Berita Surabaya
Semangat Emak-emak Selamatkan Sungai Brantas dari Ancaman Sampah, Deklarasi Aksi Penyelamatan
Tim peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan basah (Ecoton) di Desa/Kecamatan Wringinanom - Gresik melatih ibu-ibu untuk pengelolaan
\Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Sugiyono
TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Tim peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan basah (Ecoton) di Desa/Kecamatan Wringinanom - Gresik melatih ibu-ibu untuk pengelolaan sampah, Minggu (5/6/2022). Harapannya, sampah tidak dibuang langsung ke Sungai Brantas.
Dr. Daru Setyorini Manager Program Ecoton mengatakan, pelatihan ini bertemakan 'Partisipasi Perempuan dan Pemuda dalam pengelolaan Sungai Brantas'.
Menurut Dr. Daru Setyorini, perempuan perlu dilatih untuk terlibat dalam pengelolaan Sungai Brantas, sebab perempuan dalam keluarga sebagai educator untuk anak-anaknya, pengambil keputusan dalam pengelolaan sampah dan perempuan adalah korban dari lingkungan hidup yang tidak sehat.
"Oleh karenanya, kami mengajak perempuan dan pemuda untuk lebih berperan dan pengelolaan lingkungan hidup," kata Dr. Daru Setyorini.
Baca juga: Selisih 10 Menit, 4 Nyawa Melayang di Sekitar Suramadu, Semua Terjadi saat Dini Hari
Dalam pelatihan kali ini, peserta diajak langsung melihat sungai dan mengidentifikasi pencemaran mikroplastik dan melakukan uji kualitas air dengan parameter nitrat, nitrit dan phospat.
Dari ke lima sampel yang diambil di Sungai Brantas depan kantor Ecoton kesemuanya ditemukan mikroplastik dengan jenis fragmen, filamen dan fiber. Hal ini menunjukkan, bahwa Sungai Brantas sudah terkontaminasi mikroplastik.
Daru Setyorini berharap, hari ini peserta sudah mengetahui permasalahan besar yang ada di Sungai. "Setelah pelatihan, peserta membuat deklarasi Brantas aksi untuk penyelamatan Sungai Brantas," katanya.
Sementara Kepala Laboratorium Ecoton Eka Chlara Budiarti S.Si, mengatakan kegiatan yang dilakukan adalah identifikasi dan melihat pencemaran yang ada di Sungai Brantas, tepatnya di depan kantor Ecoton.
Peserta diajak untuk melihat mikroplastik yang ada di sungai. Mikroplastik adalah plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter yang terbentuk akibat faktor lingkungan panas, limpasan air, dan faktor fisik lainnya.
Ada dua jenis mikroplastik primer dan sekunder. Mikroplastik primer adalah mikroplastik yang sengaja di buat industri ukurannya mikro, biasanya berbentuk microbeads dan mikroplastik sekunder adalah hasil degradasi plastik besar.
"Jika mikroplastik terlepas di sungai, maka semua biota yang ada di lingkungan akan memakan mikroplastik, sebab berbentuknya sama dengan plankton," kata Eka Chlara.
Lebih lanjut Eka Chlara menambahkan, pada tahun 2018 sampai 2020, Yayasan Ecoton meneliti pada feses manusia. Dari 102 sampel yang diidentifikasi, semuanya mengandung mikroplastik.
"Hal ini menjadi sebuah peringatan awal untuk kita, bahwa mikroplastik sudah masuk dalam tubuh kita," imbuhnya.
Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi mengatakan, saat ini Sungai Brantas sudah sakit dan pencemaran terus terjadi, tidak ingin sungai Brantas terus tercemar, komunitas perempuan aksi Brantas ambil peran untuk melakukan monitoring pencemaran sungai.
"Saya sangat terkesan, ternyata perempuan-perempuan yang tinggal di tepi Sungai Brantas, mereka punya kepedulian dan pengetahuan untuk ikut terlibat dalam menjaga Sungai Brantas," kata Prigi Arisandi.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com