Berita Entertainment
Sosok Mahyar Tousi yang Dihujat Imbas Hina Batik di KTT G20, Twit Langsung 'Hilang', Ini Profesinya
Siapa sebenarnya Mahyar Tousi yang dihujat imbas menghina batik di KTT G20? Ternyata seorang publik figur yang kerap sindir politikus.
Penulis: Ignatia | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM - Mahyar Tousi menuliskan cuitan yang membuat netizen +62 atau masyarakat Indonesia murka.
Di media sosial, akun Twitter Mahyar Tousi terima hujatan dari masyarakat.
Tentu bukan tanpa sebab, tetapi semua berawal dari postingannya seputar foto yang dikomentarinya.
Mahyar Tousi dalam akun Twitter bernama @mayartousi mengomentari foto saat beberapa kepala negara berkumpul bersama.
Dalam cuitan tersebut diceritakanlah bagaimana keseruan para pejabat negara yang berdiskusi dan berkumpul di KTT G20 yang digelar di Pulau Bali, Indonesia.
Salah satu cuitan memposting penampilan para pejabat negara itu saat menggunakan pakaian batik.
Busana batik memang dikenakan para pejabat negara tersebut saat menghadiri acara makan malam bersama, Selasa (15/11/2022).
Semua pejabat negara tampak rapi dan elegan mengenakan busana batik yang sangat khas dengan Indonesia.
Tak disangka, rupanya di media sosial, beberapa publik figur malah ada yang tidak tahu pakaian batik.
Satu di antaranya adalah Mahyar Tousi, seorang influencer yang akhirnya menuai sorotan.
Baca juga: Adu Gaya PM Kanada Justin Trudeau dan PM Inggris Rishi Sunak di Gala Dinner G20, Tampan dan Manly!
Lewat akun Twitternya yang terverifikasi, Tousi mempertanyakan tenun Endek yang dikenakan sejumlah pemimpin negara dalam sela-sela acara KTT G20 di Bali.
"What on earth are these idiots wearing??!" (Apa sih yang dipakai para idiot ini) tulisnya.
Dipantau Tribun Jatim, Mahyar Tousi langsung menghapus cuitan tersebut setelah ramai dibicarakan.
Banyak yang menghujat Mahyar Tousi yang berani menghina baju batik.
Adapun dalam foto tersebut terlihat Presiden FIFA Gianni Infantino, Menteri Perdagangan Indonesia Zulkifli Hasan, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan pendiri World Economic Forum (WEF) Klaus Martin Schwab.