Tragedi Halloween Itaewon
Penyebab Korban Tewas Itaewon Mirip Tragedi Kanjuruhan, Simak 4 Cara Selamatkan diri dari Kerumunan
Kerumunan massa menjadi kunci penyebab korban tewas sampai ratusan jiwa seperti Tragedi Kanjuruhan dan Tragedi Halloween Itaewon.
Penulis: Ignatia | Editor: Sudarma Adi
Dikutip Tribun Jatim via Tribun Wow dari koreatimes.co.kr, mayoritas korban tagedi di Itaewon diketahui berusia 20an tahun.
Insiden ini terjadi pada Sabtu (29/10/2022) malam ketika ratusan orang berbondong-bondong mendatangi Itaewon yang terkenal sebagai distrik tempat hiburan malam.

Di sebuah lorong kecil semit menurun, ratusan orang tergencet karena berdesak-desakkan di tempat tersebut.
Dari total 151 orang yang tewas, 19 di antaranya adalah warga negara asing.
Sebanyak 82 orang mengalami luka yang mana 19 di antaranya luka serius.
Informasi ini disampaikan oleh Choi Seong-beom selaku kepala pemadam kebarakan di Yongsan.
Jumlah korban yang tewas adalah 97 wanita dan 54 pria.
Acara halloween ini menuai perhatian banyak warga karena ini merupakan acara pesta pertama yang digelar setelah tiga tahun adanya peraturan ketat karena pandemi Covid-19.
Baca juga: Update Jumlah Korban Luka Tragedi Kanjuruhan di Crisis Center Arema FC, Bakal Dapat Santunan 5 Juta
Sementara itu, skema kondisi yang mirip juga terjadi dengan para korban Tragedi Kanjuruhan, Malang.
Desakan dan kerumunan massa membuat para korban terinjak bahkan sampai ada yang meninggal dunia di tempat.
Pada Tragedi Kanjuruhan diduga kuat pemicu desakan tersebut antara lain karena penembakan gas air mata ke arah Tribune.
Tragedi Kanjuruhan memakan korban sampai ratusan orang dan hingga kini penyebab pastinya juga masih diselidik oleh pihak berwenang.

Martyn Amos, seorang profesor di Universitas Northumbria di Inggris yang mempelajari keramaian, mengatakan bahwa peristiwa besar tersebut membutuhkan perencanaan yang tepat dan orang-orang yang terlatih untuk mengelola keramaian.
"Intinya secara umum adalah bahwa insiden ini akan terus terjadi selama kita tidak menerapkan proses manajemen kerumunan yang tepat yang mengantisipasi, mendeteksi, dan mencegah kepadatan kerumunan yang sangat tinggi," kata Amos dalam sebuah pernyataan kepada The Washington Post, seperti dikutip Tribun Jatim via Kompas.com.
Berita lain seputar Tragedi Halloween Itaewon dan Tragedi Kanjuruhan