Peringatan Hari Santri 2023, Korcab Banser Ponorogo Kenang Komandan Pertama MZ Kajubi

Laporan Wartawan Tribunjatim.com, Pramita Kusumaningrum

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO – Hari santri 2023 dimanfaatkan oleh bebreapa anggota coordinator cabang (Korcab) Barisan Serbaguna (Banser) Ponorogo mengunjungi makam Muhammad Zainudin Kajubi (MZ Kajubi) yang lain dan tak bukan komandan pertama Banser serta pendiri Banser.

MZ KAjubi yang meninggal 21 Desember 1983 silam itu dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) tamanrum, Kelurahan Tamanarum, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo. Pantauan di lokasi, beberapa anggota Korcab Banser Ponorogo mendatangi TPU Tamanarum.

Mereka masih menggunakan sseragam Banser. Bagaimana tidak, mereka langsung ke makam MZ Kajubi sesaat setalah melakukan apel bersama Hari Santri di alun-alun Kabupaten Ponorogo, Minggu (22/10/2023)

Sampai di depan makam MZ Kajubi, anggota korcab Banser Ponorogo itu duduk bersila. Mereka melakukan tahlil dan mendoakan MZ Kajubi.

“Ini dalam rangka pertama rutinan. Kedua juga memperingati Hari santri 2023. MZ Kajubi juga sedikit banyak berjuang digaris santri,” ujar Biro Perencanaan, Pendidikan dan Pelatihan Korcab Banser Ponorogo, Anas Nawawi, Minggu.

Baca juga: Hari Santri, Mengenang Sosok MZ Kajubi, Komandan Banser Pertama Yang Gigih Lawan PKI

Dia menjelaskan bahwa Komandan MZ Kajubi merupakan pencetus Banser dan menjadi Komandan Banaser pertama yang dideklarasikan di Blitar.

Peran MZ Kajubi tidak bisa dianggap enteng. Anas mengaku jika MZ Kajubi menjadi garda terdepan tahun 1948 saat pemberontakan.

“Banser jadi garda terdepan untuk merebut kembali kemerdekaan sesuai resolusi jihad. Perjuangan MZ Kajubi tidk hanya berhenti tahun 1948 saja,” tegasnya.

Lantaran tahun 1960-an saat pemberontakan PKI, tahun tersebut menurutnya dibeturkannya Nahdatul Ulama (NU) dan PKI.

MZ Kajubi menjadi garda terdepan mempersatukan kembali melawan pemberontakan dan rencana kudeta.

“Kami bangga denga MZ kajubi, beliau warga asli Ponorogo. Tepatnya Desa Pengkol, Kecamatan Kauman. Pernah menjaddi santri di Kabupaten Nganjuk. Pernah pindah di Blitar dan setelah penisun di Ponorogo hingga menhembuskan nafas terakhirny di bumi reog,” pungkas Anas.