENDRA WIBOWO)

Belakangan, mulai disadari bahwa kalender Julian memerlukan perubahan tambahan karena adanya kesalahan perhitungan mengenai tahun kabisat.

Efek kumulatif dari kesalahan ini selama beberapa abad menyebabkan berbagai peristiwa terjadi di musim yang salah. Hal tersebut juga menimbulkan masalah ketika menentukan tanggal Paskah.

Paus Gregorius XIII kemudian memperkenalkan revisi kalender Julian pada tahun 1582, yang disebut sebagai kalender Gregorian.

Selain memecahkan masalah dengan tahun kabisat, kalender Gregorian mengembalikan 1 Januari sebagai awal Tahun Baru.

Italia, Perancis, dan Spanyol termasuk di antara negara-negara yang segera menerima kalender terbaru itu.

Namun, negara-negara Protestan dan Ortodoks cukup lambat dalam mengadopsinya.

Inggris Raya dan koloninya di Amerika tidak mulai mengikuti kalender Gregorian sampai tahun 1752.

Sebelum itu mereka merayakan Hari Tahun Baru pada tanggal 25 Maret.

Baca juga: Daftar 11 Jalan Akses Masuk Kota Mojokerto yang Ditutup Saat Malam Tahun Baru 2022

1 Januari diterima sebagai hari Tahun Baru

Seiring waktu, negara-negara non-Kristen juga mulai menggunakan kalender Gregorian.

China mulai menerapkan kalender Gregorian pada 1912, dan menjadi contoh penting, karena masih terus merayakan Tahun Baru China menurut kalender lunar.

Bahkan, banyak negara yang mengikuti kalender Gregorian juga memiliki kalender tradisional atau keagamaan lainnya.

Ada pula beberapa negara yang tidak pernah mengadopsi kalender Gregorian dan dengan demikian memulai tahun pada tanggal selain 1 Januari.

Ethiopia, misalnya, merayakan Tahun Barunya (dikenal sebagai Enkutatash) pada September.

Baca artikel seputar Tahun Baru 2022 lainnya

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved