Berita Probolinggo
Sepanjang Januari 2022, Ada 21 Kasus DBD di Kabupaten Probolinggo, 2 Orang Meninggal
Terdapat 21 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo, dengan jumlah kematian mencapai 2 orang, selama bulan Januari 2022.
Penulis: Danendra Kusuma | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Danendra Kusuma
TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO - Terdapat 21 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo, dengan jumlah kematian mencapai 2 orang, selama bulan Januari 2022.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Probolinggo mengimbau warga mewaspadainya, terlebih saat ini memasuki musim penghujan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo, Mujoko mengatakan, naiknya kasus DBD ini cenderung karena memasuki musim hujan.
Selain itu, dijumpai cukup banyak tumpukan sampah yang memicu genangan air dan selokan-selokan yang mampet.
Baca juga: Satu Anak di Surabaya Meninggal Usai Terkena DBD, Pemkot: Sempat Sembuh Tapi Tiba-tiba Drop
Genangan air merupakan tempat berkembang biak serta sarang nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah.
"Diperlukan gerakan semua elemen masyarakat untuk membersihkan lingkungan. Paling murah itu sebetulnya adalah gerakan 3M berupa menguras, menutup dan mengubur dengan beberapa kelompok kerja yang ada di desa," kata Mujoko, Rabu (2/2/2022).
Mujoko menjelaskan, tren terjadinya kasus DBD itu biasanya diawali dari bulan Desember hingga April. Biasanya pada bulan April sudah melandai, karena mulai masuk musim kemarau.
"Puncaknya biasanya pada bulan Februari dan Maret. Ini betul-betul harus diwaspadai, tetapi tergantung juga bagaimana musim yang ada. Terutama daerah-daerah endemis. Kabupaten Probolinggo termasuk daerah endemis, dalam artian setiap tahun itu selalu ada kasus DBD, seperti Kecamatan Gending dan Pajarakan," terangnya.
Ia menyebut, dua kasus kematian akibat DBD ini sudah termasuk cukup tinggi. Sebab, seharusnya tidak boleh ada kasus kematian karena DBD.
"Tentunya upaya yang dilakukan untuk mencegah kasus DBD ini sudah sangat maksimal. Teman-teman di lapangan sudah sangat masif melakukan upaya pencegahan kasus DBD. Gerakan masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan juga penting," ucapnya.
Ia menerangkan, upaya yang dilakukan terkait dengan kasus DBD, yakni fogging dengan radius 100 meter dari titik kejadian DBD bila ada kasus. Selain itu, gerakan 3M terus digalakkan.
"Satu kasus pun akan difogging dengan catatan betul-betul terdiagnosa DBD. Di sisi lain, 3M harus digencarkan. Karena fogging itu hanya membunuh nyamuk terbang dan jentik akan mati kalau kita lakukan dengan 3M tadi plus abatesasi," urainya.
Mujoko mengimbau kepada masyarakat agar kembali menggalakkan kegiatan gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan secara bersama-sama dan saling mengingatkan.
Sebagai informasi, jentik nyamuk ini hidup di air bersih. Genangan air di tanah tidak menjadi trigger utama sebab ada mikroorganisme yang akan memakannya.
"Intinya masyarakat rutin memantau tempat penampungan air masing-masing. Jangan sampai menunggu jentik, setidaknya dua hari sekali dikuras. Genangan air yang tertampung di kaleng-kaleng bekas juga berisiko," pungkasnya.