Berita Viral
Ketakutan Bos Pertamina Rosneft Akhirnya Jadi Kenyataan? Warga Kampung Miliarder Kini Jatuh Miskin
Kini ketakutan Bos Pertamina Rosneft jadi kenyataan? Pasalnya warga Kampung Miliarder jatuh miskin dan nganggur kehilangan lahan.
Penulis: Alga | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM - Belum setahun berlalu, warga kampung miliarder Tuban sekarang baru menyesal sudah jual tanah ke Pertamina.
Dulu padahal mereka langsung memborong beli mobil dan motor mewah setelah jadi miliarder dadakan di kampung.
Sekarang untuk beli makan saja para warga di kampung miliarder mengaku kesusahan sampai harus jual sapi.
Kini ketakutan bos Pertamina Rosneft pun bak menjadi kenyataan.
Baca juga: Runtuh Sudah Status Warga Kampung Miliarder, Tak Sejahtera Malah Susah Makan, PT PRPP: Kami Komitmen
Pada Kamis (18/2/2021), mendadak lahir miliarder baru di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban.
Pasalnya warga kampung di Tuban diketahui memang mengganti lahan pertaniannya dengan uang ganti rugi.
Dibeli untuk dijadikan kilang minyak, sebagian besar warga sampai langsung menjadi miliarder secara tiba-tiba.
Publik pun turut merasa bahagia sekaligus heran dengan kondisi yang terjadi di kampung miliarder tersebut.
Selang baru beberapa bulan setelah perjanjian dilakukan, nyatanya banyak hal pada 2022 ini harus disoroti.
Ternyata kenyataan yang terjadi sungguh di luar harapan jadi miliarder mendadak.

Ya, kini kabar terbaru justru malah bernada sebaliknya.
Setelah hampir satu tahun, kini sebagian dari mereka malah nasibnya tak sejaya dulu lagi.
Boro-boro mau beli motor baru, untuk kebutuhan sehari-hari saja mereka sulit memenuhinya.
Memang tak semua warga di kampung miliarder Tuban bernasib mujur bak sultan.
Yakni setelah dapat ganti rugi lahan pembebasan Pertamina kilang minyak Pertamina Grass Root Refinery (GRR) hampir setahun lalu.
Kilang patungan Pertamina Rosneft asal Rusia yang berada di Desa Sumurgeneng, Wadung, dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu, sebagian besar mampu meningkatkan kesejahteraan bagi pemilik lahan.
Namun bagaimana dengan warga biasa yang tak memiliki lahan?
Ternyata banyak yang tak mujur menjadi miliarder.
Baca juga: Nasib Mobil dan Kekayaan Warga Kampung Miliarder Tuban, Kini Ludes? Pak Kades Nyesal: Pengangguran
Sebagaimana yang dialami Warsono (44), Dusun Tadahan, Desa Wadung.
Warga setempat ini justru harus menelan kenyataan pahit lantaran tak bisa bertani karena tidak memiliki lahan.
"Nganggur kini tidak punya lahan," katanya saat ditemui di lahan persawahan kosong, Selasa (25/1/2022).
Sebelum ada pembebasan lahan, ia bekerja sebagai buruh tani, ikut orang yang mempunyai lahan sawah.
Namun, pemilik lahan telah menjual tanahnya untuk Pertamina.
Sehingga lahan yang telah dijual tersebut tidak lagi diperbolehkan untuk digarap.
"Sudah tidak pernah bertani lagi, sekarang lahannya sudah tidak boleh digarap," ungkapnya.

Pria dua anak ini menerangkan, setelah pembebasan lahan, ia pernah bekerja untuk pembersihan lahan atau land clearing milik Pertamina Rosneft.
Pekerjaan dengan sistem kontrak tersebut pernah dijalaninya dua kali.
Pertama sembilan bulan, lalu berhenti, kemudian dilanjutkan lagi kontrak delapan bulan.
Setelah kontrak berakhir, ia pun kembali menganggur.
Kondisi ini tentu membuatnya resah.
Karena hidup Warsono tidak lagi seperti dulu yang setiap hari bisa bertani.
Kini ia akan kembali masuk untuk kontrak land clearing sekitar enam bulan ke depan.
"Enak bertani yang setiap hari ada."
"Kalau land clearing ini habis kontrak bingung."
"Mulai besok mau kerja lagi di land clearing," pungkasnya.

Sebelumnya, Presiden Direktur PT Pertamina Rosneft, Kadek Ambara Jaya sempat merasa prihatin dan sedih.
Yakni kala ia mengetahui warga kampung miliarder Tuban memborong mobil dari hasil menjual tanah ke Pertamina.
Ia khawatir masyarakat yang mendadak jadi miliarder tersebut terancam miskin karena tak bisa mengelola uang dengan baik.
Oleh karena itu, PT Pertamina Rosneft akan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk melakukan riset dan pemetaan kondisi warga di tiga desa tersebut.
Hal ini untuk menindaklanjuti dan tanggung jawab terhadap masalah sosial warga.
"Kita akan gandeng tim riset dari Lembaga Antropologi Untuk Riset dan Analisa dalam rangka membangun cetak biru CSR (corporate social responsibility) perusahaan berbasis kearifan lokal," ungkap Kadek Ambara Jaya, Rabu (17/2/2021), dilansir dari Kompas.com.
Sebelum melibatkan warga sekitar, perusahaan akan memberikan pembinaan dan pelatihanm, sehingga mereka memiliki kemampuan baik.
"Kita punya kewajiban untuk membantu warga dari ring satu, apalagi warga saat ini kan mulai susah karena Covid-19," jelasnya.
Menurutnya, warga sekitar khususnya para penggarap lahan diharapkan dapat bergabung dan mendapatkan pekerjaan melalui padat karya tersebut.
"Kalau punya lahan kan punya duit banyak nih, namun penggarapnya kan kasihan," tuturnya kala itu.

Kini diberitakan, kilang minyak Pertamina GRR yang berada di Kecamatan Jenu, didemo warga enam desa, Senin (24/1/2022).
Warga dari Desa Wadung, Mentoso, Rawasan, Sumurgeneng, Beji, dan Kaliuntu, menanyakan komitmen perusahaan dalam penyerapan tenaga kerja.
Kadek Ambara Jaya mengatakan, pihak perusahaan berkomitmen tinggi untuk proaktif melibatkan tenaga lokal dalam proses pembangunan Kilang GRR Tuban.
Hingga Land Clearing Tahap ke-3 yang diselesaikan pada tahun 2021 lalu, kilang GRR Tuban telah melibatkan lebih dari 300 pekerja.
Dimana 98 persen di antaranya adalah warga lokal sekitar proyek.
"Pelaksanaan pekerjaan land clearing tahap ke-1 hingga ke-3 sendiri telah melibatkan lebih dari 600 warga sekitar proyek," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima, Selasa (25/1/2022) dini hari.
Baca juga: Habis Kejayaan Kampung Miliarder di Tuban? Dulu Warga Borong Mobil, Kini Harus Jual Sapi untuk Makan
Kadek menjelaskan, lebih jauh lagi perekrutan tenaga kerja dilakukan dengan memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku di bidang ketenagakerjaan, serta ketentuan keselamatan, dan kesehatan kerja (K3).
PRPP dan Pertamina Project GRR berkomitmen merekrut pekerja yang memenuhi persyaratan dan memenuhi kompetensi yang diperlukan.
Hal ini disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku didukung oleh PT Pertamina Training & Consulting (PTC).
"Penunjukkan PTC didasari agar proses rekrutmen dapat dilakukan secara transparan, independen dan bebas dari intervensi manapun," pungkasnya.