Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Cara Kejam Pengemis di Padang untuk Timbulkan Rasa Iba Orang, Tega Cubit Anak hingga Menangis

Untuk mendapatkan rasa iba, seorang pengemis rupanya melakukan berbagai cara. Bahkan, tidak jarang cara yang ditempuhnya terbilang kejam.

Editor: Januar
TribunSolo.com
Ilustrasi pengemis yang tega mencubit anaknya demi dapatkan rasa iba 

TRIBUNJATIM.COM- Untuk mendapatkan rasa iba, seorang pengemis rupanya melakukan berbagai cara.

Bahkan, tidak jarang cara yang ditempuhnya terbilang kejam.

Termasuk dengan menyakiti anaknya.

Dilansir dari TribunStyle, seorang pengemis berinisial I (39), warga Kota Padang, Sumatera Barat, nekat mencubit anaknya sendiri.

Dia melakukan hal tersebut agar anaknya menangis dan mendapat belas kasih dari orang-orang.

Namun aksi kejamnya itu pun ketahuan warga.

I kemudian diamankan Satpol PP dan akan diberikan pembinaan.

Berikut kronologi lengkapnya.

Fenomena pengemis memanfaatkan anak untuk melancarkan aksi mereka meminta-minta memang meresahkan publik.

Terlebih jika mereka tega menyakiti anak sendiri hanya demi mengumpulkan recehan dari orang-orang.

Seperti yang terjadi di Kota Padang, Sumatera Barat, baru-baru ini hingga bikin geger.

Seorang pengemis perempuan berinisial I (39), warga Kota Padang, Sumatera Barat, tepergok warga sengaja mencubit anaknya agar menangis dan mendapatkan belas kasihan pengunjung sebuah rumah makan di wilayah Ulak Karang.


Warga segera melapor ke Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Padang agar menindaklanjuti tindakan pengemis itu.

"Kita dapat laporan, lalu turun ke lapangan dan mengamankan pengemis itu," kata Kasatpol PP Padang, Mursalim dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (9/6/2023).


Berdasarkan laporan warga, kata Mursalim, I memang sering datang ke rumah makan untuk meminta-minta dengan membawa anak balitanya.

Saat diamankan, I mengaku tak sering mencubit anaknya, hanya saat pengunjung rumah makan sedang ramai.

"Warga yang sudah risih melihat kelakuan pengemis tersebut pada anaknya, membuat warga berikan pengaduan pada petugas, dikabarkan demi menarik perhatian publik, dirinya tega mencubit buah hatinya agar menangis," ujar Mursalim.


Dilakukan pembinaan

Mursalim mengatakan, I dan bayinya untuk sementara diamankan dan diberi pembinaan. Harapannya perbuatan itu tidak dilakukan kembali.

"Kita tetap mengutamakan tindakan persuasif dan humanis, pengemis untuk sementara kita amankan bersama balitanya, untuk menjawab keresahan masyarakat, proses selanjutnya kita serahkan ke PPNS untuk didata dan selanjutnya kita serahkan pembinaannya ke Dinas Sosial," tutur Muslim.

Selain itu, Mursalim menambahkan, anggotanya akan terus berupaya dalam menjaga ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di Kota Padang.


Pengemis asal Blitar Bikin Petugas Kesal

Satpol PP bersama TNI, Polri dan Dinas Sosial terus menggalakkan razia Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) di Tulungagung.

Hasilnya jumlah PPKS yang biasa ditemukan di sejumlah simpang empat di wilayah kota terus menurun. 

Minggu sebelumnya ada 18 PPKS yang ditangkap, 9 di antaranya berasal dari luar Tulungagung.

Sementara dalam minggu ini ada 7 PPKS yang ditangkap, 3 di antaranya berasal dari luar Tulungagung. 

"Kecenderungannya terus menurun, meski mereka masih ditemukan di wilayah kota. Dan selalu ada yang dari luar kota," terang Sekretaris Satpol PP Tulungagung, Yulius Rama Isworo.


Dalam razia terakhir yang digelar Jumat (12/5/2023), ada 2 PPKS yang ditangkap, satu di antaranya dari Blitar.

PPKS asal Blitar ini diketahui datang ke Tulungagung dengan membawa sepeda motor.

Ia sengaja memilih menjadi pengemis di Tulungagung karena warga Tulungagung dikenal suka memberi. 

Namun yang membuat petugas jengkel, ternyata PPKS itu mengaku mengemis di Tulungagung sekedar untuk hiburan.


"Bayangkan, dia datang ke Tulungagung mengemis sekedar untuk mencari hiburan. Sementara warga kita memberi uang kepada orang yang berlibur," ujar Yulius kesal.

Karena itu Satpol PP akan terus melakukan razia ke PPKS di wilayah kota Tulungagung.

Mereka selalu menyasar di sejumlah simpang empat besar, seperti rumah sakit lama, Prayit, BTA, Jepun, Tamanan, Gledug, Bis Nggoling hingga Mangunsari. 

Meski diakui PPKS akan selalu ada, namun Yulius mengaku berupaya terus menekan jumlah mereka. 

"Untuk menghapus 100 persen sangat tidak mungkin. Akan selalu ada PPKS, Tapi kami menargetkan jumlah mereka terus turun," tegas Yulius.


Lebih jauh Yulius mengakui, ada perubahan pola operasi para PPKS.

Setelah razia digalakkan pada siang hari, mereka beralih beroperasi saat malam.

Karena itu Yulius akan meresponnya dengan melakukan razia yang lebih bervariasi.

Razia siang hari akan tetap ditingkatkan, namun razia malam juga akan dilaksanakan secara sporadis. 

"Jam razia juga akan diubah-ubah sehingga tidak bisa ditebak. Titiknya kan itu-itu saja," ucap Yulius. 

Selain itu muncul keluhan dan aduan masyarakat karena ada PPKS di daerah yang jauh dari wilayah kota.

Salah satunya ada di wilayah Kecamatan Bandung, Ngunut  dan di Kecamatan Boyolangu. 

Untuk merespon aduan masyarakat ini, Yulius mengaku akan menjajaki kerja sama dengan Trantib Kecamatan dan Polsek. 

Dengan begitu keberadaan PPKS di wilayah yang jauh bisa dijangkau personel dari Kecamatan. 

"Ada sejumlah sejumlah laporan dari lokasi yang jauh belum direspon. Karena itu  kami akan bekerja sama dengan kecamatan dan Polsek," pungkas Yulius. 

Keberadaan pengemis, pengamen, manusia silver dan badut jalanan banyak menjadi sumber keluhan warga ke Satpol PP.

Keberadaan mereka dinilai mengganggu kenyamanan dan keamanan warga, karena beroperasi di banyak simpang empat yang samai. 

Ironisnya, keberadaan mereka yang menjamur disebabkan warga Tulungagung yang suka memberi uang receh kepada mereka.

Karena itu Dinas Sosial dan Satpol PP menghimbau masyarakat menghentikan kebiasaan memberi uang kepada PPKS.

Sedekah disarankan disalurkan melalui saluran yang semestinya, seperti panti asuhan, masjid, musala, atau Badan Amil Zakat dan Shadaqah (Bazis).

Keberadaan PPKS ini sudah tahap meresahkan, karena banyak yang mengintimidasi dan memaksa pengguna jalan, terutama kaum perempuan. 

Bahkan ada pula PPKS yang sudah mendapatkan bantuan dari Kementerian Sosial berupa sepeda motor, modal usaha, BPNT dan PKH tetap mengemis.


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

 

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved