Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Akhirnya Kades Kampung Miliarder Tuban Kuak Penyebab Asli Warga Jatuh Miskin, Ada Fakta Sebaliknya

Setelah berbagai konflik yang mewarnai viralnya kasus Kampung Miliarder, kini Kepala Desa akhirnya mengungkap kejadian sebenarnya.

Penulis: Ignatia | Editor: Sudarma Adi
Kolase Kompas.com - Istimewa/Net
Warga bernama Musanam mengaku menyesal menjual tanahnya di sekitar kilang minyak Tuban, Jawa Timur. - Warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, ramai-ramai beli mobil baru, 2021. 

TRIBUNJATIM.COM - Akhirnya kini Kades Kampung Miliarder Tuban angkat bicara terkait penyebab asli warga Kampung Miliarder jadi miskin.

Padahal sudah mendapatkan dana ganti rugi untuk pembangunan kilang minyak yang dimaksud.

Konflik yang terjadi di Kampung Miliarder Tuban itu masih tetap ramai dibicarakan.

Dulu sempat viral pada Februari 2021, kini warga menyesal jual lahan ke Pertamina.

Dari kampung miliarder Tuban, kita belajar pentingnya investasi jangka panjang.

Baca juga: Nasib Mobil dan Kekayaan Warga Kampung Miliarder Tuban, Kini Ludes? Pak Kades Nyesal: Pengangguran

Sekadar kilas balik, saat itu sebuah video merekam beberapa unit yang diangkut truk sedang antri di jalanan Desa Sumurgeneng.

Menurut Kepala Desa Sumbergeneng, Gihanto ada sekitar 176 mobil baru yang dibeli warga desanya.

Mobil yang dibeli beragam, mulai dari Kijang Innova, Honda HRV, Pajero hingga Honda Jazz.

Warga kampung Miliarder Tuban yang terdampak akibat konflik terjadi dengan PT PRPP
Warga kampung Miliarder Tuban yang terdampak akibat konflik terjadi dengan PT PRPP (Tribunnews.com)

Namun setelah hampir setahun berlalu, kabar tak mengenakkan datang dari kampung miliarder tersebut.

Bahkan ada warga yang telah mendapakan uang miliaran rupiah, harus menjual sapi miliknya untuk kebutuhan hidup sehari-sehari.

Baca juga: Nasib Buruh Tani Kampung Miliarder Tuban, Kini Bingung Tak Ada Lahan yang Bisa Digarap: Enak Bertani

Konflik ini menjadi simpang siur pemberitaannya di luaran.

Akibatnya, Kepala Desa Sumbergeneng sendiri akhirnya mengungkapkan yang sebenarnya terjadi.

Beberapa kepala desa akhirnya mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dengan konflik seputar Pembangunan Kilang Minyak PT PRPP itu.

Fakta lain pun muncul dan jauh berbeda atau sebaliknya dibandingkan yang sejauh ini bertebaran di media sosial.

Aksi unjuk rasa di kilang pertamina GRR Tuban, Senin (24/1/2022)
Aksi unjuk rasa di kilang pertamina GRR Tuban, Senin (24/1/2022) (TribunJatim.com/ M Sudarsono)

Sejumlah kades kampung miliarder di Tuban buka suara terkait ramainya pemberitaan warga yang mengaku menyesal menjual lahan ke perusahaan minyak patungan Pertamina-Rosneft asal Rusia, untuk kilang minyak Grass Root Refinery (GRR).

Di antaranya Kades Wadung dan Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban.

"Warga kami yang terdampak ada 151 kartu keluarga (KK), namun yang punya lahan sekitar 20 persenan, sisanya bangunan rumah sudah direlokasi," kata Kades Wadung, Sasmito kepada wartawan, Kamis (27/1/2022).

Ia menjelaskan, memang warga sudah banyak yang mengeluh, terutama yang sebelumnya bekerja sebagai buruh tani.

Sebab, saat ini tidak ada lagi lahan yang digarap karena sudah menjadi milik Pertamina setelah adanya pembebasan.

Baca juga: Ketakutan Bos Pertamina Rosneft Akhirnya Jadi Kenyataan? Warga Kampung Miliarder Kini Jatuh Miskin

Mengenai pekerjaan dari Pertamina juga belum banyak lowongan, namun ia meyakini jika proyek sudah berjalan, akan banyak serapan tenaga kerja.

"Memang keluhan datang dari buruh tani yang belum kerja, di sisi lain juga belum ada progres yang signifikan terkait kilang," ujarnya.

Sementara itu, Kades Sumurgeneng, Gihanto, menepis kabar uang ganti rugi lahan dari Pertamina banyak yang habis.

"Tidak benar itu warga uangnya habis, walaupun saya tidak tahu isi rekeningnya," terang Gihanto.

Baca juga: 5 Tuntutan Warga Kampung Miliarder di Tuban ke Pertamina, Dulu Viral Kini Menyesal Sudah Jual Lahan

Ia menjelaskan, hasil jual lahan dibelikan lahan di luar desa yang lebih luas, karena harga Rp 600 ribu /meter yang diterima warga dari pembebasan lahan jika dibelikan di luar dapat harga Rp 200 ribu/meter, maka bisa dapat 3 kali lipat.

Sedangkan untuk buruh tani juga masih bekerja ikut orang lama yang membeli lahan baru di luar desa, jadi masih tetap kerja juga.

"Lahan warga penerima ganti rugi dari Pertamina juga masih, jadi tidak benar itu uang warga habis, justru semakin sejahtera," pungkasnya.

Aksi warga enam desa di kilang minyak Pertamina GRR Tuban.
Aksi warga enam desa di kilang minyak Pertamina GRR Tuban. (TribunJatim.com/M Sudarsono)

Sementara itu, disebutkan juga berbagai tuntutan yang diharapkan oleh penduduk sekitar yang terdampak.

Para pengunjuk rasa membawa lima tuntutan saat aksi yang ditujukan pada perusahaan patungan Pertamina dan Rosneft asal Rusia.

Korlap aksi, Suwarno mengatakan, ada lima tuntutan dari masyarakat ring perusahaan.

1. Memprioritaskan warga terdampak terkait rekrutmen sekuriti

2. Semua vendor yang ada di Pertamina di dalam rekrutmen tenaga kerja harus berkoordinasi dengan desa

3. Sesuai dengan janji dan tujuan pembangunan, Pertamina harus memberi kesempatan dan edukasi terhadap warga terdampak

4. Jika Pertamina bisa mempekerjakan pensiunan yang notabennya usia lanjut, mengapa warga terdampak yang harusnya diberdayakan malah dipersulit untuk bekerja dengan dalih pembatasan usia

5. Keluarkan vendor maupun oknum di lingkup project Pertamina yang tidak pro terhadap warga terdampak.

"Aksi ini adalah buntut dari ketidakterbukaan Pertamina terhadap desa di ring perusahaan, kita mendesak tuntutan direalisasikan," ujarnya kepada wartawan.

Warga yang ikut aksi juga menyatakan menyesal menjual lahan dan rumahnya untuk GRR, karena saat ini sudah tidak bisa lagi bekerja.

"Saya sudah jual sapi tiga ekor untuk bertahan, karena tidak bisa bekerja, lahan sudah dibeli Pertamina," ungkap Musanam (60), peserta aksi.

Berita seputar viral lainnya

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved