Berita Surabaya
Pengrajin Tempe di Surabaya Mogok Produksi, Wawali Armuji Janji Pemkot Bakal Beri Perhatian
Sebagai ungkapan kekecewaan para perajin tempe dan tahu, mereka memilih mogok berproduksi. Dalam beberapa hari ini, sulit ditemukan produk untuk
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Nuraini Faiq
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sebagai ungkapan kekecewaan para perajin tempe dan tahu, mereka memilih mogok berproduksi. Dalam beberapa hari ini, sulit ditemukan produk untuk lauk dan camilan terkenal warga Surabaya ini.
Para perajin tempe dan tahu itu sulit menerima melambungnya harga kedelai hingga Rp 11.000 per kg. Sebelumnya harga kedelai sebagai bahan utama pembuat tempe itu di kisaran Rp 6.000 per kg.
Wakil Wali Kota Surabaya Armuji mengunjungi sejumlah home industri tempe dan tahu. Dia menemui dan memberi motivasi para perajin tempe yang saat ini dalam posisi terimpit.
Wawali Cak Ji menemui Perajin Tempe yang ada di Kelurahan Kebonsari dan Perajin Tahu di Kelurahan Pagesangan LCD ll. Mereka didorong ingin tetap terus bersemangat jualan.
Baca juga: Polisi Duga Jasad Lelaki yang Ditemukan dalam Jurang di Pamekasan Madura Tersetrum Listrik
"Para pengrajin tempe sementara berhenti produksi karena untuk membeli kedelai terlalu tinggi. Sedangkan pengrajin tahu menurun produksinya," kata Cak Ji.
Atas melangitnya harga kedelai, Wawali Cak Ji menyikapi khusus dan menjadi perhatian serius Pemkot Surabaya. Sebab ini menyangkut kebutuhan pokok warga. Dia bisa memahami situasi sulit perajin dan pembuat tempe.
Harga kedelai terus merangkak naik karena permintaan global yang juga tinggi. Salah satunya dipicu oleh aksi borong China terhadap kedelai impor dari negara-negara pemasok utama seperti AS.
Merujuk pada situs tradingeconomics, harga kedelai berfluktuasi di rentang US$ 15 per bushel (sekitar 27,21 kg). Pernah setiap bushel sempat menyentuh level tertinggi sejak Mei 2021 di kisaran US$ 16 per bushel.
Akibatnya pengrajin tahu dan tempe harus menebus kedelai dengan harga lebih mahal. Di waktu normal berada di harga Rp 6.000-7.000/Kg, kini mencapai lebih dari Rp 11.000/Kg.
Pemkot segera berkoordinasi dengan sejumlah stakeholder merumuskan jalan keluar terhadap permasalahan produksi tahu dan tempe yang berbahan baku kedelai.
Cak Ji juga mendorong Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perdagangan agar segera menetapkan Harga Eceran Tertinggi dan mengambil langkah konkret untuk mengendalikan harga kedelai yang meroket dan membawa dampak luas.
"Semoga harga-harga bahan pokok mampu dikendalikan mendekati bulan Puasa. Pengrajin tempe dan tahu mari tetap berjualan. Bisa mengurangi ukuran produksi," kata Cak Ji. (Faiq)
Kumpulan berita Surabaya terkini