Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

Penyakit Mulut dan Kuku Masuk Gresik dan Sidoarjo, Surabaya Perketat Distribusi Ternak, RPH Diawasi

Pemkot Surabaya bergerak cepat mengantisipasi masuknya penyakit mulut dan kuku (PMK) terhadap hewan. Mengingat, ribuan terbak di empat daerah

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Bobby Constantine Koloway
Petugas dari Pemkot Surabaya melakukan pengawasan terhadap hewan ternak di Surabaya. 

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Bobby Constantine Koloway

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pemkot Surabaya bergerak cepat mengantisipasi masuknya penyakit mulut dan kuku (PMK) terhadap hewan. Mengingat, ribuan terbak di empat daerah terindikasi telah terjangkit penyakit ini.

Keempat daerah tersebut adalah Gresik, Lamongan, Mojokerto dan Sidoarjo. Diharapkan, penyakit ini tak masuk kota Pahlawan.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) melakukan sejumlah langkah antisipasi. Di antaranya, pengawasan dan monitoring di lapangan.

Termasuk, pengawasan di Rumah Potong Hewan (RPH) dengan para Jagal. Selain di RPH, DKPP Surabaya juga mengawasi di ternak mulai daerah keberangkatan.

Baca juga: Seusai Berhubungan Badan di Kamar Kos, Pria di Malang Mendadak Lemas, Endingnya Kehilangan Nyawa

"Kami memastikan bahwa (hewan ternak) yang masuk ke RPH itu memiliki surat keterangan sehat dari daerah asal. Ini untuk memastikan ternak yang masuk ke Surabaya tidak terjangkit," kata Kepala DKPP Kota Surabaya, Antiek Sugiharti, Senin (9/5/2022).

"Yang lebih penting adalah arus masuk hewan ternak yang dari luar Surabaya. Khususnya yang dari daerah terjangkit itu sebisa mungkin kita hindari," ujarnya.

Tak hanya itu, pihaknya mengawasi sekitar 600 peternak sapi daging dan sapi perah di Kota Pahlawan. Termasuk, peternak kambing dan domba ada sekitar 996 peternak.

Ada sejumlah tanda klinis virus PMK pada hewan ternak. Di antaranya, mengalami demam tinggi (39-41 derajat celcius), keluar lendir berlebihan dari mulut dan berbusa, serta terdapat luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah.

Selain itu pula, hewan ternak tidak mau makan, kaki pincang, luka pada kaki dan diakhiri lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, nafas cepat, produksi susu turun drastis dan menjadi kurus.

Karenanya, Antiek pun mengimbau kepada masyarakat, apabila di wilayahnya menemukan hewan ternak yang memiliki tanda-tanda klinis tersebut, supaya segera melaporkan. "Akan ada pengobatan dan isolasi terkait itu," ujarnya.

Pihaknya berharap keterlibatan masyarakat agar turut serta memiliki kepedulian. Melalui Surat Edaran yang akan disebar ke RPH, para jagal, hingga pasar-pasar tradisional, pihaknya akan menyampaikan startegi antisipasi yang bisa dilakukan masing-masing pihak.

"Para camat untuk membantu pengawasan, kalau ada (hewan ternak) yang keluar masuk mereka harus memastikan surat sehat itu," katanya.

Meski demikian, virus PMK ini tidak menular kepada manusia. Sedangkan untuk dagingnya, juga masih aman untuk dikonsumsi, kecuali kepala hewan, kaki, dan organ dalam.

"Yang menjadi perhatian, sapi sakit yang ketika dipotong, airnya untuk mencuci itu bisa menularkan kepada ternak yang lain. Makanya dia (hewan) harus aman masuk RPH untuk dipotong," paparnya.

Pun hewan ternak dipotong dan direbus secara matang, maka virus PMK juga mati. Akan tetapi, dalam proses pemotongan tersebut, virus PMK bisa saja menyebar ke hewan lain melalui pakaian manusia.

"Sehingga kalau di peternakan itu harus menggunakan pakaian yang aman (APD), dan petugas juga mengantisipasi itu," katanya.

Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (RPH) Surabaya pun turut mewaspadai. PD RPH mengambil langkah preventif dengan melakukan pengecekan dokumen surat dan kesehatan hewan ternak yang datang ke Surabaya.

Direktur PD RPH Kota Surabaya Fajar A. Isnugroho mengatakan, pihaknya melakukan pengecekan dokumen Surat Keterangan Sehat Hewan (SKKH) asli dari daera asal, untuk memastikan hewan ternak yang masuk bukan berasal dari 4 wilayah yang terjangkit wabah PMK.

“Dengan SKKH asli, RPH hanya ingin memastikan hewan ternak Sapi yang masuk aman dan bukan berasal dari 4 wilayah itu,” kata Fajar dikonfirmasi terpisah.

Selain pengecekan dokumen SKKH hewan ternak, PD RPH juga melakukan penyemprotan Disinfektan di seluruh kandang hewan ternak dan mobil pengangkut hewan yang masuk.

Penyemprotan Disinfektan itu merupakan langkah jitu RPH dalam melakukan pencegahan meningkatkan biosafety dan biosecurity di lingkungan RPH Surabaya.

“Kami berusaha jangan sampai ada sapi yang akan dipotong di RPH terjangkit virus penyakit menular PMK," ujar Fajar.

Pihaknya juga sudah melakukan pengujian sampel PMK ke laboratorium Pusat Veteriner Farma (Pusvetma), di Jalan Ahmad Yani No. 68-70 pada tanggal 27 - 28 Januari 2022 lalu. Dalam pengujian tersebut, RPH Pegirian Surabaya mengambil 61 sampel serum yang terdiri dari 11 ekor sapi dan 50 ekor babi.

Setelah serum tersebut dilakukan pengujian di laboratorium Pusvetma dan hasil seluruhnya dinyatakan negatif, per tanggal 11 April 2022.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved