Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Sidoarjo

Atap Gedung Eks Markas Besar Oelama KH Hasyim Asyari Lawan Sekutu di Waru Sidoarjo Mulai Dibongkar

Atap Gedung Eks Markas Besar Oelama KH Hasyim Asyari lawan sekutu di Waru Sidoarjo mulai dibongkar untuk direnovasi

Editor: Samsul Arifin
Istimewa
Suasana renovasi Tahap I Markas Besar Oelama di Waru Sidoarjo mulai dibongkar, Minggu, (10/12/2023). 

"Lokasinya juga samar karena ayah Dimyati berjualan di depan rumah dan banyak orang yang membeli alat untuk transportasi kuda di depan rumah yang juga dekat dengan pasar itu, sehingga dapat mengelabuhi pasukan Belanda yang juga punya pos penjagaan tidak jauh dari MBO," katanya.

Tidak hanya itu, Djunaidi yang "mondok" di Pesantren Tebuireng itu sering melakukan kroscek ke santri senior bernama Sholeh Hasibuan untuk memadukan kebenaran cerita Dimyati dengan pihak Tebuireng.

"Saya padukan, kok cocok, ternyata Mbah Kyai Hasyim Asy'ari memang sering wira-wiri ke Waru untuk mengatur strategi perjuangan, bahkan Bung Tomo juga sowan Mbah Kyai Hasyim Asy'ari untuk menanyakan kapan mulai perang? Mbah Kyai Hasyim Asy'ari minta waktu untuk menunggu kedatangan Kyai Abbas Jamil Buntet/Cirebon dan Mbah Kyai Hamid Babakan untuk mengatur strategi (strategi Trisula)," katanya.

Dari keterangan berbagai pihak di Tebuireng-Jombang, tercatat markas para ulama pejuang pindah dari Markas Blauran IV/25 Surabaya ke Markas Waru itu tanggal 3 Desember 1945 atau 78 tahun lalu, yang dari markas itulah perlawanan hingga setahunan dilakukan para ulama-santri sampai akhirnya disepakati perjanjian Linggarjati pada Oktober 1946 sebagai pengakuan Sekutu atas kemerdekaan Indonesia, meski perjanjian Linggarjati baru ditandatangani pada awal 1947.

"Soal nama. Kalau markas di Blauran memang dikenal dengan sebutan Markas Kyai, tapi markas perjuangan ulama di Waru itu disebut Dimyati dan tetangga sekitar sini dengan sebutan Markas Besar Oelama atau MBO. Masyarakat menyebutnya Markas Besar Oelama (MBO), karena ulama yang datang ke markas Waru ini memang ulama-ulama gede (besar)," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya mendukung "napak tilas" yang dilakukan PWNU Jawa Timur terhadap gedung MBO dengan dua langkah yakni langkah "penyelamatan" (2019) dan langkah "renovasi/revitalisasi" (10 Oktober 2023) yang melibatkan kader-kader NU profesional untuk merenovasi secara arsitek tanpa mengubah keasliannya, serta merevitalisasi sebagai wahana edukasi sejarah/nasionalisme.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved