Berita Surabaya
Satu Anak di Surabaya Meninggal Usai Terkena DBD, Pemkot: Sempat Sembuh Tapi Tiba-tiba Drop
Satu anak di Surabaya meninggal usai terkena Demam Berdarah Dengue (DBD), pemkot: Sempat sembuh tapi tiba-tiba drop.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Bobby Constantine
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Di musim hujan ini, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Surabaya meningkat.
Bahkan, satu di antaranya meninggal usai sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Kasus tersebut terfokus di RW 10 Kelurahan Menur Pumpungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya. Sejumlah upaya preventif pun dilakukan.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengungkapkan, penyebab kematian anak tersebut bukan karena DBD. Sebab, anak ini sempat dirawat di rumah sakit dan dinyatakan sembuh.
"Dari DBD itu sudah masuk ke rumah sakit akhirnya sembuh. Namun, setelah keluar dan pulang dari rumah sakit kemudian meninggal. Keterangan dari rumah sakit, bukan DBD, tapi penyakit menular," kata Eri Cahyadi, Rabu (26/1/2022).
Baca juga: Serangan Demam Berdarah di Tulungagung, Satu Pasien Anak-anak Meninggal, Dinkes Lakukan Fogging
Sekalipun demikian, pihaknya tetap akan melakukan upaya preventif agar kasus serupa bisa diantisipasi.
"Sekarang bagaimana kita fokus kepada DBD, selain tentu Covid-19," katanya.
Pihaknya akan mengintensifkan fogging hingga menerjunkan juru pemantau jentik. Termasuk, meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau sama-sama menjaga lingkungan.
"Sebenarnya, lingkungan nggak buruk. Namun, kalau ada genangan di rumahnya, terus tidak mau membersihkan, itu juga bisa jadi faktor. Oleh karenanya, perlu kesadaran bersama menjaga lingkungan," katanya.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, pada bulan Januari 2022, telah ada 31 kasus yang terkonfirmasi DBD. Mayoritas menyerang anak usia 5-14 tahun.
Saat ini, Dinkes ikut gerak cepat. Termasuk, melakukan penyelidikan epidemiologi di wilayah Menur Pumpungan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nanik Sukristina menemukan adanya 4 kasus DBD. Juga, 1 suspek dengan gejala demam tetapi hasil laboratorium dalam kondisi normal.
“Satu pasien yang suspek ini langsung kami rujuk ke RSU Haji untuk mendapatkan pemantauan yang lebih intensif. Dia juga sudah dirawat secara intensif. Selain itu, tidak ditemukan kasus konfirmasi DBD lainnya,” tegas Nanik Sukristina, Rabu (26/1/2022).
Terkait laporan anak yang meninggal akibat DBD, pihaknya juga telah melakukan pemeriksaan. Menurut Nanik, hasil konfirmasi lanjutan terhadap kasus tersebut memang didapatkan pasien terkonfirmasi positif DBD berdasarkan hasil laboratorium pada tanggal 24 Januari 2022.
"Di tanggal 22 Januari 2022 juga telah dilakukan pemeriksaan laboratorium. Hasilnya, normal. Namun, ternyata kondisi klinis pasien cepat berubah,” ujarnya.
Tak ingin kejadian terulang, pihaknya berharap masyarakat segera melakukan pemeriksaan laboratorium rutin terhadap kasus demam lebih dari 3 hari. Mengingat, cepatnya perubahan kondisi klinis pasien Demam Berdarah Dengue.
Demam ini juga disertai gejala yang mengarah ke infeksi dengue. Di antaranya, nyeri kepala, mual, nyeri otot, nyeri di belakang bola mata dan adanya bercak kemerahan di kulit.
“Nah, apabila sudah didiagnosa positif DBD, maka segera melaporkan ke puskesmas terdekat atau ke kelurahan atau kecamatan," katanya.
Petugas akan segera melakukan penyelidikan epidemiologi. Yakni, kegiatan pencarian penderita demam serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di rumah penderita dan rumah sekitarnya.
"Ini dalam radius 100 meter," katanya.
Pihaknya juga akan memastikan tidak ada jentik nyamuk, lavarsidasi selektif untuk memberantas jentik penampungan air yang sulit dikuras, dan juga fogging.
“Juga Gerakan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik secara serentak dan terus menerus oleh seluruh masyarakat bersama stakeholder, mulai dari tingkat RT/RW, kelurahan, kecamatan bersama dengan puskesmas dan kader kesehatan lainnya,” ujarnya.