Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Satu Keluarga Tewas di Jakarta Barat

Sebab Kematian Keluarga di Kalideres Harusnya Cepat Dikuak? IPW Bahas Hasil Forensik: Tak Perlu Lama

Belum terungkanya penyebab kematian keluarga di Kalideres disorot banyak pihak. Indonesian Police Watch (IPW) minta polisi tak berlama-lama.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Arie Noer Rachmawati
TribunJakarta
Penyebab kematian sekeluarga di Kalideres tak kunjung terungkap hingga membuat kepolisian disorot. 

TRIBUNJATIM.COM - Belum terungkapnya penyebab kematian keluarga di Kalideres disorot banyak pihak.

Di antaranya, Indonesian Police Watch (IPW) yang memberi pesan kepada polisi terkait kasus ini.

Diketahui, warga Perumahan Citra Garden I Ekstension, Kalideres, Jakarta Barat digegerkan dengan adanya penemuan empat orang dalam keadaan tewas pada Kamis (10/11/2022).

Keempat jasa itu yakni seorang bapak berinisial RG (71), anak berinisial DF (42), ibu berinisial KM (66), dan paman berinisial BG (68).

Hingga kini polisi masih melakukan penyelidikan dan belum mengungkap penyebab keluarga itu tewas.

Terkait hal ini, IPW ikut angkat bicara.

Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso beranggapan, seharusnya pasca tiga pekan penemuan tewasnya satu keluarga itu hasil forensik sudah bisa dikeluarkan agar publik mengetahui penyebab kematian tersebut.

"IPW berpendapat semestinya hasil forensik ini yang menjelaskan sebab dan waktu kematian sudah bisa dipublikasikan," kata Sugeng dalam keteranganya, Kamis (1/12/2022).

Mengenai durasi waktu selama tiga pekan ini, Sugeng pun membandingkan kasus kematian satu keluarga ini dengan tewasnya Brigadir Nopiansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J.

Baca juga: Arti Tulisan Mantra di Kain Milik Keluarga Kalideres, Pakar: Tekanan, Gelagat Terakhir Budyanto Aneh

Pada kasus tersebut, dikatakanya penyebab tewasnya Brigadir J bisa diketahui oleh penyidik dalam waktu yang sama yakni tiga pekan.

"Maka kasus ini semestinya juga sudah bisa dipublikasikan oleh penyidik Polda Metro Jaya merujuk daripada hasil forensik," ucap Sugeng, dikutip TribunJatim.com dari Tribunnews.

Ia pun menilai, dengan segeranya mengungkap penyebab kematian tersebut maka polisi bisa langsung menyimpulkan apakah kasus itu masuk dalam perkara pidana atau tidak.

Baca juga: Gelagat Aneh Budiyanto, Paman Keluarga Tewas di Kalideres, Jual Rumah Sang Kakak hingga Ada Ritual

Artinya dikatakan Sugeng, polisi bisa segera menentukan apakah tewasnya satu keluarga tersebut ada campur tangan pihak lain atau meninggal secara alami.

"Tugas kepolisian dalam hal ini adalah apakah korban tewas karena adanya perbuatan orang lain atau atas keinginannya sendiri," jelasnya.

Apalagi kata Sugeng, jika korban meninggal karena kehendaknya sendiri setelah ditemukan beberapa bukti yang menunjukan ada indikasi keluarga tersebut memiliki kepercayaan tertentu.

"Maka kasus ini tidak perlu berlama lama apalagi korban bukan keluarga high profile atau memiliki pengaruh besar di masyarakat," pungkasnya.

Senada, pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, mengungkapkan pihak kepolisian harus segera mengumumkan penyebab tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, yang kasusnya telah berjalan lebih dari dua minggu.

Reza mengungkapkan Ditreskrimum Polda Metro Jaya harus segera memastikan penyebab tewasnya para korban, apakah karena perbuatan pidana atau bukan.

Jika penyebab tewasnya bukan karena tindakan pidana, Reza meminta agar Polda Metro Jaya tetap segera mengumumkannya ke publik.

"Jika kemungkinan kedua (penyebab tewas bukan tindakan pidana) adalah temuannya, maka Humas Polda Metro Jaya tidak usah ragu-ragu mengumumkannya ke publik dan memulangkan jenazah ke keluarga mereka," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Rabu (30/11/2022).

Baca juga: Sosok Pengirim Chat Terakhir ke HP Keluarga di Kalideres Terkuak? Wanita, Tulis Kata Emosi Negatif

Reza pun menganggap, jika kepolisian tidak dapat menguak penyebab tewasnya satu keluarga tersebut secara ilmiah, maka bukan merupakan kegagalan Korps Bhayangkara.

"Penyebab kematian yang tidak bisa didefinitifkan bukan merupakan kegagalan kerja kepolisian," jelasnya.

Reza menilai kematian satu keluarga ini dilakukan secara sengaja dan terencana untuk mencapai kematian mereka.

Hal ini dilihatnya lewat beberapa kondisi yang telah ditemukan kepolisian dan diberitakan media seperti kondisi rumah rapi, dimintanya PLN untuk memutus aliran listrik, hingga permintaan keluarga untuk mengkremasi jenazah.

"Indikasinya sebagaimana pemberitaan media massa, seperti kondisi dalam rumah yang rapi (sampah tidak berserakan di sembarang tempat),"

"Permintaan agar PLN memutus aliran listrik, dan posisi jenazah yang tertata (tidak bergelimpangan secara acak)," katanya.

 "Rencana keluarga yang akan mengkremasi jenazah juga menambah dasar bagi spekulasi bunuh diri," imbuh Reza.

Di sisi lain, ia menjelaskan praktik kremasi merupakan sebuah jalan menuju ke 'kehidupan lain'.

Sehingga, ketika korban merasa sudah tidak dapat melakukan dharma di dunia maka ada justifikasi moral untuk melakukan bunuh diri demi menuju ke 'kehidupan lain'.

"Di dalam masyarakat yang mempraktikkan kremasi, kematian adalah transisi dari satu format kehidupan ke kehidupan yang lain.

"Sehingga apabila seseorang dalam format kehidupannya saat ini merasa tidak mampu lagi melakukan dharma, ia memiliki justifikasi moral untuk menempuh bunuh diri sebagai jalan menuju format kehidupannya yang baru."

"Dengan format baru tersebut, ia berharap akan lebih kuasa melakukan dharma," papar Reza.

Baca juga: Ketahuan Simpan Mayat Renny, Anggota Keluarga yang Tewas di Kalideres Minta Saksi Diam: Allahu Akbar

Berita Satu Keluarga Tewas di Jakarta Barat lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved