Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Lumajang

Jelang Hari Raya Idul Adha, Harga Cabai Rawit di Lumajang Naik, Lebih Mahal dari Daging Sapi

Jelang Hari Raya Idul Adha 2022, harga cabai rawit di Lumajang terpantau naik jadi Rp 140 ribu per kilogram, lebih mahal dari daging sapi.

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Tony Hermawan
Pedagang di Pasar Baru Lumajang melayani pembeli, Kamis (7/7/2022). Jelang Hari Raya Idul Adha 2022, harga beberapa bumbu dapur di Lumajang mengalami kenaikan. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan

TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Jelang Hari Raya Idul Adha 2022, harga beberapa bumbu dapur di Lumajang mengalami kenaikan, Kamis (7/7/2022).

Seperti yang terjadi di Pasar Baru Lumajang. Bahkan, harga cabai rawit tembus Rp 140 ribu per kilogram, lebih mahal dari harga daging sapi per kilogram.

Harga bumbu dapur yang mengalami kenaikan signifikan juga terjadi pada cabai merah. Komoditas yang normalnya Rp 45 ribu per kilogram, dari menjelang Idul Fitri mulai merangkak naik ke harga Rp 55 ribu, kemudian meroket hingga saat ini tembus Rp 80 ribu per kilogram.

Selain cabai, bawang merah juga mengalami kondisi serupa. Bawang merah yang normalnya Rp 25 ribu per kilogram pelan-pelan merangkak Rp 45 ribu, dan sekarang tembus Rp 80 ribu per kilogram.

Yuli, pedagang di Pasar Baru Lumajang mengatakan, banyaknya bumbu dapur yang mengalami kenaikan harga mengakibatkan daya beli masyarakat menurun.

Cabai rawit misalnya, jika harga normal, biasanya dia bisa menjual sampai 20 kilogram. Namun kini yang bisa dijual cuma 10 kilogram. Itu pun masih sering susah laku.

"Pernah 10 kilogram itu, 3 hari gak habis-habis. Cabainya sampai kisut-kisut. Pelanggan malas beli karena ya terlalu mahal," ujarnya.

Menurunnya daya beli konsumen diamini Munari, pedagang lain di Pasar Baru Lumajang. Dia mengatakan, seiring dengan kondisi pandemi Covid-19 yang mulai mereda, aktivitas di pasar terlihat sudah mulai bergeliat. Namun, masalahnya banyak pedagang yang mengeluh susah mengambil untung maksimal. Bahkan, dia pernah hanya mendapat hasil Rp 50 ribu meski sudah seharian menjaga lapak.

"Kalau kulakannya sudah mahal, pedagang-pedagang ini serba repot kalau mau nentuin harga. Paling bisa ya ambil untung ngepres. Beda kalau barang kulakannya murah, kami bisa ambil untuk agak lumayan," ungkapnya.

Tidak hanya penjual, pembelipun juga mengeluhkan kenaikan harga ini. Seperti Risa (32). Dia berharap pemerintah memberikan solusi agar harga segera normal. Sehingga masyarakat bisa berbelanja kebutuhan di pasar tanpa perlu mensiasati keuangan belanja secara jeli.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Kumpulan berita seputar Lumajang

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved