Pembunuhan Brigadir J
SOSOK 'Tuhan Yesus' di Grup WhatsApp Duren Tiga, Orang Penting Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi?
Inilah sosok 'Tuhan Yesus' yang ada di Grup WhatsApp Duren Tiga. Orang penting di rumah Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi?
TRIBUNJATIM.COM - Grup WhatsApp bernama 'Duren Tiga' kini menjadi sorotan di tengah persidangan kasus pembunuhan Brigadir J.
Pasalnya dalam grup WhatsApp tersebut ada kontak bernama 'Tuhan Yesus'.
Siapa sosok dibalik kontak bernama 'Tuhan Yesus' ini pun menjadi sorotan.
Belakangan terungkap, sosok 'Tuhan Yesus' adalah orang penting di rumah Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.
Hal itu diungkap oleh kuasa hukum Ricky Rizal, Dinda.
Dalam persidangan, disebut bahwa nomor kontak dengan nama Tuhan Yesus itu ada di dalam grup WhatsApp Duren Tiga.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Untuk diketahui, grup WhatsApp tersebut beranggotakan para ajudan dan asisten rumah tangga (ART) Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.
Belakangan terungkap, sosok kontak dengan nama Tuhan Yesus itu adalah sekuriti rumah pribadi Ferdy Sambo bernama Alfonsius Dua Larang.
"Kemarin kan pas disebutkan semua nama-nama yang ada di kontak banyak kan, ada salah satu namanya tuhan yesus, cuma pas saya tanyakan sama mas ricky katanya dia lupa, cuma kalau tidak salah Alfonsius," kata Dinda saat dikonfirmasi, Selasa (20/12/2022).
Akan tetapi kata Dinda, kliennya dalam hal ini Ricky Rizal, belum sepenuhnya yakin kalau akun tersebut milik Alfonsius.
Baca juga: Ferdy Sambo Protes Skor Kebohongan Putri Candrawathi Tertinggi di Kasus Brigadir J: Inilah Faktanya
Baca juga: Dipeluk Ferdy Sambo, Bharada E Dibisikkan 1 Ucapan, Sejak Saat Itu Dipaksa Bohongi Kapolri
"Tapi mas Ricky gak yakin (itu Alfonsius)," ucap Dinda.
Tak hanya itu, Dinda juga memastikan kalau grup WhatsApp dengan nama Duren Tiga itu sejatinya sudah ada sejak Brigadir J masih hidup.
Namun kata dia, seluruh anggotanya keluar dari grup saat Brigadir J meninggal dunia.
Alhasil Ricky Rizal berinisiatif untuk membuat kembali grup WhatsApp itu untuk keperluan koordinasi antar ajudan dan asisten rumah tangga (ART) dengan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.
"Jadi grup awal itu nama tetep Duren Tiga, tapi karena pasca Yosua sudah meninggal, semua orang di grup itu pada left grup, makanya Ricky bingung gimana mau laporan-laporan," kata Dinda.
Baca juga: VIRAL TERPOPULER: Harta Kekayaan Sahat Tua yang Kena OTT KPK - Kapten Jack Teman Dekat Ferdy Sambo?

"Jadi dibuatkan Ricky lagi, Disitu ada richard juga, tapi Richard left karena Richard ganti nomor. Makanya kemarin saat kami perjelas berapa orang yang ada di grup, lebih dari 7. Kalo disebutkan banyak," sambungnya.
Kata dia, sejatinya grup WhatsApp itu memang dikhususkan untuk para ajudan dan asisten rumah tangga (ART) berkoordinasi.
Secara garis besar, pembahasan di grup yang terdapat anggota dengan nama 'Tuhan Yesus' tersebut hanya berisikan percakapan soal keperluan rumah dan aktivitas para ajudan hingga Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.
"Grup itu grup yang ada semua isi rumah FS PC, karena kalau grup ABS (anak buah sambo) itu yang cuma ajudan aja. Tapi kalo duren tiga itu ada FS dan PC nya. Ada semua ART, ajudan, driver, FS dan PC," tukas Dinda.
Ada Tuhan Yesus
Tak hanya itu, dalam grup yang dibuat oleh Ricky Rizal itu ada yang bernama Tuhan Yesus.
Mulanya Adi membeberkan nama-nama akun anggota grup WA Duren Tiga. Kata dia, grup itu berisi para ajudan Ferdy Sambo mulai dari Richard Eliezer atau Bharada E, Ricky Rizal, Daden Miftahul Haq dan ART Damianus Laba Kobam alias Damson.
Baca juga: Apa Itu Tes Poligrafi? Ini Hasil Uji Kebohongan 5 Terdakwa Pembunuhan Brigadir J, PC Tidak Jujur?
"Tadi ahli jelaskan ada grup WhatsApp Duren Tiga. Siapa saja yang ada di dalam grup WhatsApp itu?," tanya tim kuasa hukum Ricky Rizal dalam persidangan.
"Anggota grup WhatsApp bernama Duren Tiga yang pertama kontak WhatsApp atas nama Richard, yang kedua kontak WhatsApp atas nama Ricky Wibowo, yang ketiga kontak WhatsApp atas nama Damson, yang berikutnya kontak WhatsApp atas nama Daden," kata Adi.

Selanjutnya, Adi membeberkan daftar nama anggota yang lain di grup Duren Tiga tersebut.
Pada bagian ini, Adi menyebutkan satu akun WhatsApp ada yang bernama Tuhan Yesus. Hanya saja Adi tidak bisa memastikan siapa pemilik akun tersebut.
"Kontak WhatsApp atas nama Irjen Ferdy Sambo, kemudian kontak WhatsApp atas nama Putri Candrawathi, kemudian kontak WhatsApp atas nama Diryanto, kemudian kontak WhatsApp nama Om Kuat, kemudian kontak WhatsApp atas nama SMD, kontak WhatsApp atas nama Tuhan Yesus," papar Adi.
"Kemudian kontak WhatsApp nama Alfanzu, kemudian kontak WhatsApp nama Sadam, berikutnya kontak WhatsApp atas nama Gusti Sejati. Berikutnya kontak WhatsApp atas nama Prayogi Iktara, kontak WhatsApp atas nama AR 19 dan yang terakhir kontak WhatsApp atas nama WTK 46," sambungnya.
Baca juga: Cara Ferdy Sambo Ngaku Istrinya Diperkosa Brigadir J di Depan Hakim Punya Arti, Pakar: Kebocoran
Baca juga: Gelagat Ferdy Sambo seusai Keceplosan Ngaku Tembak Brigadir J, Punggung, Pengacara Bantah: Dinding
Adi menjelaskan, data para pemilik akun WhatsApp grup itu didapatkan pihaknya dari ponsel Bharada E yang sudah dijadikan barang bukti.
"Ahli transkrip dari handphone siapa saja? Saudara FS kah?" tanya pengacara Ricky.
"Barang bukti nomor 2850/STP dengan nama Richard," jawab Adi.
Diketahui, Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir Yoshua menjadi korban pembunuhan berencana yang diotaki Ferdy Sambo pada 8 Juli 2022 lalu.
Ferdy Sambo Akui Rekaman CCTV Ada Brigadir J Masih Hidup Bikin Skenarionya Kacau, Sempat Yakin
Ferdy Sambo diketahui merupakan salah satu terdakwa pembunuhan Brigadir J, ajudannya.
Diberitakan TribunJatim.com sebelumnya, Ferdy Sambo akhirnya mengaku jika skenario yang ia susun buyar semua setelah rekaman CCTV tampilkan Brigadir J masih hidup.
Rekaman tersebut dari CCTV yang terpasang di gapura pos pengamanan Komplek Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Ferdy Sambo berharap, pengecekan rekaman CCTV sejatinya bisa memuluskan upaya dalam merancang skenario.
Kini Ferdy Sambo mengakui jika setelah adanya rekaman CCTV tersebut, semua skenarionya buyar.
Rekaman CCTV yang diamankan tersebut malah seperti pisau bermata dua.
Baca juga: Dipeluk Ferdy Sambo, Bharada E Dibisikkan 1 Ucapan, Sejak Saat Itu Dipaksa Bohongi Kapolri
Hal itu diungkapkan Ferdy Sambo saat dihadirkan sebagai saksi untuk terdakwa kasus perintangan penyidikan atau obstraction of justice tewasnya Brigadir J atas terdakwa Irfan Widyanto.
Mulanya Ketua Majelis Hakim Ahmad Suhel mengonfirmasi soal adanya momen pengambilan CCTV Komplek Polri oleh Irfan Widyanto pada tanggal 9 Juli 2022 atau sehari setelah insiden penembakan.
"Tahukah saudara pada tanggal 9 Juli tersebut, decoder CCTV tersebut sudah diambil oleh terdakwa Irfan Widyanto?" tanya Hakim Suhel pada Jumat (16/12/2022) malam.
"Saya tidak tahu Yang Mulia, karena saya sampaikan tadi, bahwa saya tidak terpikirkan ada gambar seperti Yang Mulia."
Setelah itu Hakim Suhel mencecar Ferdy Sambo soal niatan atau alasan dirinya memerintahkan eks Karo Paminal Div Propam Hendra Kurniawan dan mantan Kaden A Ropaminal Divpropam Polri Agus Nurpatria untuk mengecek CCTV.
Ferdy Sambo mengatakan, dirinya berharap pengecekan kamera CCTV sejatinya bisa memuluskan upayanya dalam merancang skenario.
"Seandainya perintah saudara itu dalam rangka pengungkapan kasus atau dugaan tindak pidana tersebut atau mencoba untuk menghindari dari skenario tersebut?" tanya Hakim Suhel.
"Waktu tanggal 9 itu belum ada niatan saya untuk menghindari skenario itu."
"Karena saya yakin bahwa CCTV sebenarnya tidak menyorot ke dalam (area rumah) Yang Mulia," kata Ferdy Sambo.
"Jadi tujuan saudara itu supaya skenario saudara itu rapi sedemikian rupa?" tanya Hakim Suhel.
"Bukan, siapa tahu kan bisa mendukung skenario, ternyata kan tidak," ucap Ferdy Sambo.

Bukan membuat skenario jadi sukses, tayangan CCTV yang diamankan malah seperti pisau bermata dua atau membuat skenario Ferdy Sambo berantakan.
Sebab saat rekaman CCTV diputar pada tanggal 13 Juli 2022, dalam tayangan tanggal 8 Juli 2022, terlihat masih ada Brigadir J masih hidup.
Ia tampak berjalan di taman rumah dinas Ferdy Sambo atau tempat kejadian perkara.
Dalam tayangan juga menampilkan Ferdy Sambo turun dari mobil berwarna hitam sesaat sebelum kamera menangkap gerak-gerik Brigadir J.
Padahal dalam skenarionya, Ferdy Sambo menyebut, terjadi aksi tembak menembak antara Bharada Richard Eliezer atau Bharada E dengan Brigadir J, di saat dirinya tidak ada di rumah dinas.
"Darimana saudara mengatakan pengecekan (kamera CCTV) itu moga-moga akan mendukung skenario saudara itu?" tanya Hakim Suhel lagi.
"Karena kan saya tidak tahu kalau posisi Yosua itu jalan ke... seperti yang ada di CCTV, Yang Mulia."
"Jadi saya pikir cuma (menangkap gambar) mobil saja," kata Ferdy Sambo.
"Artinya saudara, berusaha kalaupun sorotan atau coveran kamera CCTV tersebut yang dari gapura mengarah ke situ (area rumah dinas), saudara berharap Yosua tidak tertangkap kamera tersebut?" tanya Hakim Suhel memastikan.
"Harapannya sih seperti itu, Yang Mulia," jawab Ferdy Sambo.
"Itu makanya saudara memastikan itu diamankan?" tanya lagi Hakim Suhel.
"Saya waktu itu hanya natural untuk mengecek aja Yang Mulia," jawab Ferdy Sambo.
Sementara itu Ferdy Sambo sempat marah-marah karena tak tahu Bareskrim Polri melakukan olah TKP di lokasi penembakan Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J di rumah dinasnya, Kompleks Polri, Duren Tiga Jakarta, Selatan.
Kompol Chuck Putranto mengatakan, Ferdy Sambo yang saat itu merupakan atasannya marah karena Bareskrim melakukan olah TKP di rumah dinasnya tanpa sepengetahuan dirinya.
Namun tidak dijelaskan secara rinci mengenai waktu olah TKP Bareskrim tersebut dilakukan.

Saat itu dirinya dan Kompol Baiquni Wibowo sedang berada di rumah dinas Ferdy Sambo pada 12 Juli 2022.
Selanjutnya Chuck Putranto meminta tolong Baiquni untuk menyalin dan melihat rekaman CCTV di sekitar rumah dinas Ferdy Sambo.
"Saya sampaikan, 'Beq, tolong copy sama dilihat DVR CCTV-nya'. 'Enggak apa-apa?' 'Takut saya Beq. Karena saya kemarin sudah kena marah'," ujar Chuck Putranto.
Chuck Putranto pun mengaku dihubungi Ferdy Sambo saat berada di rumah dinas Duren Tiga.
Selanjutnya Ferdy Sambo marah karena tidak tahu Bareskrim Polri melakukan olah TKP di rumah dinasnya.
"Marahnya karena saat itu dilakukan olah TKP, tapi tidak dilaporkan ke beliau yang punya rumah."
"Intinya itu. Iya (Sambo marah karena tidak tahu Bareskrim olah TKP)," jelasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com
Berita tentang pembunuhan Brigadir J lainnya