Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Mojokerto

Menilik Taman Ghanjaran, Wujudkan Petani Berdikari dengan Gotong Royong Investasi

Gelak tawa riang anak-anak bersahutan, semilir angin sejuk berhembus di bawah cerahnya langit Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Sofyan Arif Candra
Pelaku UMKM di Lapak Taman Ghanjaran 

Setelah berangsur dikosongkan, pada tahun 2013 konsep taman wisata mulai dijalankan.

"Kami tawarkan konsep taman wisata ini ke beberapa pihak. Salah satu yang menyambut baik adalah perusahaan swasta dari Malaysia," jelas Zainul.

Nota kesepahaman telah tersusun dengan konsep bangun guna serah selama 20 tahun dengan pembagian keuntungan secara berjenjang.

"Tinggal beberapa hari penandatanganan, semua rencana yang dibicarakan dibatalkan secara sepihak," jelasnya.

Penyebabnya, calon investor mendapatkan kabar akan ada pembangunan taman wisata lain di Kecamatan Trawas yang lebih besar sehingga mereka mengurungkan niatnya untuk menyetujui nota kesepahaman dengan Pemerintah Desa Ketapanrame.

Taman Ghanjaran tak pernah sepi wisatawan
Taman Ghanjaran tak pernah sepi wisatawan (Istimewa/TribunJatim.com)

Tak patah arang, Zainul membawa konsep taman wisata tersebut ke Pemerintah Kabupaten Mojokerto.

Ia mendengar, Pemerintah Kabupaten Mojokerto mempunyai konsep membangun Kecamatan Trawas, Kecamatan Pacet, dan Kecamatan Trowulan sebagai segitiga emas pariwisata.

"Alhamdulillah pada tahun 2017 bulan November kami dikasih bantuan Rp 5 Miliar dari Pemkab Mojokerto," terang Zainul.

Pada tahun 2018 pembangunan dimulai. Langkah pertama yang dilakukan Pemerintah Desa Ketapanrame adalah membangun pagar mengelilingi tanah kas desa seluas dua hektar, lalu memasang paving, dan membangun taman serta 16 lapak UMKM.

"Pembangunannya selesai pada tahun itu juga dan langsung kita buka. Ternyata antusiasme masyarakat tinggi, tamannya ramai," jelas Zainul.

Ia melihat ada potensi besar di Taman Ghanjaran setelah perlahan-lahan mulai dikenal masyarakat Kecamatan Trawas dan Kabupaten Mojokerto.

Masyarakat sekitar pun berbondong-bondong meminta izin ke desa untuk bisa berjualan di sekitar taman dengan mendirikan tenda ataupun gerobak dorong.

"Waktu itu tidak saya izinkan walaupun kita mendapatkan pemasukan dari sewa lapak, karena kalau semua berjualan siapa yang akan beli. Penataan taman juga menjadi kurang bagus," tambah Zainul.

*Kenalkan Investasi Pada Masyarakat*

Pemdes Ketapanrame lalu berpikir untuk mengajukan proposal kembali ke Pemkab Mojokerto untuk belanja wahana, pembangunan gedung serbaguna dan guest house pada tahun 2019.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved