Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Tulungagung

97 Persen Penularan HIV di Tulungagung Lewat Seks Bebas, KPA Galakkan Penjaringan Kasus Baru

Nyaris 100 persen penularan HIV di Tulungagung lewat seks bebas, KPA menggalakkan penjaringan kasus baru, agar bisa menekan jumlah penularan.

Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/David Yohanes
Pegiat HIV/AIDS Tulungagung menggelar aksi simpatik memperingati Hari AIDS Sedunia 2023, Jumat (1/12/2023). 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Jumlah akumulasi kasus HIV di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, sejak tahun 2006 pada Agustus sejumlah 3.623, dengan setengah orang di antaranya masih hidup hingga sekarang.

Angka prevalensi di Kabupaten Tulungagung sebesar 0,21 persen, masih di bawah prevalensi nasional yaitu 0,26 persen.

“Artinya di 1.000 orang warga Tulungagung, ada 2-3 orang yang mengidap HIV,” ujar Kepala Dinas Kesehatan, dr Kasil Rokhmat mewakili bupati selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Tulungagung, Jumat (1/12/2023).

Secara nasional telah dicanangkan three zero 2030, yaitu zero penularan, zero kematian AIDS dan zero stigma.

KPA Tulungagung sangat fokus untuk menjaring kasus baru sebanyak-banyaknya.

Mereka akan dirawat agar tetap dalam kondisi sehat serta produktif dengan ARV, dan tidak menularkan virus ke orang lain.

“Pengobatan sekarang sudah maju, viral load bisa ditekan sampai virus tak terdeteksi. Mereka bisa hidup normal di antara kita,” jelas dr Kasil.

Dengan aktifnya penjaringan, maka angka temuan kasus terus naik.

Dalam rentang Januari-Oktober 2023 ditemukan 327 kasus baru.

Namun laju penularan terus menurun karena teredukasi upaya pengobatan yang harus dilakukan.

“Sekarang calon pengantin pun sudah mulai kita skrining HIV. Sebelumnya ibu hamil sudah lama diwajibkan tes HIV,” ungkap dr Kasil.

Di sisi lain, KPA juga gencar melakukan promosi kesehatan pencegahan HIV.

Masih menurut dr Kasil, penularan HIV tertinggi adalah melalui aktivitas seksual berisiko.

Persentasenya 97 persen, sedangkan 3 persen sisanya faktor lain, seperti penggunaan narkoba dan penularan ibu ke anak.

Upaya sosialisasi juga menyasar kalangan remaja, karena ada 396 pengidap HIV dari kalangan remaja dan mahasiswa.

Diakui dr Kasil, meski lokalisasi prostitusi telah ditutup, namun aktivitas seksual dengan bukan pasangan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi. 

Pasangan berisiko tinggi ini melakukan aktivitas seksual secara terselubung seperti di tempat kos.

“Karena itu, ada strategi pendekatan pentahelix, termasuk melibatkan masyarakat. Kita jangkau mereka meskipun tidak secara formal,” tegasnya.

Sementara Sekretaris 1 Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Tulungagung, Ifada Nurrohmania, mengatakan, ada sekitar 200 pengidap HIV yang lepas dari ARV.

Keberadaan mereka memperberat target pencapaian three zero 2030.

Tanpa ARV, para pengidap HIV ini kondisinya akan semakin memburuk dan berpotensi menularkan ke orang lain.

“Jika mereka masih aktif melakukan seks bebas, sementara mereka tidak mengonsumsi ARV, maka berisiko menularkan ke pasangannya,” jelas Ifada.

Ifada mengungkapkan, ada masalah kampanye hitam dari pihak tertentu kepada para pengidap HIV.

Mereka memberikan informasi keliru dan cenderung menakut-nakuti agar tidak mengonsumsi ARV.

KPA terus berupaya menjangkau mereka agar kembali mengakses ARV.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved