Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Arti Kata

Arti Kata Hedonic Treadmill, Pola Pikir yang Sulit Buat Bahagia, Kurang Bersyukur Jadi Penyebabnya

Hedonic treadmill tergolong sebagai istilah psikologi yang berfokus pada kebahagiaan & kesejahteraan manusia. Lantas, apa penyebab hedonic treadmill?

Editor: Elma Gloria Stevani
Pexels/Matheus Bertelli
Pola Pikir Hedonic Treadmill diteliti mampu membuat hidup seseorang sulit bahagia. Kenali, apa itu hedonic treadmill masalah psikologis yang marak terjadi dan penyebabnya. 

TRIBUNJATIM.COM - Tribunners pasti mengira hedonic treadmill mengacu pada istilah fitnes, bukan?

Eits, tetapi istilah hedonic treadmill yang akan dibahas kali ini bukan melenceng ke sana ya.

Hedonic treadmill tergolong sebagai salah satu istilah psikologi yang berfokus pada kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.

Hedonic treadmill atau juga dikenal dengan istilah adaptasi hedonis digunakan untuk mengartikan pola pikir dan emosi manusia yang cenderung kembali ke titik awal terlepas apa yang terjadi pada mereka.

Sederhananya, treadmill hedonic adalah sifat manusia yang mudah melupakan dan tak lagi menghargai pencapaian yang telah diraih.

Misalnya, seseorang begitu menginginkan kenaikan pangkat, gaji atau bercita-cita membeli barang mewah.

Namun, ketika mereka sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan, perlahan barang atau mimpi itu tak lagi berarti.

Sifat ini membuat seseorang tak pernah puas atas pencapaian yang mereka miliki.

Hedonic treadmill membuat seseorang menginginkan tujuan atau pencapaian yang tak ada ujungnya.

Pola pikir ini menyebabkan hidup sulit bahagia dan ujung-ujungnya tak mensyukuri apa yang dimiliki.

Pendapat ini dibenarkan oleh pemerhati dan peneliti kesehatan Elizabeth Scott, Ph.D.

"Kesenangan dapat mengangkat suasana hati Anda dan membuat Anda merasa luar biasa, tetapi efeknya bisa cepat berlalu, cepat memudar. Pada akhirnya, kita kembali ke tingkat kebahagiaan yang sama seperti yang kita alami sebelumnya," terang Elizabeth Scott.

Hal yang sama juga terjadi ketika seseorang tengah bersedih atau merasa kehilangan.

Kesedihan itu tak akan berangsur lama dan membaik seiring berjalannya waktu.

Emosi negatif tersebut perlahan akan memudar dan sedikit demi sedikit kembali netral. Hal itu sudah ditinjau secara klinis oleh Psychology Today.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved