Nasib Produsen Kerupuk di Madiun yang Harus Berhenti Produksi karena Minyak Goreng Curah Terbatas

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra

TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Sejumlah pelaku usaha di Kabupaten Madiun masih kesulitan mendapatkan minyak goreng curah.

Bahkan ada yang memilih untuk berhenti produksi.

Satu di antaranya seperti pengusaha kerupuk di Desa Ngampel, Kecamatan Mejayan, Madiun, Rusli Heri.

Keputusan untuk menghentikan sementara produksinya sudah dilakukan sejak dua pekan yang lalu.

Berbagai perkakas penggorengan dan peralatan lainnya pun menganggur.

"Karena nggak ada minyak, sementara produksi libur dulu," kata Rusli, Sabtu (26/3/2022).

Dalam satu kali produksi, Rusli membutuhkan satu drum minyak goreng curah dengan volume 180 Kilogram.

"Produksi per hari antara tiga sampai empat kuintal," lanjutnya.

Rusli enggan untuk beralih ke minyak goreng kemasan lantaran harganya yang terlalu tinggi, yaitu Rp 24 ribu per liter setelah harga eceran tertinggi (HET) dicabut.

"Kalau pindah ke minyak kemasan, biaya produksinya jadi tambah banyak," ungkapnya.

Langkah untuk menyetop produksi tersebut merupakan pilihan yang berat, pasalnya memunculkan efek domino, yaitu harus meliburkan 15 karyawannya.

Rusli berharap stok minyak goreng curah bisa segera stabil, sehingga usaha turun-temurun yang dijalankan keluarganya sejak tahun 1980 tersebut bisa beroperasional lagi. 

"Kalau ada minyak ya produksi lagi. Semoga, minyak curah cepat ada lagi dengan harga yang terjangkau," pungkasnya.