Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Terkini

Sama-sama Berani Kunjungi Negara yang Sedang Konflik, Lihat Perbedaan Pengamanan Soeharto dan Jokowi

Jokowi dan Soeharto sama-sama pernah kunjungi negara yang ada konflik. Seperti apa perbedaan pengamanannya?

Editor: Januar
Intisari online/ scmp.com
Perbedaan pengamanan Jokowi dan Soeharto saat kunjungi negara yang sedang konflik 

TRIBUNJATIM.COM - Presiden Jokowi dijadwalkan akan mengunjungi dua negara yang sedang berkoflik, yaitu Rusia dan Ukraina.

Sebenarnya, selain Jokowi, dalam sejarahnya, Indonesia juga memiliki presiden lainnya yang pernah mengunjungi negara yang sedang dilanda konflik.

Kala itu, Soeharto yang masih menjabat sebagai presiden, mendatangi Bosnia.

Sejumlah pengamanan dilakukan demi menjaga keselamatan sang presiden.

Lalu, seperti apakah perbedaan pengamanan Jokowi dan Soeharto tersebut?

Soeharto memang sempat mengunjungi Bosnia Herzegovina pada tahun 1995.

Baca juga: Imbas Perang Rusia-Ukraina, Mendagri Minta Kepala Daerah Monitor Stabilitas Harga Pangan dan Energi

Seorang pengawal Soeharto, yang juga Komandan Grup A Pasukan Pengaman Presiden saat itu, Sjafrie Sjamsoeddin, menceritakan pengalamannya saat Soeharto mengunjungi Bosnia.

Kisah itu diceritakannya dalam buku "Pak Harto The Untold Stories".

Seperti mengutip dari buku tersebut, begitu tiba di Bosnia, Soeharto langsung disambut hangat oleh Presiden Bosnia saat itu, Alija Izetbegovic.

Keduanya terlibat pembicaraan akrab selama satu jam.

Selanjutnya, bersama Menteri Luar Negeri saat itu, Ali Alatas, Soeharto melakukan sesi jumpa pers.

Sedangkan, Sjafrie bersama petinggi militer lainnya, Mayor Unggul, hanya mendampingi di ruang tunggu.

Namun, tiba-tiba Sjafrie melaporkan sesuatu ke Soeharto.

Laporan itu terkait ditemukannya proyektil meriam.

"Pak, saat Bapak mengadakan pertemuan dengan Presiden Bosnia tadi, ada proyektil meriam jatuh tiga kilometer dari sini," kata Sjafrie melaporkan.

Mendapati laporan itu, sejenak Soeharto tampak tenang.

Sjafrie kemudian melanjutkan laporannya.

"Pak, waktu kita hanya tiga jam," ucap Sjafrie.

Soeharto kemudian menjawab laporan Sjafrie tersebut.

"Ya, beritahu Ali Alatas supaya selesai tepat waktu. Kita mesti berangkat tepat waktu," ujar Soeharto.

Menurut Sjafrie, saat itu suasana perang begitu mencekam.

Suasana tembakan terdengar di kejauhan.

Di sejumlah tempat terlihat para prajurit yang bersiaga penuh.

"Pak, ini persis dengan enam jam di Jogja."

"Waktunya enam jam, yaitu tiga jam perjalanan pergi-pulang, tiga jam kita di darat, jadi itu mirip enam jam di Jogja," kata Sjafrie.

Sjafrie kemudian menanyakan alasan Soeharto yang tetap mendatangi Bosnia walaupun kondisi sedang kritis.

Sjafrie pun mendapatkan jawaban yang menurut dia sama sekali tak diduganya.

"Ya, kita kan tidak punya uang. Kita ini pemimpin Negara Non-Blok tetapi tidak punya uang. Ada negara anggota kita susah, kita tidak bisa membantu dengan uang, ya kita datang saja. Kita tengok," jawab Soeharto tenang.

"Tapi, ini kan risikonya besar," tanya Sjafrie lagi.

"Ya, itu kita bisa kendalikan. Yang penting orang yang kita datangi merasa senang, morilnya naik, mereka menjadi tambah semangat," ucap Soeharto.

Jokowi

Dilansir dari Tribunnews.com Jokowi diagendakan bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky di Kiev serta Presiden Rusia, Vladimir Putin di Moskow.

Berbagai persiapan telah dilakukan terkait kunjungan Jokowi ke Rusia dan Ukraina yang tengah berkonflik tersebut.

Diwartakan Tribunnews, pengamanan selama lawatan Jokowi di Ukraina telah dipersiapkan berupa diterjunkannya sebanyak 39 personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

Hal ini diungkapkan oleh Komandan Paspampres, Tri Budi Utomo pada Kamis (23/6/2022).

Tri mengatakan personel Paspampres yang diterjunkan terdiri dari sejumlah pasukan elite TNI dari Kopassus (TNI AD), Detasemen Jalamagkara/Denjaka (TNI AL), dan Kopaskhas/Kopasgat (TNI AU).

“Paspampres ini banyak terdiri dari pasukan pasukan khusus juga sehingga alhamdulillah kita juga tidak terlalu khawatir karena Paspampres ini ada dari Kopassus, ada dari Denjaka, ada dari Paskhas.”

“Alhamdulillah kita percaya diri,” tuturnya.

Kemudian, Tri menjelaskan personel Paspampres ini akan dibagi menjadi tiga tim yaitu tim penyelamatan (Matan), Tim Utama (Main Group), dan tim pendahulu (Advance).

“Kalau kita sendiri yang melekat ke beliau ada 19 ditambah yang matan-nya sendiri 10 di sana, berarti 29 ditambah dengan 10 orang yang sudah standby di sana,” jelas Tri.

Sementara, selama pengawalan Jokowi di Ukraina dan Rusia, Paspampres akan berkoordinasi dengan pihak KBRI di kedua negara.

Kemudian Paspampres akan mengirimkan tim pendahulu ke negara lawatan untuk memetakan lokasi dan jalur yang akan dilalui termasuk di dalam kereta api yang akan digunakan Jokowi.

Menurut Tri, ia yakin kunjungan Jokowi ke Ukraina akan aman.

Paspampres Siapkan Rompi hingga Senjata Laras Panjang

Persiapan pengamanan terkait kunjungan Jokowi juga dilakukan di sektor kelengkapan senjata.

Dikutip dari Kompas.com, Tri mengungkapkan pihaknya telah mempersiapkan helm, rompi, hingga senjata laras panjang untuk mendukung pengamanan.

Terkait hal ini, Ukraina pun telah memberikan keleluasan untuk membawa perlengkapan yang diperlukan.

“Perlengkapan pun kita sudah siapkan helm, rompi, yang kemungkinan kalau memang berkenan digunakan untuk kesiagaan di sana kita juga sudah siapkan semuanya,” ujar Tri.

“Untuk senjata, yang biasanya kita tidak menggunakan senjata laras panjang, dari pihak Ukraina juga sudah memberi kita keleluasaan untuk membawa senjata laras panjang sesuai dengan jumlah personel Paspampres kita dengan amunisi yang tidak terbatas,” imbuhhnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved