Berita Tulungagung
Banyak Pembudidaya Beralih ke Ikan Hias, Pengusaha Kuliner di Tulungagung Sulit Dapat Ikan Gurami
Para pelaku usaha kuliner di Kabupaten Tulungagung kesulitan mendapatkan ikan gurami. Penyebabnya permintaan ikan konsumsi turun drastis selama dua ta
Penulis: David Yohanes | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Para pelaku usaha kuliner di Kabupaten Tulungagung kesulitan mendapatkan ikan gurami.
Penyebabnya permintaan ikan konsumsi turun drastis selama dua tahun pandemi Covid-19.
Akibatnya banyak pembudidaya ikan konsumsi beralih ke ikan hias selama masa pandemi.
"Banyak yang beralih ke koi atau koki. Selama dua tahun harga (ikan konsumsi) hancur, siapa yang kuat?" ucap Yoyok Mubarok, pengurus Kelompok Tani Ikan Mina Makmur Desa Bendil Jati Wetan, Kecamatan Sumbergempol.
Lanjut Yoyok, selama satu tahun ini sudah jarang pembudidaya yang memelihara ikan gurami.
Sebab saat itu harga gurami hanya Rp 18.500 per kilogram.
Baca juga: Pemkab Tulungagung Siapkan THR ASN, Bupati Maryoto Birowo Izinkan Mobil Dinas Dipakai untuk Lebaran?
Dengan harga ini para pembudidaya merugi, apalagi harga pakan naik tajam.
Kala itu para pembudidaya banyak merugi karena harus cepat menjual ikannya.
Jika lebih lama dijual harga belum tentu naik, sementara konsumsi pakan terus berjalan.
Ditambah jika ikan terlalu lama dipelihara dan ukurannya terlalu besar juga tidak laku dijual.
Baca juga: Pertengahan Ramadan, Harga Bahan Pokok di Pasar Ngemplak Tulungagung Cenderung Turun
"Kalau terlalu besar juga ditolak sama pasar. Sementara gurami tidak bisa di-fillet karena tidak ada pasarnya," ungkapnya.
Saat ini para pembudidaya kembali memelihara gurami karena harga ikan hias sudah anjlok.
Rata-rata usia ikan saat ini 2-3 bulan.
Melihat usia itu maka masa panen masih 5-6 bulan mendatang.
"Usia 8 bulan itu masa panen tercepat untuk gurami. Itu besarnya sekitar 5 Ons saja," tutur Yoyok.
Baca juga: Sudah Lama Diincar, Bandar Sabu di Tulungagung Ini Akhirnya Berhasil Diringkus, Dikenal Lihai
Selama ini Kabupaten Tulungagung adalah penghasil utama gurami.
Karena itu jika stok di Tulungagung terbatas, harganya terkerek naik.
Dengan kondisi ini Yoyok memperkirakan kelangkaan gurami masih terjadi 5 bulan ke depan.
"Daerah lain ada yang menghasilkan gurami, tapi tidak banyak. Jadi masih lama harga gurami stabil seperti dulu," katanya.
Hal berbeda berlaku pada ikan patin.
Baca juga: Pamit Cari Ikan di Sungai, Warga Lamongan Ini Malah Bernasib Tragis, Ada Luka Lecet di Siku Kanan
Ikan konsumsi yang masuk keluarga cat fish ini juga sempat anjlok di harga Rp 12.500 per kilogram.
Saat ini ikan patin dihargai Rp 17.000 hingga Rp 17.000 per kilogram.
Dengan harga BEP sebesar Rp 14.000-Rp15.000 per kilogram, pembudidaya patin masih bisa meraup untung.
"Patin stoknya malah aman. Harganya juga masih memberi keuntungan," pungkas Yoyok.
Sebelumnya para pelaku usaha kuliner mengeluhkan stok gurami yang sulit didapat.
Jika pun ada yang menjual, harganya mencapai Rp 40.000-Rp 50.000 per kilogram.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com