Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Lifestyle

Amankah MPASI Fortifikasi untuk si Kecil? Ini Penjelasan Pakar Medis dan Teknologi Pangan

Merespon pertanyaan keraguan banyak ibu di Indonesia tentang Makanan Pendamping ASI Fortifikasi, Pakar Teknologi Pangan Prof. Dr. Ir. Sugiyono, M.AppS

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ndaru Wijayanto
istimewa
Penjelasan Pakar Medis dan Teknologi Pangan Bahas MPASI Fortifikasi 

Pembuatan MPASI Fortifikasi yang awet tentu memungkinkan distribusi makanan sampai ke daerah-daerah terpencil dan jauh dan kesetaraan akses terhadap gizi terutama di daerah terpencil.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa ada kesalahpahaman yang muncul karena penggunaan sistem klasifikasi makanan NOVA, yang mengkategorikan makanan berdasarkan tingkat pengolahannya. Namun, tingkat pengolahan makanan tidak selalu menentukan kandungan nutrisi, yang lebih banyak dipengaruhi oleh komposisi bahan yang digunakan.

Selain itu, MPASI fortifikasi dikontrol sangat ketat oleh BPOM untuk memastikan keamanan makanan bayi dan nilai gizinya. 

“BPOM tidak mengizinkan MPASI fortifikasi mengandung pengawet, pewarna atau perisa serta tidak boleh memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi,” ungkap anggota Tim Pakar Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM tersebut.

MPASI fortifikasi yang telah diizinkan beredar di Indonesia oleh BPOM berarti juga telah lolos tahap pengontrolan kualitas sesuai kriteria Codex Alimentarius, sebuah lembaga independen yang membuat standar makanan berbasis sains yang ditetapkan secara kolektif oleh berbagai negara untuk melindungi kesehatan konsumen yang dibentuk oleh FAO/WHO.

Prof. Dr. Ir. Sugiyono dapat turut berkontribusi dalam meningkatkan literasi gizi para ibu, sehingga mereka bisa memilih yang terbaik bagi bayinya tanpa rasa khawatir. 

“Saya percaya apabila ibu memiliki literasi gizi yang lebih baik, tahu bagaimana mencari kebenaran sebuah informasi, maka dengan pengetahuan tersebut ibu tidak mudah bingung dengan banyaknya informasi dari sosial media atau lingkungan sekitar yang meresahkan dan belum tentu kebenarannya,” ujarnya.

Sementara itu, Dokter spesialis anak Dr. Mas Nugroho Ardi Santoso, SpA, MKes memahami adanya berbagai pertimbangan, perbedaan pandangan dalam memilih nutrisi MPASI dan pentingnya literasi gizi dalam 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) anak.

Ada sebagian yang berpendapat bahwa MPASI yang baik adalah yang diolah sendiri, dan di sisi lain anti terhadap MPASI fortifikasi. 

Pada fase 1000 HPK ini penting dalam membentuk dan membangun kualitas gizi anak untuk menentukan keberlangsungan kehidupan anak. 

Perkembangan yang dimulai adalah kesehatan saluran cerna, perkembangan organ metabolik, perkembangan kognitif, pertumbuhan fisik, dan kematangan sistem imun.

“Selain memperhatikan nutrisi seimbang saat hamil, kemudian memastikan asupan gizi melalui ASI selama enam bulan, ibu juga harus memperhatikan asupan nutrisi pada fase MPASI saat usia anak di atas enam bulan,” ujarnya. 

Pada usia tersebut, Dr. Mas Nugroho Ardi Santoso anak sudah semakin membutuhkan nutrisi yang kompleks dan tidak cukup hanya diberikan melalui ASI. Anak sudah sangat perlu diberikan dukungan asupan lain melalui makanan pendamping ASI (MPASI).

“MPASI yang mendukung tumbuh kembang optimal adalah yang diberikan tepat waktu, cukup kalori, protein, lemak, vitamin, mineral, higienis dan responsif diberikan setelah bayi berusia enam bulan dan ASI dapat diteruskan sampai usia dua tahun,” paparnya.

MPASI yang kurang dalam kuantitas dan kualitas disebut dapat menyebabkan anak gagal tumbuh dan jika berlangsung dalam waktu lama akan menjadi pemicu malnutrisi dan stunting.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved