Berita Surabaya
Asa APKI di SPE 2022, Peluang Percetakan untuk Industri Kertas Bisa Semakin Maju dan Berwawasan
APKI berharap Surabaya Printing Expo 2022 atau SPE 2022 dapat memfasilitasi para pelaku usaha percetakan hingga memajukan percetakan.
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) mendukung gelaran Surabaya Printing Expo 2022 atau SPE 2022 ke-15 yang dilaksanakan pada 23-26 Juni 2022 di Grand City Surabaya, Jawa Timur.
Acara yang diprakarsai oleh Krista Exhibition bekerja sama dengan APKI ini nantinya akan menampilkan lebih dari 86 exhibitors dari 16 negara di dunia, dan diperkirakan akan dikunjungi oleh 15.000 orang dari dalam negeri maupun luar negeri.
Diharapkan acara ini dapat meningkatkan kinerja perdagangan, serta bisa memfasilitasi para pelaku usaha percetakan dan pelaku usaha produk kertas untuk saling bertemu dan berdiskusi dalam menjajaki kerja sama.
Bagi APKI, kegiatan SPE penting untuk diikuti oleh pelaku usaha di industri kertas, karena terkait dengan percetakan seperti kertas printing and writing, kertas kamera, dan lainnya, khususnya untuk pengembangan dan kemajuan dari Industri Pulp dan Kertas (IPK) Indonesia.
“Industri Pulp dan Kertas (IPK) Indonesia merupakan salah satu industri yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian Indonesia yang memberikan konstribusi terhadap PDB sebesar 0,67 persen dan devisa negara sebesar US$ 7,5 miliar pada tahun 2021,” ujar Ketua Umum APKI periode 2021-2026, Liana Bratasida melalui virtual Zoom kepada tamu undangan utama di acara press conference SPE 2022, Selasa (21/6/2022).
Liana Bratasida melanjutkan, devisa tersebut diperoleh dari kegiatan ekspor pulp sebesar US$ 3,28 miliar ke beberapa negara tujuan utama, yaitu China, Korea, India, Bangladesh dan Vietnam serta ekspor kertas sebesar US$ 4,22 miliar ke negara China, Jepang, Vietnam, Malaysia, serta Filipina.
Berdasarkan kinerja ekspor tersebut, industri kertas berhasil menduduki peringkat pertama dan industri pulp peringkat keempat untuk ekspor produk kehutanan terbesar pada tahun 2022.
Selain itu, IPK Indonesia menempati peringkat ke satu di ASEAN, peringkat 3 di Asia untuk pulp, peringkat 4 di Asia untuk kertas, peringkat 8 di dunia untuk pulp, dan peringkat 6 di dunia untuk kertas.
Ia juga menjelaskan, menurutnya IPK Indonesia memiliki peluang untuk dapat dikembangkan lebih lanjut karena didukung dengan terbukanya peluang pasar di dalam negeri maupun luar negeri, serta adanya keunggulan komparatif seperti alokasi hutan tanaman industri sebagai sumber bahan baku kayu, iklim tropis yang memungkinkan tanaman dapat tumbuh lebih cepat, tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang cukup kompeten serta jaminan pasokan bahan baku legal yang bersumber dari hutan yang dikelola secara lestari.
“Peranan dan peluang pertumbuhan IPK yang sangat potensial ini juga tidak lepas dari diperhatikannya aspek-aspek lingkungan dan keberlanjutan (sustainability) dalam melakukan kegiatan proses produksinya sehingga industri pulp dan kertas menjadi industri yang lebih hijau dan lebih berwawasan lingkungan, antara lain dengan penggunaan bahan baku daur ulang, teknologi yang ramah lingkungan, dan efisiensi energi untuk mendukung kebijakan pengurangan emisi dan tercapainya pembangunan rendah karbon," tambah Liana
Liana berharap SPE akan menambah wawasan bagi pelaku usaha dan masyarakat mengenai pengembangan industri percetakan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, serta siap menghadapi perkembangan dan tantangan global yang pesat. Selain itu acara ini juga dapat meningkatkan networking dan komunikasi dengan semua pihak terkait.
Dalam rangkaian kegiatan SPE, APKI juga akan melaksanakan rapat kerja bagi perusahaan anggota APKI yang berlokasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk membahas berbagai isu dan permasalahan yang dihadapi sebagai side event dari kegiatan SPE.
“Pertemuan ini merupakan lanjutan dari kegiatan Kongres APKI 2021 yang telah dilaksanakan pada Maret 2022 lalu, diharapkan ke depannya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh industri dapat teratasi, serta komunikasi dengan para pemangku kebijakan juga bisa terus dieratkan,” tutup Liana.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com