Berita Sidoarjo
Banyak Produsen Tahu di Sidoarjo Pakai Bahan Bakar Plastik, Bahrul Amig Imbau Pengusaha Beralih
Masih banyak produsen tahu di Sidoarjo pakai bahan bakar sampah plastik, Bahrul Amig imbau pengusaha beralih ke bahan bakar lain.
Penulis: M Taufik | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, M Taufik
TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Bahan bakar sampah plastik untuk produksi tahu di Sidoarjo kembali menjadi perhatian.
Tim dari Kementerian Lingkungan Hidup (KHL) bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo mendatangi sejumlah pabrik pembuatan tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo, Senin (30/5/2022).
Di kawasan itu, ada sekitar 67 industri kecil menengah (IKM) pembuatan tahu. Mereka tersebar di Dusun Klagen, Balepanjang, Dusun Tropodo, dan Dusun Areng-areng. Kapasitas produksi mereka rata-rata 200 sampai 600 kg kedelai per hari.
Jika dirinci, kapasitas produksi tertingginya berkisar 1.250 kg kedelai per hari, dan kapasitas produksi terendah di kisaran 50 sampai 100 kg kedelai per hari.
Dari 67 produsen tahu tersebut, terpantau sebanyak 28 IKM sudah menggunakan bahan bakar kayu bakar. Namun, masih ada 16 IKM yang menggunakan bahan bakar plastik. Dan sisanya ada 16 IKM yang menggunakan bahan bakar campuran antara plastik dengan kayu, satu IKM menggunakan bahan bakar bekas sol sepatu, dan satu IKM menggunakan bahan bakar gas LPG.
Kasubdit Tanggap Darurat KLHK Haneda Sri Mulyanto menyebut, pihaknya sangat ingin para perajin tahu bisa beralih dari sampah plastik ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Tapi pihaknya juga masih memikirkan untuk bahan alternatif yang lebih terjangkau.
"Kalau dilarang mesti dicarikan alternatifnya agar mereka tetap bisa berusaha," kata dia.
Kementerian mengaku belum bisa melakukan tindakan tegas berupa penutupan usaha yang menggunakan bahan bakar sampah itu. Alasannya, mereka khawatir kebijakan itu akan menimbulkan polemik lain.
Pihaknya mengaku setelah kunjungan ini juga akan berkoordinasi lebih lanjut dengan pihak-pihak terkait untuk mencari solusi terbaik terkait polemik penggunaan sampah sebagai bahan bakar produksi tahu.
Kepala DLHK Sidoarjo, Bahrul Amig menyebut, penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar dapat menghasilkan gas rumah kaca seperti CO2, NOX dan karbon organic yang dapat mencemari udara.
Selain itu pembakaran sampah plastik akan menghasilkan senyawa kimia dioksin yang berbahaya bagi lingkungan serta tubuh manusia apabila menghirupnya. Solusinya, pihaknya mendesak pengusaha yang masih menggunakan bahan bakar plastik untuk segera beralih. Bisa pakai gas elpiji atau memakai kayu bakar.
“Kami terus mendorong teman-teman produsen tahu untuk beralih ke bahan bakar lain. Buktinya, sudah banyak pengusaha yang pakai kayu bakar dan tetap berjalan. Artinya kan pengusaha tetap bisa dapat untung meskipun tidak memakai sampah plastik," kata Bahrul Amig.
Yoga, seorang pegawai di IKM produsen tahu di sana menyebut, memang ada perbedaan harga antara bahan bakar plastik dan kayu. Harga kayu bakar pertruk di kisaran Rp 1 juta, itu hanya untuk tiga hari. Sedangkan, harga sampah plastik hanya Rp 300 ribu untuk satu pickup.
“Jika dibandingkan, selisihnya cukup banyak antara penggunaan bahan bakar kayu dan plastik,” ujarnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Kumpulan berita seputar Sidoarjo