Berita Tulungagung
Harga Tembakau di Tulungagung Turun, Banyak Peralihan Lahan Gara-gara Serangan Tikus
Harga tembakau di Tulungagung mengalami penurunan akibat banyak peralihan lahan padi ke tembakau gara-gara serangan tikus.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Banyaknya lahan tembakau yang mulai dipanen, membuat harga tembakau di wilayah Tulungagung turun.
Selain itu, ada penambahan luas tanaman, karena ada peralihan lahan padi ke tanaman tembakau.
Serangan tikus yang luar biasa membuat petani merugi, hingga mengganti jenis tanaman.
Di saat seharusnya bisa gadu atau gadu konyol (tanam padi ke-3), banyak petani pilih menanam tembakau.
"Banyak petani kami yang beralih ke tembakau, karena serangan tikus pada tanaman padi," ujar Kepala Desa Ngranti, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Yulianto, Senin (19/9/2022).
Desa Ngranti merupakan salah satu sentra tanaman tembakau selain Desa Bono dan Kendalbulur di kecamatan yang sama.
Lanjut Yulianto, saat ini harga daun tembakau dari pohon Rp 600.000 per kuintal.
Sebelumnya harga daun tembakau siap panen antara Rp 800.000 hingga Rp 850.000 per kuintal.
"Saat ini produknya sudah surplus, karena mulai banyak yang panen. Jadi harga juga turun," sambung Yulianto.
Sedangkan untuk tembakau rajangan kering, harganya Rp 60.000-Rp 70.000 per kilogram.
Harga ini turun tajam, sebab sebelumnya bisa mencapai Rp 100.000 per kilogram, bahkan lebih.
Para petani di Desa Ngranti mayoritas memilih merajang sendiri tembakaunya, dan dijual dalam bentuk produk tembakau rajang kering.
"Dua tahun sejak pandemi Covid-19, penjualan lebih banyak online. Ini lebih menguntungkan petani, karena tidak melalui perantara," tandas Yulianto.
Sementara seorang pedagang tembakau dari Dusun Glotan, Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat, Siswanto, mengaku mendatangkan daun tembakau dari Kabupaten Jombang.
Menurutnya, volume panen di wilayah Tulungagung masih terbatas dan kebanyakan dirajang sendiri oleh petani.
Meski dari sisi kualitas tembakau Tulungagung lebih bagus, namun tembakau dari Jombang tetap ada peminatnya.
"Saya kirimnya langsung ke Sumatera, lewat jasa ekspedisi. Di sana tetap laku," ujar Siswanto.
Lanjutnya, daun tembakau dari Jombang ini dibeli seharga Rp 550.000 per kuintal.
Harga itu sudah termasuk ongkos kirim hingga sampai di rumah.
Sementara harga daun tembakau lokal Tulungagung bisa mencapai Rp 650.000 per kuintal.
"Harganya memang sedang turun. Tapi harga ini masih untung bagi petani," ungkapnya.
Tulungagung mempunyai varietas tembakau andalan yang diberi nama gagang sidi rejeb, atau dikenal gagang sidi.
Sebelumnya ada dua tembakau yang diuji di Balai Penelitian Serat dan Pemanis (Balitas) Malang, yaitu gagang sidi dan gagang rejeb.
Selama tiga tahun pengujian, gagang rejeb tidak tahan penyakit dan banyak yang mati karena serangan bakteri.
Sementara gagang sidi terbukti lebih tahan penyakit.
Varietas ini resmi dilepaskan pada November 2017 silam.
Agar tidak terjadi kerancuan penyebutan, nama resmi varietas ini adalah gagang sidi rejeb.
Varietas ini bisa menghasilkan 0,9-1,2 ton per hektare lahan.
Sementara kandungan nikotin rata-rata mencapai 4 persen.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Kumpulan berita seputar Tulungagung