Berita Viral
Ditanya Tentang Kanker, Begini Jawaban Google dan Chat GPT, Chatbot yang Memiliki Kecerdasan Buatan
Begini jawaban Chat GPT, kecerdasan buatan milik OpenAI dan Google saat ditanya tentang kanker dan isu kesehatan.
TRIBUNJATIM.COM - Sejumlah film dan karya fiksi ilmiah telah memprediksi bahwa masa depan akan dipenuhi hasil kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence yang bisa melakukan pekerjaan seperti layaknya manusia.
Prediksi ini telah terbukti dengan hadirnya sejumlah perangkat atau aplikasi berbasis AI, dengan kemampuan yang dikhawatirkan dapat menggantikan manusia dalam melakukan pekerjaannya.
Salah satunya adalah kehadiran Chat GPT.
Ini merupakan chatbot yang diperkenalkan oleh OpenAI yang memang fokus dalam pengembangan kecerdasan buatan.
Chat GPT dapat menghadirkan jawaban berupa teks dari sejumlah pertanyaan atau perintah yang diajukan.
Jawaban yang diberikan pun dapat dibuat natural, hingga seakan-akan ditulis oleh manusia.
Bagaimana dengan fakta yang disampaikan Chat GPT?
Tentu saja dia akan menyajikan hasil berdasarkan pencarian berbasis internet, dan jawaban yangdiberikan akan diberikan sesuai apa yang ditemukan di jagat maya.
Dengan demikian, saat ini hasil jawaban ChatGPT tidak sepenuhnya sempurna.
Masih ada celah jawaban yang diberikan justru memberikan misinformasi kepada penggunanya.
Seperti apa penjelasan Chat GPT?
Simak ulasannya.
Anda mungkin pernah mendengar desas-desus tentang Chat GPT, sejenis chatbot yang menggunakan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk menulis esai, mengubah pemula komputer menjadi pemrogram (programmer), dan membantu orang berkomunikasi.
Chat GPT mungkin juga berperan dalam membantu orang memahami informasi medis.
Meski Chat GPT tidak akan menggantikan proses konsultasi dengan dokter Anda dalam waktu dekat, penelitian baru kami menunjukkan potensinya untuk menjawab pertanyaan umum tentang kanker.
Inilah yang kami temukan ketika kami mengajukan pertanyaan yang sama ke Chat GPT dan Google.
Anda mungkin terkejut dengan hasilnya.
Apa yang telah Chat GPT lakukan dengan isu kesehatan?
Chat GPT telah dilatih untuk memproses data teks dalam jumlah besar untuk menghasilkan respons percakapan terhadap banyak pertanyaan berbasis teks.
Chat GPT mewakili era baru teknologi AI, yang akan dipasangkan dengan mesin pencari, termasuk Google dan Bing, untuk mengubah cara kita menavigasi informasi secara online.
Ini termasuk cara kita menelusuri informasi kesehatan.
Misalnya, Anda dapat mengajukan pertanyaan ke Chat GPT seperti “Kanker mana yang paling umum?” atau “Bisakah Anda menulis kepada saya ringkasan sederhana dari gejala kanker umum yang tidak boleh Anda abaikan”.
Ini menghasilkan respons yang lancar dan koheren.
Namun, apakah jawaban ini akurat?
Kami bandingkan Chat GPT dengan Google
Penelitian kami yang baru dipublikasikan membandingkan cara Chat GPT dan Google menanggapi pertanyaan umum tentang kanker.

Ini termasuk pertanyaan berbasis fakta sederhana seperti “Apa sebenarnya kanker itu?” dan “Apa jenis kanker yang paling umum?”.
Ada juga pertanyaan yang lebih kompleks tentang gejala kanker, prognosis (bagaimana kecenderungan perkembangan suatu kondisi) dan efek samping pengobatan. Untuk pertanyaan sederhana berbasis fakta, Chat GPT memberikan respons ringkas yang kualitasnya mirip dengan cuplikan fitur Google.
Cuplikan fitur adalah “jawaban” yang disorot oleh algoritme Google di bagian atas halaman.
Meski ada kesamaan, ada juga perbedaan besar antara Chat GPT dan jawaban Google.
Google memberikan referensi yang mudah terlihat (tautan ke situs web lain) dengan jawabannya.
Chat GPT memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanya pertanyaan yang sama beberapa kali. Kami juga mengevaluasi pertanyaan yang sedikit lebih rumit: “Apakah batuk merupakan tanda kanker paru-paru?”.
Cuplikan fitur Google mengindikasikan batuk yang tidak kunjung sembuh setelah tiga minggu merupakan gejala utama kanker paru-paru.
Chat GPT memberikan tanggapan yang lebih bernuansa sedikit berbeda.
Platform AI menyatakan batuk yang berlangsung lama merupakan gejala kanker paru-paru.
Namun, Chat GPT juga mengklarifikasi bahwa batuk adalah gejala dari banyak kondisi dan kita memerlukan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Tim klinis kami menganggap klarifikasi ini penting.
Mereka tidak hanya meminimalkan kemungkinan peringatan, mereka juga memberi pengguna arahan yang jelas tentang tindakan yang harus diambil selanjutnya – temui dokter.
Bagaimana dengan pertanyaan yang lebih kompleks?
Kami kemudian mengajukan sebuah pertanyaan tentang efek samping obat kanker tertentu: “Apakah pembrolizumab menyebabkan demam dan haruskah saya pergi ke rumah sakit?”.
Kami menanyakan kepada Chat GPT ini lima kali dan menerima lima jawaban berbeda. Ini karena keacakan yang ada di dalam Chat GPT, yang dapat membantu berkomunikasi dengan cara yang hampir mirip manusia, tapi akan memunculkan banyak tanggapan untuk pertanyaan yang sama.
Kelima tanggapan tersebut merekomendasikan kami untuk berbicara dengan petugas kesehatan profesional.
Namun, tidak semua jawaban mengatakan pembrolizumab mendesak atau dengan jelas menentukan seberapa serius potensi efek samping ini.
Satu jawaban mengatakan, demam bukanlah efek samping yang umum tapi tidak secara eksplisit mengatakan itu bisa terjadi.
Secara umum, untuk pertanyaan ini, kami menilai jawaban Chat GPT berkualitas buruk. Ini kontras dengan Google, yang tidak menghasilkan suatu cuplikan jawaban, kemungkinan besar karena kerumitan pertanyaannya.
Sebaliknya, Google mengandalkan pengguna untuk menemukan informasi yang diperlukan.
Tautan pertama mengarahkan mereka ke situs web produk pabrikan.
Sumber ini dengan jelas menunjukkan orang harus segera mencari pertolongan medis jika ada demam saat memakai pembrolizumab.
Apa selanjutnya?
Kami menunjukkan bahwa, jawaban dari ChatGPT tidak selalu memuat referensi yang jelas.
ChatGPT memberikan jawaban yang bervariasi untuk satu permintaan dan tidak diperbarui secara langsung.
Platform ini juga dapat memberikan respons yang salah dengan cara yang terdengar percaya diri.
Chatbot baru Bing, yaitu berbeda dengan ChatGPT dan dirilis sejak penelitian kami, memiliki proses yang jauh lebih jelas dan lebih andal untuk menguraikan sumber referensi dan bertujuan untuk tetap up-to-date.
Ini menunjukkan seberapa cepat jenis teknologi AI ini berkembang dan ketersediaan chatbot AI yang semakin canggih cenderung tumbuh secara substansial.
Namun, pada masa mendatang, AI apa pun yang digunakan sebagai asisten virtual layanan kesehatan harus dapat mengkomunikasikan ketidakpastian apa pun tentang responsnya daripada membuat jawaban yang salah, dan secara konsisten menghasilkan respons yang andal.
Kita perlu mengembangkan standar kualitas minimum untuk intervensi AI dalam perawatan kesehatan.
Ini termasuk memastikan mereka menghasilkan informasi berbasis bukti. Kita juga perlu menilai bagaimana pelaksanaan asisten virtual AI untuk memastikan mereka meningkatkan kesehatan masyarakat dan tidak menimbulkan konsekuensi tak terduga.
Ada juga potensi biaya asisten AI medis menjadi mahal. Ini menimbulkan pertanyaan tentang kesetaraan atau keadilan dan orang-orang yang memiliki akses ke teknologi yang berkembang pesat ini.
Terakhir, para profesional perawatan kesehatan harus menyadari inovasi AI semacam itu agar dapat mendiskusikan keterbatasannya dengan pasien.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Berita Jatim dan Berita Viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com
kanker
Chat GPT
OpenAI
Tribun Jatim
jatim.tribunnews.com
TribunJatim.com
berita Jatim terkini
kecerdasan buatan
chatbot AI
informasi kesehatan
Artificial Intelligence
isu kesehatan
Bupati Pati Berakhir Minta Maaf dan Batalkan Pajak 250 Persen usai Percaya Diri Didemo 50 Ribu Orang |
![]() |
---|
Pihak UGM Beri Penjelasan soal Viral Mahasiswa Ditagih Rp 5 Juta usai Pinjam Buku di Perpus |
![]() |
---|
Pantas Mertua Curiga Menantunya Berangkat Bawa Sepeda Kayuh, Pulang Naik Motor |
![]() |
---|
Siasat Licik Pasutri Bagi Tugas, Istri Rayu Korban Pura-pura Ditinggal Pasangan, Mobil Korban Raib |
![]() |
---|
Muntah, Menggigil dan Jadi Pendiam Setelah Ikut MPLS, Siswa SMA Bikin Kepsek Bingung: Tak Ada Bukti |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.