Berita Surabaya
Mengintip Galeri Tri Prasetya RRI, Hadirkan Peran Besar Radio Pertahankan Kemerdekaan Indonesia
Tepat 11 September 2022 diperingati sebagai Hari Radio Nasional ke-77. Hal ini sekaligus peringatan berdirinya stasiun Radio Republik Indonesia (RRI).
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tepat 11 September 2022 diperingati sebagai Hari Radio Nasional ke-77. Hal ini sekaligus peringatan berdirinya stasiun Radio Republik Indonesia (RRI).
Sejak zaman perjuangan hingga sekarang Lembaga Penyiaran Publik ini terus hadir di tengah masyarakat. Tidak hanya menyajikan melalui konten siarannya, tapi RRI juga telah bertransformasi menjadi media digital multiplatform dengan mengembangkan RRI Net yakni menggabungkan siaran radio yang di visualkan.
Namun di balik pemanfaatan teknologi informasi tersebut, siapa sangka RRI masih menyimpan bukti-bukti sejarah perjuangan keradion yang saat ini tertata apik.
Di ruang restorasi, ribuan piringan hitam atau vinyl ada. Tak tanggung-tanggung jika dihitung jumlahnya mencapai 8.000 vinyl, sedangkan 3.450 diantaranya sudah direstorasi menjadi bentuk digital.
"Kita ada ruangan restorasi piringan hitam. Itu koleksi kita beragam. Ada yang mulai tahun 1920 untuk penyanyi barat dan Indonesia mulai tahun 1960," ungkap Kepala Stasiun RRI Surabaya Kepala RRI Surabaya, M. Lahar Rudiyarso, disela perayaan puncak hari Radio, Minggu (11/9/2022).
Menurut Lahar koleksi yang dimiliki RRI tidak hanya piringan hitam, benda-benda lawas sebagai bagian dari rangkaian saksi perjuangan RRI Surabaya juga masih terpampang apik di galeri Tri Prasetya.
"Kita ingin menghadirkan bahwa RRI menjadi Rumah Rakyat Indonesia. Kita terus mengembangkan koleksi kita. Kita terus melakukan pencarian terkait hal itu," ujar Lahar.
Baca juga: Mengenang Kisah RRI Radio Perjuangan di Surabaya, Punya Kontribusi Besar Pertahankan Kemerdekaan
Di Galeri Tri Prsetya RRI, puluhan koleksi dunia keradioan khususnya perjuangan RRI dari masa ke masa ada. Sebuah mesin alat yang menggunakan teknologi telegrafi untuk mengirim dan menerima pesan dari jarak jauh, biasanya menggunakan morse sebagai kode komunikas juga pernah digunakan RRI.
RRI Surabaya berhasil mendapatkan telegraf ini dari penyerahan dari pemerintah Belanda kepada Indonesia tahun 1951 usia pendantanganan pengakuan kedaulatan Indonesia. Telegraf ini digunakan sampai tahun 1970an dan digantikan telepon sebagai alat komunikasi.
Tidak hanya itu, sejarah RRI Surabaya juga terukir di tugu peringatan yang tepat berdiri di depan gedung RRI Jalan Pemuda No. 82-90.
Tugu ini menceritakan pertempuran hebat heroik yang pernah terjadi di gedung RRI antara tentara Sekutu yang berada di bawah komando Jendral Mallaby melawan para pejuang dan pemuda Surabaya yang rela mati daripada dijajah kembali.
Tengara Gedung RRI Surabaya itu berbunyi: "Karena fungsinya yang penting maka Gedung RRI Surabaya ini diduduki oleh pasukan Jendral Mallaby. Pada pertempuran 28-30 Oktober 1945 banyak korban rakyat jatuh. Tanggal 29 Oktober 1945 gedung ini dibakar habis dan tidak seorang pun pasukan Inggris di sini lolos dari kemarahan rakyat."
Digitalisasi juga telah diadopsi RRI, dimomentum hari radio LPP RRI akan meluncurkan company profile baik dalam bentuk cetak maupun visual serta mall pelayanan publik RRI.
"Kita terus bertransformasi. Kita ada RRI Play Go yang saat ini memiliki wajah baru. Selain ada siaran live radio dan berita online juga ada fitur musik yang bisa diputar setiap saat. Ada podcast dengan kolaborasi ekseternal," kata Lahar.
Sementara itu Ketua Panitia Hari Radio Arif Pribadi menambahkan puncak hari radio 11 September di tandai dengan adanya penyulutan obor yang dilakukan secara serentak