Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

KPK OTT Pimpinan DPRD Jatim

Sosok dan Biodata Lengkap Sahat Tua Simanjuntak, Wakil Ketua DPRD Jatim yang Diduga Diamankan KPK

Simak inilah sosok dan biodata lengkap Sahat Tua Simanjuntak, Wakil Ketua DPRD Jawa Timur yang diduga diamankan oleh KPK.

|
Editor: Elma Gloria Stevani
Tribun Jatim/Bobby Constantine
Simak inilah sosok dan biodata lengkap Sahat Tua Simanjuntak, Wakil Ketua DPRD Jawa Timur yang diduga diamankan oleh KPK. 

Sebab, Golkar dinilai sebagai partai modern.
 
”Partai modern tak mengenal owner. Sebab, sahamnya dimiliki oleh seluruh kader,” katanya.
 
Sehingga, seluruh kader Golkar memang dididik untuk siap mengemban posisi apapun.
 
”Kami optimistis. Partai Golkar tidak bergantung pada figur seseorang. Seluruh kader Golkar siap untuk menjadi pemimpin,” katanya.
 
Sekalipun demikian, Sahat Tua Simanjuntak  menjelaskan bahwa jabatan bukan sekadar prestasi namun penugasan yang dibebankan oleh partai.

Sehingga, kader Golkar diminta pantang berbangga kala mendapat jabatan, sebab tugas besar telah menanti.
 
”Apa yang menjadi tugas partai, itu yang harus kita jalani. Jabatan apapun itu, kader harus bisa melihat bahwa hal itu menjadi bagian dari penugasan partai,” katanya.
 
Sehingga, setiap keinginan kader tetap harus didasarkan pada tujuan berpartai. ”Kita boleh berambisi, namun harus ingat bahwa ada kepentingan partai yang lebih besar,” katanya.
 
Dipercaya duduk di Pimpinan DPRD Jatim, Sahat Tua Simanjuntak  berkomitmen untuk meningkatkan kinerja Dewan.

Namun, dengan tetap mempertahankan kepemimpinan kolektif kolegial.
 
”Terobosan itu harus kolektif kolegial dan berdasarkan kehendak seluruh anggota,” katanya.
 
Prinsipnya, partainya menugaskan ia untuk mewujudkan keadilan masyarakat.
 
Hal ini juga sejalan dengan tuntutan profesinya yang juga pengacara ini.
 
”Kalau di pengacara, kami memperjuangkan seseorang yang memerlukan bantuan hukum. Sifatnya tidak banyak, hanya satu atau dua orang. Di politik, kita memperjuangkan keadilan untuk kesejahteraan, namun untuk banyak orang. Jadi, ini kan hampir sama,” kata Anggota Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) ini.
 
Bagi Sahat Tua Simanjuntak , penugasan di berbagai posisi yang dipercayakan partai kepadanya merupakan ladang perjuangan untuk mengabdi kepada rakyat.
 
"Kita harus rendah hati serta berbuat baik. Sebab, hal itu wajib dan akan menyempurnakan ibadah kita," pungkasnya.
 
Terkait target ke depan, Sahat Tua Simanjuntak  enggan berandai-andai. Sebagai kader, ia memercayakan karir politiknya kepada partai.
 
”Untuk gengsi pribadi, saya rasa saat ini sudah di puncak. Tiga periode di Dewan, saya cukup. Dimanapun penugasan partai, saya siap,” katanya.
 
Termasuk apabila partai menugaskan berangkat ke kursi eksekutif, Sahat Tua Simanjuntak juga memiliki mimpi untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah suatu saat nanti.
 
”Seorang politisi yang lama di legislatif, pasti punya mimpi di eksekutif. Dimana? Saya belum fokus di pilkada. Namun, saya kalau maju harus menang. Politisi itu kalau maju harus menang,” katanya.

Perjalanan Karier Sahat Tua Simanjuntak 

Perjalanan panjang karier Sahat Tua Parlindungan Simanjuntak tak bisa lepas dari keluarga.

Utamanya oleh sang mendiang Ibunda Sahat, Kostiana Pasaribu.

”Peran orang tua sangat penting dalam membangun karakter seseorang. Peran ibu saya sangat kuat dalam membentuk karakter saya,” kata Sahat menceritakan.

Sulung dari tiga bersaudara ini menceritakan bahwa ibundanya selalu mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan.

”Misalnya, harus memberikan kebaikan kepada siapa pun dan ini terbentuk untuk anak-anaknya,” katanya.

Hal ini tak lepas dari keluarganya yang juga perantau asal Batak meskipun Sahat lahir dan besar di Surabaya.

”Sekecil apapun, harus menyisihkan kepada yang membutuhkan. Tak hanya materi, namun juga tenaga, pikiran, dan peduli kepada orang lain. Kenapa? Karena saudara yang paling dekat adalah tetangga saya,” katanya.

Sekalipun berdarah Batak, Sahat mengaku banyak menggunakan filosofi hidup orang Jawa.

Hal ini juga yang diajarkan kedua orangtuanya. 

”Harus bisa berempati. Istilahnya, harus isa rumangsa, ojo rumangsa isa (harus bisa merasa jangan merasa bisa),” kata Sahat.

Tak hanya dari sang mendiang Ibu, Sahat juga banyak mendapat motivasi dari sang istri, Elisabeth Sihotang.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved