Berita Mojokerto
Menilik Taman Ghanjaran, Wujudkan Petani Berdikari dengan Gotong Royong Investasi
Gelak tawa riang anak-anak bersahutan, semilir angin sejuk berhembus di bawah cerahnya langit Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Januar
Pada bulan Februari tahun 2020, uang yang terkumpul dibelanjakan wahana permainan sesuai dengan konsep taman wisata yang telah dirancang.
Proses belanja wahana permainan dan instalasi ini hanya membutuhkan waktu satu bulan.
Pengurus sepakat pada bulan April 2020 Taman Ghanjaran sudah harus dibuka dengan wajah terbarunya.
"Jangan sampai uang warga tidak berputar. Kita sepakati tanggal 5 April dibuka. Tapi karena ada Pandemi Covid-19 kita dilarang buka, saat itu ada penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)," kata Zainul.
Warga pemegang saham pun mengeluhkan penundaan pembukaan taman tersebut.
Kepada Pemerintah Desa Ketapanrame mereka bercerita untuk membeli saham tersebut harus menjual binatang ternaknya, ada juga yang harus berhutang saudara serta berhutang ke bank.
Dengan berbagai macam cara, Pemerintah Desa Ketapanrame berusaha meyakinkan warga bahwa konsep taman wisata yang telah ditentukan akan menuai hasil.
"Kami hanya bisa meminta bersabar. Hingga empat bulan berselang, pada bulan Agustus Taman Ghanjaran diizinkan untuk diresmikan," kenang Zainul.
Tak disangka, pembukaan Taman Ghanjaran mendapatkan reaksi yang baik dari masyarakat baik dari Kabupaten Mojokerto maupun dari luar daerah.
Pada bulan pertama, Taman Ghanjaran mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp 800 juta.
Pada bulan itu juga, pemegang saham menerima laba bersih sebesar Rp 70 ribu untuk setiap lembar saham.
Padahal, pada proyeksi awal yang dipaparkan Zainul kepada masyarakat, pemegang saham bisa menerima laba bersih sebesar Rp 35 ribu perlembar saham.
"Laba bersih yang kita berikan ini berasal dari laba kotor yang sudah dipotong untuk pengelolaan Bumdes, lalu perawatan, gaji pegawai, pengawas, pengurus, asuransi karyawan, sebesar 35 persen," papar Zainul.
Yang tidak kalah penting, pengurus juga telah menyisihkan 7,5 persen dari laba kotor tersebut untuk pengembangan wahana serta 2,5 persen untuk zakat.
Pada bulan kedua, pemegang saham semakin tersenyum sumringah karena bisa mendapatkan laba bersih hingga Rp 100 ribu perlembar saham.
"Nah untuk bulan-bulan selanjutnya ini naik turun karena ada pembatasan selama Pandemi Covid-19. Tapi pada titik terendah, pemegang saham menerima Rp 70 ribu perlembar saham perbulan. Artinya masih lebih tinggi dari bunga bank," jelas Zainul.
*Desa Ketapanrame Juara 1 Desa Sejahtera Astra*
Lebih lanjut, ia menjelaskan, Desa Ketapanrame dihuni oleh 1.800 kepala keluarga.
Dari jumlah tersebut 404 KK ikut investasi, lalu 107 KK punya usaha di lapak Taman Ghanjaran, dan 30 KK punya wahanan perorangan.
"Taman Ghanjaran ini menghidupi 40 persen dari seluruh KK di Desa Ketapanrame," tambahnya.
Zainul pun melihat adanya indikasi meningkatnya kesejahteraan warga yang terhidupi adanya Taman Ghanjaran ini.
"Pelaku usaha yang dilapak ini banyak yang mulai mengajak tetangga dan saudaranya membantu berjualan," ujar Zainul.
"Kalau pemilik saham sudah berani mencicil motor, lalu dari cara berpakaian, aksesorisnya ada peningkatan. Perilaku sudah mulai berubah, sering belanja juga," tambahnya.
Keberhasilan pengelolaan Taman Ghanjaran ini, menurut Zainul juga tak bisa dilepas dari pendampingan PT Astra International Tbk.
Desa Ketapanrame dilirik Astra untuk menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) setelah melalui sejumlah tahapan seleksi dengan pendampingan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Surabaya (Ubaya).
"Astra memberikan pembinaan dan pendampingan melalui Ubaya. Warga dan pengurus diajak studi banding ke destinasi wisata lain untuk mengetahui bagaimana cara memandu wisata, lalu berperilaku, hingga mengelola wisata," jelas Zainul.
Adanya dampak yang begitu besar kepada masyarakat tersebut, Desa Ketapanrame dinobatkan sebagai juara 1 KBANNOVATION 2020 kategori Desa Sejahtera Astra (DSA) menyisihkan 750 desa lainnya yang tersebar di seluruh Nusantara.
*Satu Tahun Balik Modal Investasi*
Di tempat terpisah, Lamat, salah satu warga Desa Ketapanrame yang ikut berinvestasi di Taman Ghanjaran, mengaku perekonomiannya sangat terbantu dengan adanya Taman Ghanjaran.
Lamat yang sehari-hari bekerja sebagai petani bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari laba bersih yang ia terima dari investasinya sebanyak lima lembar saham di Taman Ghanjaran.
"Di luar dugaan kami. Pada pembukaan pertama itu diperkirakan bisa menerima laba bersih Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu, tapi ternyata sampai Rp 70 ribu," jelas Lamat.
Lamat sendiri tidak berani menggunakan seluruh uang tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Ia masih harus menabung guna menutup uang modal untuk membeli saham yang ia dapatkan dari berhutang kepada saudaranya.
"Insyaallah tidak sampai dua tahun, modal bisa tertutup. Karena rata-rata perbulan bisa menerima Rp 85 ribuan per lembarnya," kata Lamat.
*Pendampingan Berkelanjutan Astra*
Sementara itu, Veny Megawati, koordinator fasilitator DSA dari Ubaya mengatakan keberhasilan pengelolaan Taman Ghanjaran merupakan hasil dari jerih payah warga dan pemerintah desa setempat.
LPPM Ubaya bersama Astra bersifat mendampingi untuk memaksimalkan potensi yang ada di Desa Ketapanrame.
"Kita lebih mendampingi pada manajemen dan pengelolaan Bumdes serta Taman Ghanjaran," jelas Venny.
Bentuk pendampingan yang dimaksud, salah satunya adalah mengajak pemuda setempat studi banding ke destinasi wisata lain untuk belajar pengelolaan wisata agar lebih baik.
Beberapa destinasi wisata yang telah dikunjungi antara lain:
1. Kampung Wisata Taman Sari Yogyakarta.
2. Desa Wisata Adat Osing Kemiren Kabupaten Banyuwangi.
3. Desa Wisata Pentingsari, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
4. Kampung Mataram, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
5. Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Borobudur, Kabupaten Magelang
6. Desa Wisata Ranu Pani, Kabupaten Lumajang
7. Sanggar Bhagaskara, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Pendampingan dari Astra dan Ubaya di Desa Ketapanrame, lanjut Venny bukan untuk pengembangan Taman Ghanjaran saja, melainkan juga destinasi wisata baru di Dusun Sukorame dengan konsep pariwisata pendidikan yaitu Sumber Gempong.
"Desa Ketapanrame masuk Desa Super Prioritas Astra sehingga kita mendapatkan dana dari Astra sebesar Rp 300 juta untuk Sumber Gempong," terang dosen Manajemen Layanan dan Pariwisata Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya ini.
Venny menyebutkan Dusun Sukorame merupakan dusun terkecil dengan pendapatan terendah dibandingkan dusun yang lain di Desa Ketapanrame.
Mayoritas penduduk di dusun tersebut adalah petani dan ibu rumah tangga.
Wisata Sumber Gempong sendiri sebenarnya sudah dibuka namun pembagunan serta pendampingan untuk mewujudkan pariwisata pendidikan masih terus berjalan.
"Kita latih warganya untuk bermain gamelan, menari, dan berperilaku wisata. Saat ini 60 persen warga yang menganggur sudah terserap," kata Venny
"Ada yang berjualan di lapak, ada yang barista, petugas kebersihan, tukang parkir dan lainnya. Semangat kita adalah mengangkat sebuah lembah jadi berkah," pungkasnya.
Kumpulan berita Mojokerto terkini