Berita Lumajang
Demi Minyak Goreng Curah, Warga Lumajang Rela Antre Panjang: Yang Penting Murah
Setelah Harga Eceran Terendah (HET) minyak goreng dicabut pemerintah, tidak semua kalangan masyarakat dapat membeli minyak goreng kemasan. Akibatnya,
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan
TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Setelah Harga Eceran Terendah (HET) minyak goreng dicabut pemerintah, tidak semua kalangan masyarakat dapat membeli minyak goreng kemasan. Akibatnya, masyarakat kini beralih memburu minyak goreng curah.
Hal itu seperti yang terlihat di salah satu agen di kawasan Desa Pulo Kecamatan Tempeh, Lumajang. Rata-rata warga membeli minyak goreng curah dengan membawa jerigen.
Saking banyaknya masyarakat yang menyerbu sampai-sampai panjang antreannya hingga mencapai 100 meter. Walhasil, ruas jalan Desa Pulo terpaksa ditutup sementara.
Nanik salah seorang warga mengaku rela antre sejak pukul 16.00. Sebab minyak goreng kemasan di pasaran harganya terlampau mahal. Per liter Rp 25.000 - 28.000. Sedangkan di tempat ini minyak goreng murah hanya seharga Rp 14.000.
"Sudah gak mikir merek yang penting murah," kata Nanik.
Selain ibu-ibu rumah tangga, rata-rata masyarakat yang antri merupakan pedagang UMKM seperti penjual gorengan, atau warung -warung makan.
Baca juga: Awal Ramadan, Minyak Goreng Curah Jadi Persoalan Utama di Sidoarjo, Harga Tinggi Barang Sulit Dicari
Mereka terpaksa memburu minyak goreng curah, agar menjual makanan gorengannya yang harga murah.
Diketahui, operasi minyak goreng curah ini digelar oleh Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia. Suhendrik penyedia minyak goreng curah mengatakan, pihaknya kini tengah menyediakan 20 ribu liter.
Setiap warga bisa mendapat 10 liter minyak goreng curah dengan harga Rp 14 ribu per liter hanya dengan menunjukkan KTP.
"Tidak menutup kemungkinan jika operasi operasi minyak curah di Desa Pulo sudah terpenuhi, kegiatan ini akan merambah ke desa sekitar bahkan sampai seluruh Lumajang," pungkasnya.
Baca juga: Lapor Polisi Gegara Sapinya Hilang, Warga Situbondo Ini Tak Menduga Ternyata Pelakunya Anak Sendiri