Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Blitar

Sasmiati Rawat 3 Anak Difabel di Gubuk yang Nyaris Hancur, Pilu Tak Dapat Bantuan, Kades: Masih Ragu

Kisah Sasmiati rawat 3 anak difabel di gubuk kini menjadi sorotan. Mereka semua adalah penyandang disabilitas.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM/SAMSUL HADI
Sasmiati Rawat 3 Anak Difabel di Gubuk yang Nyaris Hancur, Pilu Tak Dapat Bantuan, Kades: Masih Ragu 

Laporan Wartawan TribunJatim Network, Samsul Hadi

TRIBUNJATIM.COM - Kisah Sasmiati rawat 3 anak difabel di gubuk kini menjadi sorotan.

Mereka semua adalah penyandang disabilitas.

Sasmiati (58), yang merupakan seorang janda tak mendapat bantuan dari pemerintah.

Sedangkan gubuk yang dihuni Sasmiati dan tiga anaknya nyaris hancur.

Gubuk itu berada di Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.

Tiga anak Sasmiat bernama Guruh Rahayu (28), Dewi Utari dan Elawati.

Dewi Utari dan Elawati masih usia SMA.

Kepala Desa Pagerwojo, Mujiadi mengatakan Sasmiati bersama tiga anaknya memang mengalami keterbelakangan mental.

Sasmiati ditinggal suaminya meninggal dunia beberapa tahun lalu.

"Bu Sasmiati dan tiga anaknya memang mengalami keterbelakangan mental. Bu Sasmiati secara fisik sehat, tapi mohon maaf mentalnya kurang sehat," kata Mujiadi dihubungi Selasa (3/10/2023).

Baca juga: Kisah Bu Anastasia Tinggal di Gubuk Reyot Beratap Daun Bareng 4 Anak, Nyaris Ambruk, Ingin Dibantu

Sebelumnya, Sasmiati bersama tiga anaknya tinggal bersama ibunya, Warti di rumah tersebut.

Rumah yang ditempati Sasmiati bersama tiga anaknya merupakan rumah milik ibunya, Warti.

Sekitar setahun lalu, Warti ikut anaknya yang lain di Kalimantan.

Sejak itu, Sasmiati bersama tiga anaknya tinggal di rumah milik ibunya.

Sejak itu pula, bantuan sosial dari pemerintah kepada keluarga Sasmiati terputus. Karena, setelah ibunya pindah ke Kalimantan, kartu keluarga Sasmiati dan Warti (ibunya) pisah.

"Dulu Sasmiati satu KK dengan ibunya, Warti. Karena ibunya pindah ke Kalimantan, KK-nya dipisah, akhirnya (Sasmiati) tidak dapat bantuan," ujar Mujiadi.

Baca juga: Kisah Nenek Hadijah Penjual Sapu Lidi, Tinggal Sendiri di Gubuk Beralas Plastik, Suami Minggat

Ketika masih satu KK dengan ibunya, keluarga Sasmiati terdaftar penerima bantuan sosial PKH.

Namun, setelah pisah KK dengan ibunya, keluarga Sasmiati belum terdaftar lagi sebagai penerima bantuan sosial.

"Kemarin desa juga masih ragu untuk memberikan bantuan BLT, karena khawatir dobel penerima bantuan. Karena kami juga belum kroscek statusnya," katanya.

Menurutnya, selama ini keluarga Sasmiati hidup dari bantuan tetangga.

Selain itu, anak pertama Sasmiati, Guruh Rahayu ikut kerja di persewaan sound system milik tetangganya.

Kondisi rumah Sasmiati di Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Selasa (3/10/2023). Satu keluarga penyandang disabilitas tinggal di gubuk reot
Kondisi rumah Sasmiati di Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Selasa (3/10/2023). Satu keluarga penyandang disabilitas tinggal di gubuk reot (Istimewa/TribunJatim.com)

Karena tahu kondisi Guruh, pemilik persewaan sound system tidak memberikan semua gaji berapa uang kepada Guruh.

Biasanya, sebagian gaji diberikan berupa sembako dan langsung diserahkan kepada Sasmiati.

"Kalau gajian tidak dikasihkan ke anaknya uang full, sebagian dibelikan beras. Karena kalau diberikan uang full dihabiskan anaknya. Dari Lazisnu Desa Pagerwojo juga rutin memberikan bantuan ke keluarga Sasmiati tiap bulan," ujarnya.

Sedang dua anak perempuan Sasmiati, masih sekolah di SLB Kesamben.

Tiap hari, kedua anak perempuan Sasmiati jalan kaki dari rumah ke sekolah.

"Dua anak perempuannya tiap hari jalan kaki dari rumah ke sekolah. Kami suruh naik ojek mereka juga tidak mau," katanya.

Baca juga: Dituduh Maling Bakpia, Nenek Pemulung Nyaris Diamuk Massa, Polisi Kasihan Korban Tinggalnya di Gubuk

Menurutnya, Sasmiati sebenarnya punya saudara satu desa tapi beda RT di Desa Pagerwojo.

Tetapi, saudara Sasmiati statusnya juga janda.

Sasmiati bersama tiga anaknya tinggal di rumah tidak layak huni.

Atap bangunan dapur rumah sudah hancur dan nyaris roboh.

Sedang lantai bangunan utama rumah kondisinya juga sudah rusak.

Baca juga: Dulu Tinggal di Gubuk Tiap Hari Makan Pecel Lele, Artis Cantik Sukses Usaha Dilarisi Para Pesohor

Terkait hal itu, Kepala Desa Pagerwojo, Mujiadi mengatakan pihak desa pernah mengusulkan program bedah rumah kepada Dinas Perumahan Rakyat dsn Kawasan Permukiman Kabupaten Blitar untuk perbaikan rumah Sasmiati.

Namun, usulan bedah rumah tidak mendapat respons dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Blitar.

"Kami mengusulkan program bedah rumah sekitar dua atau tiga tahun lalu tapi dari Dinas Perkim tidak berani karena dindingnya tembok. Dinas Perkim juga tidak paham kalau pemiliknya disabilitas," kata Mujiadi.

Dikatakan Mujiadi, kondisi bangunan tembok bangunan utama rumah memang masih kuat, tapi lantainya sudah hancur.

Sedang bangunan dapur sudah rusak parah.

Namun, kata Mujiadi, sekarang Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman sudah menyanggupi melakukan bedah rumah untuk memperbaiki rumah Sasmiati.

Perwakilan dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman sudah mengecek kondisi rumah Sasmiati, Selasa (3/10/2023).

Tak hanya dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman saja, hari ini perwakilan dari Dinas Sosial Kabupaten Blitar dan Dinas Sosial Provinsi Jatim juga sudah datang ke rumah Sasmiati.

"Dari kecamatan, puskesmas dan polsek juga sudah datang ke lokasi. Alhamdulillah sudah direspons dan mudah-mudahan segera tertangani masalah bantuan untuk keluarga Sasmiati," ujarnya.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Blitar, Bambang Dwi Purwanto mengatakan setelah ditelusuri lewat Dispendukcapil dan Dinsos, Sasmiati sudah memiliki KTP elektronik.

Keluarga Sasmiati juga masuk data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) dan masuk penerima Kartu Indonesia Sehat (KIS). Keluarga Sasmiati juga masuk data kemiskinan ekstrem melalui SK Bupati.

Baca juga: Nasib Gadis ODGJ Mirip Ayu Ting Ting Dipasung di Gubuk Penuh Kotoran, Senyum Mengeluh Belum Makan

"Kami juga langsung melihat kondisi rumah yang bersangkutan. Soal perbaikan rumah, kami koordinasi dengan Dinas Perkim. Hari ini Dinas Perkim juga turun ke lapangan melakukan asesmen," katanya.

Soal keluarga Sasmiati tidak menerima bantuan PKH selama setahun terakhir setelah pisah KK dengan ibunya, Dinsos masih menelusuri historisnya.

"Jadi gini, siapapun masyarakat yang menurut pemerintah desa layak jadi penerima PKH itu harus diusulkan, sifatnya diusulkan. Porsi kami, yaitu desa dan kabupaten punya porsi mengusulkan. Itu yang perlu dicatat," ujarnya.

"Kalau sudah masuk penerima bantuan, tapi untuk PKH setahun ini belum menerima, kami cek historisnya dulu," lanjutnya.

Baca juga: Dibuang Keluarga, Mbah Hasim Mau Mati di Kantor Polisi dan Ogah Pindah, Dulu Punya Istri: Tinggalkan

Sebelumnya juga viral di media sosial kisah Mbah Tumijah tidur di atas tumpukan sampah.

Mbah Tumijah tinggal di Desa Kedungbanten, Kecamatan Badung, Kabupaten Blitar.

Mbah Tumijah kini berusia 70 tahun.

Mbah Tumijah hidup sebatang kara di gubuknya.

Gubuk Mbah Tumijah jauh dari kata layak.

Gubuk tersebut dipenuhi sampah baik di dalam maupun di halamannya.

Baca juga: Mbah Tumijah Kasihan Tidur di Atas Sampah, Anak Hidup Enak Bareng Istri, Cuek Ditegur Perangkat Desa

Sejumlah warga kerap mendapati Mbah Tumijah tertidur di tumpukan sampah di halaman gubuknya.

Tubuh Mbah Tumijah sangat kurus, karena tidak makan dengan benar, seperti dikutip TribunJatim.com dari TribunJakarta.

Karena kekurangan nutrisi, Mbah Tumijah bahkan sampai sulit untuk berjalan.

Video yang merekam saat Mbah Tumijah tidur di tumpukan sampah viral di media sosial.

Pantauan TribunJakarta video tersebut pertama kali diunggah akun TikTok gl.husnulkhatimah.

Akun TikTok gl.husnulkhatimah menjelaskan Mbah Tumijah sebenarnya mempunyai satu anak laki-laki.

Namun anak semata wayang Mbah Tumijah sudah tak peduli dengan ibu yang telah melahirkannya.

"Mbah Tumujiah sebenarnya punya anak satu, tapi tidak peduli dengan kondisi ibunya," tulis akun TikTok gl.husnulkhatimah.

Warga dan perangkat desa setempat padahal kerap memperingatkan anak Mbah Tumijah untuk memperhatikan ibunya.

"Tetangga dan perangkat desa sudah mengingatkan berkali-kali tapi anaknya tidak peduli," tulis TikTok gl.husnulkhatimah.

Dibanding merawat ibunya yang sudah renta, anak Mbah Tumijah memilih tak peduli dan hidup menjauh.

"Anaknya laki-laki hidup di tempat berbeda bersama istrinya, ibunya dibiarkan terlantar sendirian,

Sang ibu hidupnya tak terurus bahkan tidur di pusaran sampah," tulis TikTok gl.husnulkhatimah.

Pihak Griya Lansia Malang dan perangkat desa akhirnya memutuskan untuk mengevakuasi Mbah Tumijah.

Sebelumnya, pihak Griya Lansia Malang memandikan dan memberi Mbah Tumijah makan yang layak.

Berkat bantuan perangkat desa, Mbah Tumijah akhirnya kini tinggal dan dirawat di Griya Lansia Malang.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved