Berita Kediri
Kisah Penyandang Disabilitas Asal Kediri yang Sukses Sulap Bambu Jadi Kerajinan Bernilai Jutaan
Memiliki keterbatasan tak membuat Sobirin (38) menyerah berjuang untuk hidup. Penyandang disabilitas asal Plosoklaten, Kediri ini tetap konsisten
Penulis: Melia Luthfi Husnika | Editor: Januar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luthfi Husnika
TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Memiliki keterbatasan tak membuat Sobirin (38) menyerah berjuang untuk hidup. Penyandang disabilitas asal Plosoklaten, Kediri ini tetap melakoni keseharian tanpa putus asa.
Ia yang divonis lumpuh akibat kecelakaan yang dialami pada 2012 silam tak menyerah untuk bertahan hidup dari hasil keringatnya sendiri.
"Awal mula hidup saya berubah karena mengalami kecelakaan pada tahun 2012 lali. Akibat insiden itu, kedua kaki saya lumpuh. Saya harus menjalani hidup sebagai penyandang disabilitas sehari-harinya," kata Sobirin, Senin (14/11/2022).
Sobirin yang kini harus memakai alat bantu untuk memudahkan mobilitasnya sehari-hari mengaku sempat down ketika peristiwa itu terjadi.
Namun, ia berusaha untuk bangkit dan melanjutkan hidup. Sobirin menyadari, tidak ada yang bisa membantu selain dirinya sendiri. Untuk itu, ia memutuskan tetap mencari penghasilan dengan jerih payahnya.
Sobirin kemudian mengikuti pelatihan di salah satu lembaga keterampilan di daerah Kota Solo. Di sana, dia bertemu dengan teman sesama penyandang disabilitas yang kemudian membuatnya menjadi terinspirasi.
Selain itu, ia juga belajar dan mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat seperti untuk membuat sebuah karya bernilai rupiah.
"Saya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman selama di sana. Saya bertekad saat pulang ke Kediri harus bisa membuat sesuatu yang bernilai," ujar Sobirin.
Sepulangnya ke Kediri, Sobirin mencoba membuat kerajinan dari bahan bambu untuk dijadikan miniatur kapal Pinisi.
Baca juga: Manfaatkan Limbah Serbuk Kayu, Ibu Muda di Kota Blitar Bikin Kerajinan Kain Ecoprint
Bambu tersebut ia dapatkan dari sekitar rumahnya yang kemudian dikumpulkan. Dalam proses pembuatan, ia mengaku tidak kesulitan karena sudah mempelajari terlebih dahulu tepatnya ketika mengikuti latihan.
"Awal-awal sempat bingung, tapi itu wajar karena pertama kali. Setelah itu berjalan dengan normal," ungkapnya.
Untuk membuat 1 buah kapal pinisi berukuran kecil hanya membutuhkan waktu sekitar dua pekan. Sedangkan kapal pinisi berukuran besar bisa sampai 1 bulan.
Selain kapal pinisi, Sobirin juga membuat seperti cap lampu, gelas, nampan, kotak hantaran, celengan, besek dan masih banyak lainnya.
"Harga kapal Pinisi bervariasi mulai dari Rp 100 ribu sampai Rp 2,5 juta, tergantung tingkat kesulitan dan besar kecilnya," tuturnya.
Sobirin mengaku, kerajinan yang digeluti ini dapat menghasilkan dan mengangkat ekonomi keluarganya. Sobirin pun merasa senang dan bangga.
Keterbatasan fisik yang dimilikinya tak menghalangi untuk tetap berkarya. Sobirin bisa tetap menghidupi keluarga dengan hasil keringatnya sendiri.
Karena keterampilan yang dimiliki, Sobirin juga kerap mengajari siapa saja yang ingin belajar kerajinan. Ia juga membuka mitra kerja untuk peluang usaha bagi siapa saja yang ingin belajar.
"Semoga saja usaha saya ini ke depannya bisa terus berjalan dan bermanfaat bagi orang lain. Keterbatasan fisik bukan akhir dari segalanya. Untuk itu harus tetap berjuang dan jangan menyerah," pungkasnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com