Ramadan 2022
Bolehkah Puasa Qadha Ramadan Setelah Lewat Puasa Nisfu Syaban? Ustaz Abdul Somad: Ada Pengecualian
Hukum qadha puasa Ramadan setelah lewat puasa Nisfu Syaban. Apakah boleh? simak penjelasan Ustad Abdul Somad.
TRIBUNJATIM.COM - Ramadan 2022 akan segera tiba.
Bagi yang masih memiliki utang puasa Ramadan bulan sebelumnya, segerakanlah untuk membayar (qadha).
Utang puasa dibayar sesuai dengan jumlah hari yang ditinggalkan pada Ramadan sebelumnya.
Namun bolehkan puasa qadha Ramadan di bulan Syaban?
Simak penjelasan Ustaz Abdul Somad dalam artikel ini.
Setelah bulan Syaban, akan tiba Ramadan dan saatnya kita melaksanakan puasa wajib sebulan penuh.
Ada yang mengatakan di bulan Syaban setelah lewat puasa Nisfu Syaban dan sebelum tiba puasa Ramadan, sebaiknya tak usah lagi berpuasa.
Hal itu dibenarkan oleh Ustad Abdul Somad dalam sebuah video ceramahnya.
“Ada hadisnya, diriwayatkan oleh Abu Hurairah tentang larangan berpuasa setelah lewat Nisfu Syaban,” katanya.
Baca juga: Bagaimana Niat Gabung Puasa Qadha Ramadan dan Puasa Nisfu Syaban? Begini Penjelasan Buya Yahya
Baca juga: 4 Resep Kolak Enak untuk Buka Puasa Ramadan 2022: Kolak Ketan Campur hingga Kolak Singkong Karamel
Walau begitu, tetap ada pengecualian bagi yang hendak berpuasa di antara Nisfu Syaban dan Ramadan, yaitu dua jenis puasa ini.
Pertama, bagi mereka yang telah terbiasa melaksanakan puasa sunah seperti Senin Kamis.
Kedua, bagi mereka yang hendak membayar utang puasa Ramadan tahun lalu.

“Boleh berpuasa lagi setelah lewat puasa Nisfu Syaban dan sebelum Ramadan tiba bagi mereka yang memang sudah terbiasa melaksanakan puasa sunah, seperti Senin Kamis. Misalnya hari ini puasa Nisfu, besoknya Rabu, besoknya lagi Kamis nah pas Kamis itu kalau hendak puasa sunah, boleh, kalau memang dia sudah terbiasa puasa Senin Kamis,” terangnya.
Selanjutnya, bagi mereka yang hendak membayar utang puasa Ramadan tahun lalu pun dibolehkan juga berpuasa.
Sebab, jika Syaban telah berakhir sementara utang puasa belum juga dibayar, maka dia akan kena denda plus fidyah.
“Jadi, bulan Syaban itu batas akhirnya bayar utang puasa. Lewat dari itu, sudah selesai Ramadan, mau bayarnya di bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya sudah kena denda plus fidyah. Jadi, bagi mereka yang hendak berpuasa bayar utang selepas Nisfu Syaban, dibolehkan dan itu tidak kena denda dan fidyah,” bebernya.
Baca juga: Lupa Jumlah Utang Puasa Ramadan Tahun Lalu? ini Cara Membayarnya, Lengkap Bacaan Niat Puasa Qadha
Tips membayar utang puasa
Utang puasa Ramadan menumpuk
Sebelumnya ustadz yang akrab disapa UAS itu menjelaskan cara melunasi utang puasa Ramadan yang sudah menumpuk bertahun-tahun.
Ia memberikan tips agar utang puasa yang dimiliki cepat terlunasi.
Ustadz Abdul Somad memberikan arahan untuk menentukan terlebih dahulu jumlah utangnya sebelum mengganti puasa.
Jika tidak ingat atau lupa hitungan harinya, maka bisa mengira-ngira sesuai yang pernah dijalankan puasanya.
Misal, apabila dahulu hanya menunaikan puasa sebanyak 5 hari, maka sisanya dihitung sebagai utang.
"Pertama tentukan dulu jumlahnya. Akhil baligh umur berapa, 10, sekarang baru ingat puasa umur berapa 30, berarti 20 tahun," jelas Ustaz Abdul Somad.
"Saya tak tinggal semua pak ustaz ada juga sedikit-sedikit, berapa hari? agak-agak 5 hari, berarti 25 hari kali setahun kali 10 tahun, 250, kali 20, 500 hari," jelasnya.
"500 hari berapa tahun lunas?, InsyaAllah 5 tahun lunas," ungkap Ustaz Abdul Somad.
Ia melanjutkan, utang puasa bisa diganti setiap Senin dan Kamis setiap hari.
Jumlah utang puasa tersebut bisa ditulis di atas kertas.
Apabila sudah dilaksanakan, centang satu hari di kertas, begitu seterusnya untuk menjadi pengingat.
Rumus tersebut, kata Ustaz Abdul Somad sudah lama ia terapkan di keluarganya.
"Senin Kamis, 8 hari dalam sebulan, setahun 88 hari, InsyaAllah 5 tahun tambah sedikit lunas," jelas Ustaz Abdul Somad.
Agar utang puasa cepat terlunasi, ia menyarankan bisa mulai dilakukan tahun ini.
"Laksanakan, laksanakan tahun sekarang, InsyaAllah 5 tahun ke depan lunas," ujarnya.
Bulan suci Ramadan akan segera tiba.
Baca juga: Tips Agar Anak Mampu Jalani Puasa di Bulan Ramadan 2022, Perhatikan Waktu Sahur dan Berbuka Puasa
Baca juga: Tips Puasa Ramadan bagi Ibu Menyusui dari Dokter Ahli Laktasi, Utamakan Istirahat Pada Siang Hari
Pada saat bulan Ramadan, seluruh umat muslim di dunia akan menjalankan ibadah puasa.
Bagi umat muslim yang masih mempunyai utang puasa tahun lalu, maka wajib untuk menggantinya di lain waktu.
Masih Punya Utang Puasa Ramadan tapi Lupa Jumlahnya? Begini Cara Membayar yang Benar
Umat muslim akan segera menjalan puasa Ramadan.
Puasa Ramadan wajib dilaksanakan oleh umat muslim yang sudah baligh.
Perintah puasa Ramadan ini sendiri tertulis dalam Al-Quran Surat Al Baqarah ayat 183.
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa."
Namun, ada beberapa kondisi dimana umat Muslim diperbolehkan untuk tidak berpuasa, seperti musafir, orang yang sakit, perempuan yang sedang berada dalam masa haid dan nifas (darah yang keluar setelah melahirkan), dan lain sebagainya.
Melansir Kompas.com, keringanan itu dalam istilah fikih disebut dengan rukhsah, yaitu keringanan dalam beribadah yang diakibatkan oleh kondisi tertentu.
Nantinya mereka diwajibkan untuk mengganti utang puasa di hari-hari biasa setelah Ramadan.
Lantas, bagaimana jika kita lupa jumlah utang puasa Ramadan kita?
Terkait hal ini, Ustaz Abdul Somad dalam ceramahnya pernah membahas persoalan tersebut.
Dilansir TribunnewsBogor.com dalam channel Youtube Kun Ma Allah, Ustaz Abdul Somad tampak sedang membacakan pertanyaan dari salah seorang jamaah.
Yakni mengenai cara untuk melakukan qadha puasa namun kita lupa jumlah utang puasa tersebut.
"Saya ingin bertanya, saya dulu pernah meninggalkan puasa Ramadan. Namun saya lupa berapa jumlahnya, bagaimana saya mengganti puasanya ?" ucap Ustaz Abdul Somad.
Mendengar pertanyaan itu, Ustaz Abdul Somad pun lantas menjawabnya.
Jika seseorang lupa berapa jumlah utang puasanya di Ramadan sebelum-sebelumnya, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkannya dengan pasti.
Pun ketika orang tersebut sama sekali tidak ingat berapa jumlah utang puasa yang ia miliki.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengingat usia berapa kita akil baligh.
Lalu, diingat kembali, berapa jumlah puasa yang kita lakukan dalam rentang usia kita sudah akil baligh itu sampai sekarang.
Misal, usia akil baligh kita dulu umur 10 tahun, lalu usia kita sekarang 30 tahun, dan selama itu kita tidak pernah melakukan puasa, berarti utang puasa kita sebanyak 30 hari dikali 20 tahun yakni 600 hari.
"Pertama, tetapkan dulu jumlahnya. (Kalau tak bisa menetapkan ?) Bisa. Akil Baligh umur berapa ? (misalnya) 10. Sekarang baru ingat puasa umur berapa ? 30. Berarti 20 tahun (yang harus dilunasi)," ungkap Ustaz Abdul Somad.
Jawaban mengenai pertanyaan soal lupa jumlah utang puasa itu juga pernah diungkap oleh Buya Yahya.
Dalam channel Youtube Al Bahjah TV, Buya Yahya juga memaparkan bahwa seseorang yang lupa akan jumlah utang puasanya ada baiknya untuk menetapkan dengan pasti dulu bilangannya sebelum melakukan qadha.
"Bilangannya Anda kira-kira. Sebelum meng-qadha Anda kira-kira. Lalu khayalkan kira-kira tahun pertama akil baligh berapa. Anda jumlah dan Anda hitung. Lalu pastikan dan ingat bilangan yang sudah dijumlahkan itu," ujar Buya Yahya.
Lalu, bagaimana cara membayar utang puasa yang jumlahnya hingga ratusan itu ?
Kepada jamaah, Ustaz Abdul Somad menjelaskan bahwa kita bisa mencicilnya setiap hari, atau yang lebih baik lagi setiap hari senin dan kamis.
Dengan intensitas yang sering, utang puasa yang kita miliki pun lama-lama bisa luna.
"Yang banyak puasanya tinggal (utang), ganti, senin, kamis, senin, kamis. 8 hari dalam sebulan, setahun 88 hari. Insya Allah lunas," ucap Ustaz Abdul Somad.
Perihal niat qadha atau bayar utang puasa, Ustaz Abdul Somad pun berujar bahwa umat muslim bisa mengucap niat seperti niatan puasa qadha biasa.
Pun qadha puasa itu dilakukan di hari senin misalnya.
Seseorang yang hendak membayar utang puasanya tidak perlu berniat 'aku niat puasa qadha sekaligus puasa senin'.
Niatan yang perlu diucap menurut Ustaz Abdul Somad adalah 'aku niat puasa qadha' saja.
Sebab menurut Ustaz Abdul Somad, seseorang yang membayar qadha puasa di hari senin, akan otomatis juga mendapat pahala puasa senin.
"Niatnya puasa qadha. Dilaksanakan senin, otomatis dapat puasa senin," pungkas Ustaz Abdul Somad.
Menurut Hadist Soal Lupa Jumlah utang Puasa
Orang yang lupa dalam ibadah, dia diperintahkan untuk mengambil yang lebih meyakinkan.
Kaidah dasar mengenai hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terkait orang yang lupa bilangan rakaat ketika shalat,
إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلْيُلْقِ الشَّكَّ، وَلْيَبْنِ عَلَى الْيَقِينِ
“Apabila kalian ragu dalam shalat, hendaknya dia buang keraguannya dan dia ambil yang lebih meyakinkan….” (HR. Abu Daud 1024 dan dishahihkan Al-Albani).
Kemudian, beliau mengarahkan, agar orang yang shalat, mengambil bilangan yang lebih sedikit, karena itu yang lebih meyakinkan.
Orang yang shalat zuhur dan lupa apakah telah mengerjakan 2 rakaat atau 3 rakaat, yang harus dia pilih adalah 2 rakaat, karena ini yang lebih meyakinkan.
Orang yang thawaf dan lupa, sudah melakukan 5 kali putaran ataukah 6 kali, yang harus dia pilih adalah yang lebih sedikit, baru melakukan 5 kali putaran, karena ini lebih meyakinkan.
Demikian pula orang yang lupa berapa jumlah hari yang menjadi tanggungan dia berpuasa, apakah 12 hari ataukah 10 hari, yang harus dia pilih adalah yang lebih meyakinkan yaitu 12 hari.
Dia memilih yang lebih berat, karena semakin menenangkan dan melepaskan beban kewajibannya.
Karena jika dia memilih 10 hari, ada 2 hari yang akan membuat dia ragu. Jangan-jangan yang 2 hari ini juga tanggungan dia untuk berpuasa.
Berbeda ketika dia memilih 12 hari. Dan sekalipun kelebihan, puasa yang dia lakukan tidak sia-sia, dan insyaaAllah dia tetap mendapat pahala.
Imam Ibnu Qudamah mengatakan,
إذا كَثرَت الْفوائتُ عليهِ يتشاغلُ بالقضَاء… فَإِنْ لَمْ يَعْلَمْ قَدْرَ مَا عَلَيْهِ فَإِنَّهُ يُعِيدُ حَتَّى يَتَيَقَّنَ بَرَاءَةَ ذِمَّتِهِ
“Apabila tanggungan puasa sangat banyak, dia harus terus-menerus melakukan qadha….jika dia tidak tahu berapa jumlah hari yang menjadi kewajiban puasanya, maka dia harus mengulang-ulang qadha puasa, sampai dia yakin telah menggugurkan seluruh tanggungannya.”
Kemudian Ibnu Qudamah menyebutkan riwayat keterangan dari Imam Ahmad, tentang orang yang menyia-nyiakan shalatnya,
يُعِيدُ حَتَّى لَا يَشُكَّ أَنَّهُ قَدْ جَاءَ بِمَا قَدْ ضَيَّعَ. وَيَقْتَصِرُ عَلَى قَضَاءِ الْفَرَائِضِ, وَلَا يُصَلِّي بَيْنَهَا نَوَافِلَ, وَلَا سُنَنَهَا
Dia ulangi sampai tidak ragu lagi bahwa dia telah melakukan apa yang telah dia lalaikan. Dia hanya melakukan yang wajib saja, dan tidak melakukan shalat rawatib maupun shalat sunah. (Al-Mughni, 1/439)
Berdasarkan keterangan di atas, orang yang lupa sama sekali jumlah hari puasa yang menjadi tanggungannya, dia bisa memperkirakan berapa jumlah utangnya, kemudian segera membayar puasa sebanyak yang dia prediksikan, sampai dia yakin telah melunasi utang puasanya.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Bolehkah Bayar Utang Puasa Orang yang Sudah Meninggal? Ustadz Abdul Somad Jelaskan Hukumnya