Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Bazar Ramadan Viral Ternyata Jualan Makanan Sudah Basi & Gosong, Banyak Warga Keluh: Ayamnya Bau

Bazar Ramadan ternyata banyak jualan makanan sudah basi dan gosong, banyak warga mengeluh hingga viral.

Penulis: Alga | Editor: Sudarma Adi
World Of Buzz
Makanan yang dibeli di Bazar Ramadan ternyata sudah basi dan gosong 

TRIBUNJATIM.COM - Belakangan makanan yang dijual di Bazar Ramadhan viral di media sosial.

Pasalnya makanan di bazar banyak yang basi, gosong, dan bahkan belum matang.

Padahal Bazar Ramadhan tersebut ramai dikunjungi pengunjung.

Namun ternyata banyak makanan yang dijual tak layak dan basi.

Baca juga: Epy Kusnandar Keliling Jualan Rambak Naik Sepeda, Tak Pulang Sebelum Laku, Dulu Pernah Dagang Takjil

Mengutip TribunnewsMaker.com, kejadian ini terjadi di Malaysia pada Senin, 27 Maret 2023.

Di Malaysia, Bazar Ramadhan adalah tempat yang paling ramai selama bulan puasa.

Karena banyak para penjual yang menawarkan berbagai jenis makanan.

Mulai dari makanan Malaysia, Asia, hingga makanan western.

Para penjual mulai menjual barang sejak pukul 3 sore untuk dibeli oleh warga Malaysia.

Banyak lapisan masyarakat yang datang ke sini untuk berbuka puasa atau makan malam.

Namun belakangan ini, para penjual di Bazar Ramadhan menjadi sedikit tidak bertanggung jawab.

Terutama dalam kualitas makanan di Bazar Ramadhan yang mereka jual.

Tentu saja, tidak semua penjual seperti ini, tapi banyak yang seperti itu.

Hal ini bisa meninggalkan kesan buruk bagi penjual bazar lain di tempat tersebut.

Dikutip dari World of Buzz, banyak warga Malaysia yang protes dengan mengunggah foto makanan ke media sosial.

Salah satunya seorang warga yang menunjukkan foto murtabak gosong.

"Penjual menyamarkan murtabak gosong ini dengan menumpuknya dengan murtabak lain yang tidak gosong," tulisnya.

Netizen lain juga menanggapi dengan membagikan foto-foto makanan Bazar Ramadan yang mereka beli dan tidak layak.

Seorang netizen menunjukkan foto ayam bakar yang dibelinya.

Ayam bakar tersebut dari luar terlihat matang, tapi dalamnya ternyata sangat mentah.

Dagingnya masih sangat merah dan darah ayamnya masih bercucuran segar dan mengeluarkan bau.

"Ini dibeli di Tapak Urban. Ayamnya bau, saya kembali ke kios, tapi mereka sudah pergi, saya akan datang besok, saya tidak percaya sebagai penjual, masih ada yang menjual makanan yang rusak."

Makanan di Bazaar Ramadhan di Malaysia ternyata banyak yang gosong dan sudah basi
Makanan di Bazar Ramadhan di Malaysia ternyata banyak yang gosong dan sudah basi (World Of Buzz)

Yang lain juga ada yang memprotes makanan yang baru dibelinya.

Nasi ayam goreng sudah bau yang dibeli seorang netizen di Bazar Ramadhan sudah bau dan tak layak makan.

Dari foto, terlihat ayam yang dibelinya sangatlah pucat.

"Ini adalah pengingat untuk para penjual bazar Ramadhan Cyberjaya,

kami membeli ini dari Anda, ketika kami pulang, ayamnya sudah bau dan rusak," katanya.

Hingga 27 Maret 2023, berita mengenai makanan ini masih menjadi viral dan hangat di Malaysia.

Nasi
Nasi ayam goreng dibeli dari Bazar Ramadhan sudah bau (World Of Buzz)

Sementara itu di Tulungagung, Dinas Kesehatan (Dinkes) menemukan kerupuk dan es sirup mengandung zat pewarna tekstil di pusat takjil.

Dinkes menguji 41 sampel makanan dari 12 pusat takjil di wilayah Kecamatan Tulungagung dan sekitarnya, Jumat (24/3/2023).

Hasilnya ada dua sampel yang mengandung rhodamin B atau zat pewarna tekstil, yaitu kerupuk singkong dan es sirup.

Temuan ini dianggap menggembirakan, karena dari segi jumlah mengalami penurunan.

"Uji sampel ini bagian upaya perlindungan kesehatan masyarakat," terang Kasi Kefarmasian Dinkes Tulungagung, Masduki.

"Karena ini produk yang banyak dikonsumsi di Bulan Ramadan," imbuhnya.

Baca juga: Tak Perlu Jauh-jauh ke Kota, Pasar Ramadan Lengkong Bisa Jadi Opsi Berburu Takjil di Ponorogo Barat

Lokasi pengambilan sampel ada di sejumlah sentra takjil, mulai dari Karangrejo, Gendingan, Tapan, Ketanon, Kepatihan, Jepun, Kutoanyar dan Pinka.

Semua sampel diuji berdasar kemungkinan penggunaan bahan berbahaya.

Misalnya kerupuk puli diuji kandungan boraksnya atau ikan asin diuji kandungan formalinnya.

Lalu sirup dan kerupuk berwarna diuji kandungan rhodamin B.

Hasilnya kerupuk singkong dan es sirup yang ada di kawasan Kutoanyar ditemukan kandungan rhodamin B.

"Temuan ini sebenarnya menurun dibandingkan tahun lalu. Waktu tahun kemarin ada empat sampel yang mengandung bahan berbahaya," tutur Masduki.

Es sirup dan kerupuk singkong yang ditemukan mengandung rhodamin B
Es sirup dan kerupuk singkong yang ditemukan mengandung rhodamin B (TribunJatim.com/David Yohanes)

Lebih jauh Masduki mengungkapkan, pihaknya telah membentuk kader keamanan pangan di desa-desa.

Kader ini bisa menguji kandungan bahan berbahaya yang dicurigai di dalam makanan produksi warga, mulai dari boraks, rhodamin B, dan formalin.

Kader ini juga melakukan edukasi kepada produsen makanan untuk menghindari penggunaan bahan kimia berbahaya.

Selama tahun 2022 lalu, Dinkes telah melakukan edukasi kepada para produsen makanan sebanyak 11 kali.

Sementara tiga bulan awal di tahun 2023 ini, Dinkes telah melakukan tiga kali edukasi.

Segala upaya ini untuk menekan penggunaan bahan kimia berbahaya di dalam produk makanan.

"Memang masih ada makanan yang ditemukan mengandung rhodamin B, tapi kami pastikan itu dari luar kota," tegas Masduki.

Berkaca dari pelacakan sebelumnya, kerupuk pasir dengan pewarna rhodamin B berasal dari Kediri.

Kerupuk puli yang mengandung boraks berasal dari Lumajang, sedangkan kerupuk singkong warna merah dari Trenggalek.

"Mereka kirimnya ke Pasar Ngemplak, tidak ada alamat pastinya."

"Mereka hanya meninggalkan nomor telepon," ungkap Masduki lagi.

Baca juga: Kisah Pedagang Takjil di Banyuwangi Ramadhan Street Food, Ada yang Sehari Dapat Rp1,5 Juta

Dari Pasar Ngemplak, produk dengan bahan pewarna tekstil ini menyebar ke masyarakat.

Diakui Masduki, adanya produk pangan mengandung bahan kimia berbahaya ini karena ada permintaan masyarakat.

Masyarakat sebagai konsumen banyak yang tertarik membeli kerupuk dengan warna-warna menarik.

"Masyarakat kita juga harus diedukasi, jangan beli makanan karena warnanya yang menarik."

"Karena yang berwarna itu yang justru berpotensi mengandung bahan pewarna berbahaya," katanya.

Dampak bahan kimia rhodamin B, boraks, dan formalin, memang tidak bisa langsung dirasakan.

Namun akumulasi dalam jangka panjang akan memicu berbagai penyakit, seperti kerusakan hati, gagal ginjal, dan kanker.

Dinkes akan melakukan penelusuran sumber makanan yang mengandung bahan berwarna tekstil ini.

"Kita harus temukan produsennya. Pencegahannya harus dilakukan dari hulu," pungkas Masduki

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved