Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Trenggalek

Promosikan Batik Canting Khas Trenggalek, Novita Hardini Ajak Pembatik Blusukan di Pasar Tanah Abang

Untuk mempromosikan batik tulis canting khas Trenggalek, Novita Hardini mengajak pembatik tulis blusukan di Pasar Tanah Abang.

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Dwi Prastika
Istimewa/TribunJatim.com/Humas Pemkab Trenggalek
Ketua Dekranasda Kabupaten Trenggalek, Novita Hardini bersama pembatik asal Kabupaten Trenggalek saat blusukan di Pasar Tanah Abang Jakarta, Rabu (18/5/2022). 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Aflahul Abidin

TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Trenggalek, Novita Hardini mengajak para pembatik tulis lokal menyambangi Pasar Tanah Abang di Jakarta, Rabu (18/5/2022).

Blusukan di pasar terbesar se-Asia Tenggara itu dilakukan untuk mempromosikan produk asli Trenggalek ke para pelaku tekstil skala besar.

"Saya ditemani Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan hari ini membawa beberapa pelaku UMKM dan pengrajin batik tulis khas Trenggalek, khusus untuk menemui para pemain besar tekstil di sini," kata Novita Hardini.

Dengan bertemu langsung pemain tekstil berskala besar, pihaknya sekaligus menawarkan produk batik tulis khas Trenggalek untuk bisa dipasarkan di sana.

"Alhamdulillah, tidak sedikit toko dan ritel raksasa tekstil di setiap lantai hingga basement Blok A Pasar Tanah Abang, bisa kami sambangi dan kami prospek untuk memasukkan kain batik tulis khas Trenggalek," ucapnya.

Novita Hardini mengatakan, ada beberapa penjual tekstil yang mengaku tertarik menjual batik tulis canting asal Trenggalek, setelah mereka melihat produk contoh yang dibawa para pembatik.

Ia juga sekaligus mengundang beberapa pedagang tekstil besar di sana untuk melihat secara lebih detail kain batik khas Trenggalek yang dipentaskan dalam pagelaran Merayu Trenggalek Fashion Show di Museum Tekstil Jakarta pada 20 Mei 2022.

Novita mengakui, tak mudah mengenalkan produk batik khas Trenggalek ke kancah nasional.

"Meskipun kami telah berupaya mempromosikannya sejak 2017 lalu, namun kami sadar belum banyak masyarakat Indonesia yang tahu soal kain batik Trenggalek," katanya.

Untuk itu, selain memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana pemasaran, Novita juga menganggap pengenalan produk secara konvensional masih harus dilakukan.

"Sejauh ini kami telah menggunakan semua tools promosi dengan memanfaatkan teknologi digitalisasi dan komunikasi terkini kekinian. Namun, cara-cara lama konvensional door to door seperti blusukan, penting dilakukan agar bos-bos tekstil tidak merasa beli kucing dalam karung dengan melihat dan mengecek langsung keindahan dan kualitas kain batik tulis canting khas Trenggalek," pungkasnya.

Berdasarkan literatur yang Tribun Jatim Network himpun dari berbagai sumber, batik tulis di Kabupaten Trenggalek mulai ada sejak tahun 1900-an.

Perkembangan batik tulis di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa itu mengalami pasang surut.

Pada 1979, batik tulis di Trenggalek mulai bermunculan. Para pembatik memakai motif klasik pada saat itu.

Tahun 1980-an, batik asal Trenggalek sempat merambah berbagai wilayah. Bahkan hingga ke luar Jawa seperti Sumatera dan Kalimantan.

Ketika krisis moneter 1997-1998, perkembangan batik tulis di Kabupaten Trenggalek sempat drop. Industrinya pun turut tertekan.

Baru sekitar tahun 2000-an, industri tersebut kembali menggeliat.

Hal itu ditandai dengan mulai munculnya kembali pembatik-pembatik baru. Mereka rutin memamerkan produk buatannya ke berbagai daerah lewat pameran yang digelar pemerintah maupun swasta.

Saat batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco pada 2009, industri batik di Kabupaten Trenggalek seperti terbangun dari tidur panjang.

Para pembatik mulai mencurahkan ide memunculkan motif-motif baru yang kini dikenal sebagai ciri khas batik Trenggalek.

Ada beberapa motif batik khas Trenggalek yang dikenal luas, setidaknya oleh masyarakat sekitar.

Satu di antaranya yang paling terkenal adalah motif bunga cengkeh. Motif ini diambil dari komoditas cengkeh yang merupakan produksi perkebunan utama di wilayah pegunungan di Trenggalek.

Data Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek menyebutkan, jumlah pembatik di Kabupaten Trenggalek yang masih aktif hingga saat ini sekitar 35 orang.

Ada enam rumah produksi batik yang masih eksis hingga kini.

Mereka mengembangkan berbagai motif yang menjadi ciri khas masing-masing.

Motif-motif itu di antaranya parang dan lereng, junjung derajat, parang truntum, parang andini, dan anggrek bulan/andini bulan.

Selain itu, ada belasan motif lain dengan ciri khas masing-masing. Keseluruhannya adalah motif yang terinspirasi dari alam.

"Motif batik bunga cengkeh tetap dipertahankan sebagai salah satu yang khas, karena memang telah menjadi identitas batik Trenggalek. Selain juga motif batik turonggo yakso, yang terinspirasi dari kesenian jaranan khas Trenggalek," pungkas Novita.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Kumpulan berita seputar Trenggalek

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved