Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Lumajang

Kisah Lansia dan Ortu Punya Balita Penyintas Semeru Menanti Rumah Baru: Yang Lain Dapat, Aku Belum

Komitmen Pemkab Lumajang memprioritaskan relokasi penyintas Semeru golongan lansia, ibu hamil, dan warga yang mempunyai anak balita, agaknya patut dik

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM/TONY HERMAWAN
Supiyah (kanan) dan Widyawati (kiri) penyintas Semeru yang sampai sekarang belum mendapat rumah relokasi. Mereka menduga namanya belum tercantum korban bencana. 

TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Komitmen Pemkab Lumajang memprioritaskan relokasi penyintas Semeru golongan lansia, ibu hamil, dan warga yang mempunyai anak balita, agaknya patut dikritisi. Sebab, realisasi di lapangan tidak sesuai janji. Sampai sekarang ada 21 penyintas yang nasibnya masih terkatung-katung.

Supiyah adalah penyintas yang sudah 5 bulan lebih bertahan di posko pengungsian terpusat, di Lapangan Desa Penanggal. Usianya yang sudah 53 tahun, Supiyah tergolong penyintas lansia.

Namun, sampai sekarang dia belum mendapat kepastian kapan bisa pindah di hunian baru yang sudah disiapkan oleh pemerintah di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro.

Dia berasumsi namanya selip tidak masuk data korban bencana. Sebab, sebelum Idul Fitri lalu, banyak penyintas yang usia lebih muda darinya, sudah mendapat rumah.

Gara-gara ini Supiyah sering meratapi nasibnya. Apalagi, tinggal di dalam tenda sering kali Supiyah merasakan hawa panas.

Jika siang hari, dia, suami, dan anaknya sering mencari tempat berteduh di warung-warung sekitar lapangan. Sedangkan, saat malam dia menumpang tidur di rumah saudara.

Baca juga: Surati Kementerian ESDM, Bupati Lumajang Ingin Pasir Semeru Jadi Bahan Material Pembangunan Huntara

"Yang lain sudah dapat rumah, tapi aku belum. Mau balik ke rumah sendiri di Curah Kobokan sudah gak bisa ditempati, untung aku ini gak stress," keluhnya.

Hal yang bikin menyesak, Supiyah belum lama ini mendapat kabar semua penyintas yang masih bertahan di Lapangan Penanggal diminta segera pindah.

Namun, bukannya disuruh pindah ke hunian tetap (huntap), tapi justru malah diminta menempati Balai Desa Penanggal

Keinginan itu akhirnya ditolak mentah-mentah oleh penyintas. Sehingga, kabarnya malam ini aliran listrik ke Lapangan Desa Penanggal akan dicabut.

Baca juga: Wapres KH Maruf Amin Janjikan Sertifikat untuk Penyintas Erupsi Gunung Semeru: Hati-hati Mafia Tanah

"Dulu dari balai desa disuruh pindah lapangan, di lapangan disuruh pindah lagi ke balai desa. Sudah kayak ayam saja main pindah-pindah. Kalau pindah yang langsung sekalian di huntap," ujarnya.

Jeritan lain juga diutarakan Widyawati, seorang penyintas lain. Di Lapangan Penanggal, ia mengungsi bersama suami dan dua anaknya dalam sebuah tenda besar.

Dulu, sebelum satu-persatu penyintas pindah di huntap, tenda itu bisa diisi lebih dari 30 orang. 

Widyawati mengaku, tinggal di Lapangan Desa Penanggal, kebutuhan sehari-harinya tercukupi. Akan tetapi, keluarganya tidak dapat berlama-lama tinggal di pengungsian.

Sebab, dia mempunyai anak yang baru berusia 5 bulan. Keluarganya juga membutuhkan privasi. Untuk itu, dia berharap  bisa segera menempati huntap.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved