Gempa Cianjur
Cerita Warga Korban Gempa Cianjur, Utang di Warung Gegara Belum Ada Bantuan, Gali Lobang untuk BAB
Cerita warga korban gempa Cianjur, dari utang di warung karena belum dapat bantuan, sampai gali lobang untuk BAB.
Penulis: Alga | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM - Demi bertahan hidup, beberapa korban gempa Cianjur, Jawa Barat, terpaksa utang ke warung.
Melansir Tribunnews.com, belum seluruhnya korban gempa Cianjur mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Ketua RT 06/RW 01 Kampung Cibeureum yang bernama Yani Suryani menyampaikan terkait hal ini.
Ia mengaku warganya harus mengutang ke warung terdekat untuk kebutuhan makan dan minum.
Warga juga membuat tenda seadanya sebagai tempat tinggal sementara.
Baca juga: Detik-detik Ayah Histeris Dekap Anaknya yang 3 Hari Tertimbun Reruntuhan Gempa, Ditemukan Selamat
"Belum ada bantuan dari pemerintah."
"Sampai kita harus ngutang ke warung buat makan minum warga sama anak-anak," katanya, mengutip Wartakotalive.com pada Rabu (23/11/2022).
"Kita bikin tenda seadanya aja, karena warga semua trauma, enggan masuk ke rumahnya masing-masing," jelasnya.
Kondisi di RT 06/RW 01 Kampung Cibeureum dan warga pun cukup memprihatinkan.
Hampir semua rumah kondisinya rata dengan tanah, warga pun hanya mendirikan tenda seadanya.
"Rusak, (pas kejadian) banyak warga yang ketimpa, banyak yang patah tulang sama kepalanya bocor."
"Untuk korban jiwa alhamdulillah enggak ada," jelas Yani.
Baca juga: Terakhir Kali Minta Ayah Pulang, Bocah Tewas Tertimbun Longsor karena Gempa Cianjur, Ya Allah Nak
Yani menjelaskan, keperluan saat ini yang dibutuhkan warga yakni tenda, selimut, makanan dan kebutuhan bayi dan anak-anak.
"Karena kan malem dingin ya, tenda kita juga seadanya."
"Selimut sama makanan bayi, susu, pampers kita enggak ada."
"(Sama) makanan sehari-hari, dan obat-obatan," tutur Yani.

Sementara itu warga di kawasan Kampung Margaluyu RW 19, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, membutuhkan bantuan bahan pokok, obat-obatan dan selimut.
Mereka pun terpaksa tidur di pinggir rel kereta api dengan tenda seadanya pada Selasa (22/11/2022).
Hendi Supyandi (26), warga Kampung Margaluyu, mengungkapkan, ada puluhan KK yang tidur di pinggir rel kereta api, sejak Senin (21/11/2022).
"Warga gotong royong mendirikan tenda dari terpal seadanya, yang diikat pakai tali plastik ke tiang di pinggir rel kerata," katanya, dikutip dari Tribun Jabar, Rabu (23/11/2022).
Baca juga: Pilu, Wanita 22 Tahun Tewas Tertimbun Reruntuhan Bangunan saat Gempa Cianjur, Korban Hamil 9 Bulan
Menurutnya, warga yang mengungsi dan tidur di pinggir rel kereta api sudah mendapatkan bantuan berupa roti, air mineral, namun stok sudah mulai menipis.
"Baru tadi pagi sama magrib dari warga sekitar, dan PMI juga relawan."
"Tetapi kini stoknya sudah mulai menipis jadi kita masih membutuhkan bantuan bahan pokok," ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, saat ini pun membutuhkan bantuan tenda darurat.
Karena terpal yang menutupi puluhan pengungsi masih belum layak ditambah kondisi angin berembus kencang.
"Ini kan posisinya cuma atasnya saja yang ditutupi terpal.
"Ditambah kondisi sekarang anginnya cukup kencang, banyak juga bayi dan anak di sini," katanya.
Dia menambahkan, hingga saat ini belum ada petugas atau relawan untuk mengarahkan warga untuk mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

Sementara itu korban gempa di posko pengungsian Kampung Jamarah, Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Cianjur, juga tampak mengalami kesusahan.
Pasalnya mereka terpaksa menggali tanah ketika hendak buang air di lokasi pengungsian.
Koordinator posko pengungsian Kampung Jamarah, Hamdani mengatakan, hal itu terpaksa dilakukan warga.
Lantaran di lokasi tersebut belum tersedia fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) yang layak.
"Untuk MCK dengan ala kadarnya kami inisiatif dengan terpaksa menggali lobang saja."
"Karena di sini belum ada fasilitas MCK-nya," ucap Hamdani ketika ditemui di lokasi pengungsian, Rabu (23/11/2022).
(insert berita dinar candy ungkap fakta gempa yang dialami sang adik)
Selain belum adanya fasilitas MCK, Hamdani menuturkan untuk menjangkau sumber mata air di lokasi tersebut jaraknya terbilang sangat jauh.
Tak hanya itu, warga yang biasanya mengandalkan sumur kini merana karena listrik di lokasi masih padam.
"Karena di sini ke mata air sangat jauh, sumur gali pun karena listrik tidak ada dan kabarnya malahan sudah tidak ada airnya," jelasnya.
Karena hal itu, dirinya mengatakan, para pengungsi dengan sangat terpaksa menggali lobang tanah untuk buang air besar (BAB) ataupun buang air kecil.
"Untuk ke mata air itu ke atas sekitar 300 meter."
"Jadi kami bikin MCK sebelah sana dengan ala kadarnya supaya tidak sembarangan buang air besar dan kecil," pungkasnya.
Berita gempa Cianjur lainnya