Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Terkini

Nasib Laut China Selatan saat Sekutu China Pegang Kepemimpinan ASEAN, Indonesia Bisa Pusing?

Kepemimpinan ASEAN sekarang berada di tangan Kamboja yang selama ini dikenal sebagai sekutu China. Lalu, bagaimana nasib Laut China Selatan?

Editor: Januar
Xinhuanet
Presiden China Xi Jinping (kanan) dan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen (kiri). Sering disebut tangan kanan Xi Jinping, Hun Sen malah kini menjadi pemimpin ASEAN 

TRIBUNJATIM.COM - Kepemimpinan ASEAN sekarang berada di tangan Kamboja yang selama ini dikenal sebagai sekutu China.

Lalu, bagaimana nasib Laut China Selatan?

Benarkah Indonesia menjadi ikut pusing? Simak selengkapnya di sini!

Saat didirikan pada 8 Agustus 1967 lalu, organisasi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN didirikan atas politik yang tidak berpihak dan tidak mementingkan kepentingan suatu negara tertentu.

Seiring berjalannya waktu, dasar ini semakin sulit untuk dipenuhi.

Nyatanya, ASEAN menjadi panggung selanjutnya kontes politik antara dua kekuatan geopolitik dunia: Amerika Serikat dan China.

Baca juga: Masih Dapati Pengunjung Warkop Nongkrong Tanpa Masker, Ditsamapta Polda Jatim Gencar Edukasi Prokes

Hanya sedikit negara-negara di ASEAN yang bisa tetap menjaga agar tidak berpihak.

Padahal kepemimpinan ASEAN dilaksanakan oleh semua negara anggota secara bergantian.

Artinya akan ada kondisi di mana negara yang sudah menjadi sekutu AS ataupun China memimpin ASEAN.

Seperti yang terjadi di tahun 2022 ini.

Kamboja mulai mengambil alih rotasi kepemimpinan ASEAN, yang disebut pakar justru negara-negara kunci regional mulai menghadapi tantangan-tantangan geopolitik sensitif.

Melansir Asia Times, terakhir kali pemimpin Kamboja, Hun Sen, menjadi pemimpin ASEAN, lembaga itu gagal pertama kalinya dalam sejarahnya untuk menjalin komunikasi bersama di tengah ketidaksepakatan mengenai sengketa Laut China Selatan yang mengadu negara-negara ASEAN dengan China.

Sebagai sekutu kuat Beijing, pemimpin Kamboja itu bahkan secara terbuka memblokir diskusi mengenai sengketa maritim, yang membuat dua negara pendiri ASEAN, Vietnam dan Filipina, sangat kecewa.

Merespon hal itu, Indonesia memulai diplomasi antar-jemput berisiko tinggi guna mencegah kerusakan lebih lanjut di dalam ASEAN.

Hun Sen juga membuat banyak pihak khawatir dengan memulai apa yang disebut negara-negara ASEAN lain sebagai "diplomasi koboi" terhadap junta militer Myanmar yang brutal.

Sumber: Intisari
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved