Berita Lumajang
Cegah Massa Mengamuk Lagi, Keluarga Pengasuh Ponpes Lumajang yang Diduga Cabuli 3 Santri Diungsikan
Cegah massa kembali mengamuk, keluarga pengasuh ponpes di Lumajang yang diduga cabuli 3 santri diungsikan, sementara abdi ndalem diantar pulang polisi
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan
TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Kabar FN, pengasuh pondok pesantren (ponpes) yang diduga melakukan pelecehan seksual kepada 3 santri putrinya, membuat suasana Desa Curah Petung, Kecamatan Kedungjajang, Lumajang, mencekam.
Bahkan FN sempat diamuk warga yang mengepung rumahnya.
Pantauan di lokasi, untuk menghindari amuk massa susulan, polisi mengungsikan istri dan anak keluarga FN. Mereka diungsikan ke rumah sanak saudaranya di Jember. Selain itu, para abdi ndalem pondok, juga terlihat diantar pulang oleh para polisi.
Kapolres Lumajang, AKBP Dewa Putu Eka Darmawan mengatakan, tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk meredam emosi massa. Sebab, warga yang mengamuk sempat melempari batu ke rumah tersangka.
Baca juga: Geram Pengasuh Ponpes di Lumajang Diduga Cabuli 3 Santri, Warga Geruduk Pondok hingga Melempari Batu
"Warga tidak perlu berbondong-bondong datang ke pondok, karena kasus ini sudah ditangani polisi," kata AKBP Dewa Putu Eka Darmawan, Kamis (19/5/2022).
Selain mengamankan anggota keluarga tersangka, belasan polisi juga terlihat bersiaga di depan ponpes.
Terlihat beberapa anggota polisi mengumpulkan perangkat desa. Mereka diminta memberikan sosialisasi kepada warga untuk menghormati proses hukum yang sedang berjalan.
"Harus sadar hukum, kalau kasus sudah ditangani Polri, serahkan semua kepada polisi," pungkasnya.
Sebelumnya, tiga santri putri di Lumajang mengaku alami pelecehan seksual saat menimba ilmu di sebuah pondok pesantren (ponpes) di Kecamatan Kedungjajang, Lumajang.
Pelakunya diduga FN, seorang pengasuh ponpes.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, tiga korban yang dilecehkan ini semuanya masih berusia belia. L (16), S (14), dan I (13).
Dugaan perbuatan pelecehan seksual ini terjadi sekitar bulan Januari-Maret 2022. Hal tersebut mulai tercium setelah hari libur Lebaran berakhir, kabarnya salah seorang korban enggan kembali ke ponpes.
Sikap santri inilah yang menjadi awal mula dugaan kasus pelecehan seksual tersebut mencuat. Salah seorang korban melaporkan yang dialaminya kepada orang tuanya. Kabarnya, FN mencabuli para korbannya bermula dari modus meminta pijat dengan iming-iming mendapat berkah.
Hal ini tentu saja membuat orang tua korban meradang. Wali santri itu memutuskan melaporkan pelecehan seksual yang dialami anaknya ke Kepala Desa Curah Petung.