Berita Blitar
Nasib Ratusan Pedagang KesambenB Blitar, Lapaknya Terbakar Semalam, Kini Hanya Bisa Pasrah
Kebakaran hebat yang terjadi di Pasar Kesamben, Kabupaten Blitar, Minggu (27/11/2022) malam lalu, menyisakan cerita pilu buat para pedagangnya
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Januar
"Iya, katanya begitu (mungkin itu suara kayu yang terbakar karena masih ada bedak yang dari bambu sehingga menimbulkan suara jika pecah), " ungkapnya.
Akibat kebakaran itu, Pasar Kesamben kini rata dengan tanah karena semua tokonya hangus, kecuali deretan toko yang menghadap ke arah jalan raya. Itu selamat karena terpisah dengan bangunan pasar.
Sedang, lainnya seperti 49 toko, 334 los (bedak tanpa batas tembok), dan 50 bedak, hangus. Termasuk, toko permanen, seperti toko pakaian, beberapa toko emas, yang menghadap ke jalan kampung, yang menuju ke arah Desa Jugo, tak berhasil diselamatkan.
"Warga malam itu berdatangan namun tak bisa berbuat banyak. Sebab, api sudah membesar sehingga membahayakan," paparnya.
Memang, kebakaran pasar ini cukup hebat karena api baru bisa dipadamkan sekitar tujuh jam kemudian, Senin (28/11/2022) dini hari atau sekitar pukul 02.00 WIB. Kebakaran sendiri diketahui Minggu malam atau pukul 20.00 WIB. Mudahnya api berkobar karena bukan hanya melalap bangunan namun barang dagangan pedagang, seperti sembako, dan pakaian. Seperti yang dialami Juanda, pakaian yang baru dikulak, tak tersisa dalam bedaknya.
"Ya, semua susah, karena uang buat kulakan itu, pinjam dan kini kami memikirkan angsurannya," tutur Juanda, pedagang pakaian.
Untuk memadamkan api, malam itu langsung didatangkan belasan mobil pemadam kebakaran. Itu bukan hanya dari Kabupaten Blitar dan Kota Blitar, namun. Juga dari luar daerah, seperti Tulungagung dan Pemkab Malang.
Namun, meski api sudah padam, namun hingga Senin pagi itu masih ada kepulan asa dari sisa puing-puing.
Meski sudah tahu kalau bangunan Pasar Kesamben sudah luluh lantak namun Senin (28/11/2022) pagi itu, para pedagang berdatangan. Meski tak bisa mendekat ke bekas kiosnya, yang sudah tinggal puing karena memang dilarang oleh petugas namun mereka seperti lega.
Dari luar pasar, mereka hanya terdiam sambil memandangi ke arah bedaknya, yang sudah rata dengan tanah. Mereka seperti terpaku karena tempatnya untuk mencari nafkah satu-satunya kini sudah jadi tumpukan puing-puing.
"Kami tak tahu lagi, harus berjualan di mana, karena ini merupakan satu-satunya tempat yang selama ini kami jadikan tumpuan untuk mencari uang," ujar Ny Istimah, penjual sembako.
Bukan hanya Ny Istimah namun ada ratusan pedagang, yang nasibnya sama. Di antaranya, Katiyah, nenek berusia 76 tahun, yang sudah puluhan tahun berjualan sembako. Nenek asal Desa/Kecamatan Selopuro itu terus memegangi timbangan kodok, yang satu-satunya barang dalam bedaknya, yang selamat dari kebakaran. "Wes, nggak punya apa-apa lagi, hanya ini (timbangan). ini sudah menemani saya puluhan tahun," tuturnya.
Semua pedagang sepertinya punya perasaan yang hampir sama. Bukan hanya kehilangan tempat berjualannya namun sebagian besar dari mereka itu punya beban yang sama. Katanya, modal mereka berjualan itu dari pinjaman bank sehinggga punya beban mengangsur rutin.
Namun, kalau sudah punya tempat berjualan, bagaimana cara mereka menangsur.
"Kami minta agar pemerintah segera membangunkan pasar yang baru. Beban kami ini berat kalau tak bisa berjualan," ungkap para pedagang.