Tragedi Arema vs Persebaya
Temuan TGIPF: Banyak Korban Tragedi Kanjuruhan Alami Pendarahan dalam Mata, Sesak dan Batuk
Sepekan sudah Tragedi Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) berlalu. Namun trauma dan luka efek dari insiden itu masih dirasakan para korban sekarang.
Penulis: Dya Ayu | Editor: Taufiqur Rohman
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Dya Ayu
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Sepekan sudah tragedi Kanjuruhan, usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) berlalu.
Namun trauma dan luka efek dari insiden yang menewaskan ratusan Aremania masih dirasakan para korban hingga sekarang.
Saat Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tiba di Malang dan datang ke sejumlah korban tragedi Kanjuruhan, TGIPF menemukan fakta banyak korban mengalami pendarahan dalam mata, sesak nafas dan batuk-batuk akibat gas air mata.
Fakta ini didapat saat TGIPF mendatangi rumah sejumlah korban luka tragedi Kanjuruhan.
“Fabianca Cheendy Chairun Nisa (14 tahun) yang mengalami pendarahan dalam mata, sesak napas, dan batuk-batuk. Retina matanya sampai detik ini tidak ada warna putihnya."
"Juga menemui dua bersaudara Rafi Atta Dzia'ul Hamdi (14) dan kakaknya Yuspita Nuraini (25). Sang adik mengalami pendarahan dalam mata dan kakaknya sampai detik ini masih batuk dan sesak napas,” kata Akmal Marhali, salah seorang anggota TGIPF, Minggu (9/10/2022).
Baca juga: Alasan Indonesia Lolos Sanksi FIFA seusai Tragedi Kanjuruhan, soal Gas Air Mata Dikuak Polri: Ada 11
“Begitu juga M. Iqbal (16 tahun) yang juga mengalami pendarahan dalam mata serta luka luka di kaki dan pinggang akibat terinjak-injak."
"Sementara Ahmad Afiq Aqli asal Jember masih dirawat dengan mata merah, kaki dan tangan patah. Semua gara-gara gas air mata,” tambahnya.
Lebih lanjut Akmal mengatakan, saat ini korban yang mengalami luka ringan sebanyak 507 orang, luka sedang 45 orang, dan luka berat sebanyak 23 orang.
Sementara korban yang masih menjalani rawat inap sebanyak 36 orang.
“Para korban luka harus menjalani perawatan intensif. Bukan cuma soal luka jasmani, tapi juga luka rohani."
"Trauma healing menjadi salah satu yang menghantui. Karena itu, pihak-pihak terkait harus memberikan perhatian khusus."
"Karena mereka korban hidup pastinya akan mengalami guncangan psikologis yang perlu pendampingan agar bisa menjalani hidup dengan normal,” jelasnya.
Baca juga: Tak hanya dengan Bonek, Aremania Serukan Perdamaian Antar Suporter di Indonesia
Temuan Komnas HAM
Penyebab terjadinya tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan 131 orang, usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya juga di telusuri dan diinvestigasi oleh Komnas HAM .
Komnas HAM baru-baru ini mengungkap penyebab insiden kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur .
Dari hasil penelusurannya yang terjun langsung ke lapangan, Komnas HAM menyatakan bahwa kerusuhan yang terjadi di Kanjuruhan tidak ditimbulkan karena suporter yang masuk ke lapangan.
Diketahui, memang ada dua orang suporter Arema FC yang turun dari tribun penonton tepatnya yang berada di bawah papan skor setelah pertandingan derby Jawa Timur itu usai.
Lalu, aksi tersebut diikuti oleh suporter Arema FC lainnya yang dari tribun berbeda.
Dari yang awalnya hanya dua orang, menjadi ratusan yang turun ke lapangan.
Aksi suporter turun ke lapangan inilah yang ditengarai jadi alasan bagi aparat keamanan untuk meningkatkan tahapan penanganan.
Dari yang semula hanya mengamankan beberapa suporter yang masuk ke lapangan, sampai kemudian menembakkan gas air mata, dalam Tragedi Kanjuruhan Malang ini.
Baca juga: BREAKING NEWS - Polri Resmi Tetapkan 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Salah Satunya Direktur PT LIB
Namun demikian, Komisioner Komnas HAM Bidang Pemantauan/Penyelidikan Choirul Anam membantah hal tersebut.
“Kalau ada yang bilang eskalasi penanganan itu timbul karena suporter merangsek masuk ke dalam lapangan, sampai sore (5/10), kami mendapat informasi tidak begitu kejadiannya,” kata Anam dikutip dari Kompas.com pada Kamis (6/10/2022) .
Anam menyatakan demikian berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pihaknya kepada saksi mata yakni suporter yang turun ke lapangan dan para pemain Arema FC.
Berdasarkan hasil pemeriksaannya itu, tidak ada niat sama sekali dari pihak suporter untuk membuat suasana di Kanjuruhan pasca pertandingan menjadi rusuh, meski Arema FC menelan kekalahan.
Sebaliknya, lanjut Anam, suporter yang turun ke lapangan itu hanya ingin memberikan semangat kepada para pemain Arema FC.
Hal tersebut, kata Anam, dibuktikan oleh para pemain Arema FC yang tidak mengalami luka sedikit pun, atau perlakuan tidak mengenakkan dari suporter.
“Jadi ada constraint (batasan) waktu antara 15 sampai 20 menit pasca-wasit meniup peluit panjang, itu suasana masih terkendali walaupun banyak suporter yang masuk ke lapangan,” ujar Anam.
Temuan Komnas HAM tersebut membantah klaim aparat keamanan yang sebelumnya menyebut bahwa aksi suporter masuk ke lapangan untuk menyerang para pemain sebagai bentuk melampiaskan kekalahan dari Persebaya.
“Kalau ada yang bilang mereka mau menyerang pemain, kami sudah ketemu dengan para pemain dan para pemain ini bilang tidak ada kekerasan terhadap mereka," tutur Anam.
“Para pemain (Arema FC) tidak mendapat ancaman dan caci maki, mereka cuma bilang bahwa suporter memberikan semangat kepada para pemain. Ini pemain yang ngomong begitu ke kami."
Dengan demikian, Anam berharap hasil temuan awal Komnas HAM tersebut bisa menjadi gambaran bagi para korban dan masyarakat yang penasaran dengan peristiwa yang terjadi sebenarnya.
“Jadi ini penting yang untuk meluruskan. Jangan sampai ada lagi yang bilang bahwa tindakan itu gara-gara suporter merangsek ke lapangan dan mengancam pemain, tidak begitu," tandas Komisioner Komnas HAM Bidang Pemantauan/Penyelidikan Choirul Anam .
Ikuti berita seputar tragedi Arema vs Persebaya