Berita Surabaya
SMP Hang Tuah 1 Surabaya Kemalingan, Pintu Dibobol hingga Jejak Kaki Pelaku Tertinggal di Tembok
SMP Hang Tuah 1 Surabaya kemalingan, pintu dibuka paksa hingga jejak kaki pelaku membekas di tembok. Uang Rp 12 juta amblas.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Gedung sekolah di Surabaya tak luput jadi sasaran pencurian.
SMP Hang Tuah 1 Surabaya, di Jalan Bogowonto No 57, Darmo, Wonokromo, dibobol maling, Selasa (18/1/2022) malam.
Akibat peristiwa tersebut, uang yang disimpan di dalam laci meja utama di ruang bendahara berjumlah sekitar Rp 12 juta amblas.
Informasinya, pelaku masuk ke dalam ruang bendahara sekolah tersebut dengan cara membuka paksa gagang pintu hingga rusak.
Mungkin saking beratnya upaya pelaku membuka paksa pintu, pada bagian tembok yang berada di samping pintu itu, terdapat bercak panjatan jejak kaki kiri orang dewasa.
Baca juga: Bandit Kuras Uang Kotak Infak Musala Surabaya, Santai Melenggang Masuk, Takmir: Seperti Ahli
Kemudian, saat masuk ke dalam ruangan, pada bagian laci meja petugas bendahara, juga tampak dibuka paksa.
Pasalnya, kondisi laci ditemukan dalam keadaan terbuka, dengan komponen besi slot pengait kunci, yang masih timbul.
Diduga kuat, sebelum masuk ke dalam ruang bendahara, pelaku sempat mengacak-acak ruang wakil kepala sekolah yang berdempetan dengan ruangan berisi meja-meja kerja para guru.
Lokasi kedua ruangan tersebut, tak jauh dari ruang bendahara. Hanya, dihubungkan dengan sebuah lorong.
Terkait rekaman CCTV, ternyata pelaku merusak komponen penting instalasi perangkat kamera CCTV, sehingga saat insiden itu terjadi, CCTV di dalam ruangan sasaran pelaku sama sekali tidak berfungsi.
Kepala SMP Hang Tuah 1 Surabaya, Uryatul Hanifah mengaku, pihaknya baru menyadari jika gedung sekolahnya disatroni maling, setelah mendapati beberapa ruangan administrasi sekolah tampak berantakan, Rabu (19/1/2022) pagi.
Selain itu, uang operasional sekolah senilai Rp 12 juta di dalam laci ruang bendahara hilang.
Insiden kriminalitas tersebut, diakuinya sebagai peristiwa pertama yang terjadi pada sekolahnya.
Namun, Uryatul Hanifah mengaku masih bersyukur, karena sejumlah benda inventaris sekolah yang nilainya lebih berharga, masih utuh atau lolos dari incaran pelaku.